- Beranda
- Stories from the Heart
Mamat Anak Betawi (BB17)
...
TS
.Boyo.
Mamat Anak Betawi (BB17)

#Prolog
Disebuah sudut dari Ibukota Jakarta, nampak seorang anak sedang terengah-engah menendang bola, larinya bagaikan Lionel Messi yang meliuk ke kanan dan ke kiri demi mencapai sebuah tujuan yaitu kemenangan.
"Mat kiri... mat kiri," teriak kawannya agar bola itu dioper ke arahnya.
Mamat segera mengoper bola itu, Heri segera saja merangsek ke dalam pertahanan lawan. Mamat mengambil posisi lebih aman tepat di depan gawang, Heri langsung mengoper bola lambung yang disundul sempurna oleh Mamat.
"Goall... " teriak anak-anak itu senang dengan hasil yang mereka raih.
Mamat beraksi dengan berlari ke arah teman-temannya dan berpelukan, seperti pemain profesional saja.
Baju orange kebanggaannya pun nampak kotor dengan cipratan tanah merah, sebuah baju kebanggan orang Jakarta dengan nomor punggung 20 sebagai legenda sepakbola bagi Jak Mania. Mamat sangat mengidolakan Bambang Pamungkas dari ia kecil, sosok yang membawa perubahan pada Persija.
Hari semakin sore, nampaknya pertandingan sudah berakhir. Satu persatu anak-anak itu pun segera pulang. Mamat dan Heri masih terdiam di atas gundukan tanah merah, seraya memandang tiang pancang yang sudah gagah tertancap disana.
Jakarta, gencar membuat pembangunan. Hingga tak terasa tanah lahirku menjadi semakin terdesak berganti dengan gedung-gedung tinggi yang hanya di huni oleh mereka yang punya uang saja.
"Mat sebentar lagi kita lulus, sepertinya aku sudah akan jarang main lagi. Kenalan Bapakku sudah minta gw langsung masuk kerja Mat. Kamu sendiri bagaimana?"
"Belum tahu Her, masih bingung gw mau kerja dimana! Paling ntar gw minta tolong lo aja dah masukin gw kerja," sambil tersenyum penuh arti.
"Semprul lo Mat."
Mereka berdua pun saling berangkulan, sebuah persahabatan di tengah kota metropolitan. Kota yang menyajikan banyak kesenangan namun sekaligus juga penderitaan.
Polusi dari asap kendaraan yang tinggi membuat Jakarta sesak untuk menghirup udara segar, dilema hidup di kota besar. Harus berpacu dengan waktu, siapa yang kuat dia yang bertahan. Siapa yang lemah, siap-siap untuk tersingkir dan punah.
Matahari perlahan mulai terbenam, kedua sahabat ini pun beranjak untuk pulang. Berusaha untuk menggores tinta kehidupan yang lebih baik.
Sinar kota Jakarta perlahan mulai meredup berganti dengan cahaya lampu malam dan kendaraan yang lalu lalang di pinggir jalan.
#Bersambung.
Index
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Diubah oleh .Boyo. 09-12-2020 14:03
f4r1ds dan 32 lainnya memberi reputasi
31
26.7K
297
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.Boyo.
#69
Part 25
Mamat termenung ia tak menyangka Sinta sudah mempunyai pacar, hati Mamat memang hancur tapi hidup terus berjalan sudah saatnya move on.
"Kringgg...kringgg..."
"Ya Her..."
"Mat tempat bu Rani kebakaran, toko lo kayanya kena juga"
"Ya udah Her gua langsung kesono..."
"Buruan Mat..."
Mamat langsung memacu motornya kearah toko laundry utamanya. Pikirannya pun semakin kalut dan bingung apa yang harus dilakukan dan jarak pun semakin dekat terlihat asap hitam di awan dari kejauhan.
Suasana saat itu sangat panik, petugas damkar sedang sibuk memadamkan api di fikiranku adalah keselamatan karyawanku.
Heri datang langsung memelukku, wajahnya pucat tampak rasa sedih begitu juga dengan adik pembantunya yang ada di sampingnya.
"Sabar ya Mat..."
"Aku semakin bingung...apa yang terjadi..."
"Mpok Yuyun...bang" wanita disamping Heri menangis.
"Kenapa dengan mpok Yuyun ...??.."
Aku semakin kalut...
"Dimana dia... Her.."
Heripun mengajakku ke arah mpok Yuyun yang sedang pingsan dan disampingnya bu Rani yang juga sedang pingsan. Lalu ada seorang anak kecil yang ditutupi kain oleh warga.
"Itu Doni Her..."
Heri hanya mengangguk.
"Tidak...tidak...ini ga boleh terjadi... Doni ...Doniiii...bangunn Donnn.."
Mamat berteriak sambil memeluk Doni, ia tak sanggup berkata anak itu sudah dianggap oleh Mamat seperti saudaranya sendiri.
Mamat pun melihat kost2an pun terbakar ia teringat dengan Sinta, tapi hatinya lega ketika melihat dirinya sedang di peluk oleh seorang lelaki.
Perlahan api mulai mengecil, semua bangunan punya bu Rani hanya menjadi puing tak ada yang tersisa.
Suara sirine ambulance pun memasuki kerumunan warga, lalu para petugasnya dengan sigap segera menolong mereka yang terluka dan meninggal. Selain Doni ada2 penghuni kost dan bibi pembantu bu Rani yang meninggal.
Mamat tampak tertunduk lesu, ia pun duduk terdiam melihat rangka2 bangunan yang sudah menghitam.
"Kasihan bu Rani, hartanya hilang dalam sekejap" Mamat berbicara dalam hatinya.
Tiba2 dipunggungnya ada usapan lembut..
"Mang Dadan...mamang ga kenapa2.."
"Ga papa Mat kebetulan mamang lagi ngontrol toko yang lain...lo yang sabar ya..."
"Ya mang...makasih banyak..."
" Usaha lo kan tetep jalan walau kurang dua toko, anggap aja itu semua ujian Mat.."
Mamat hanya mengangguk mendengar kata2 Mang Dadan.
Ambulance kemudian membawa korban yang selamat dan meninggal menuju rumah sakit.
Mamat ikut Ambulance yang membawa Bu Rani, karena tidak ada keluarganya yang dapat dihubungi.
Di dalam Ambulance pakaian Bu Rani tidak beraturan terlihat jelas segi tiga pengaman yang kelihatan, Mamat segera membetulkan tata letak pakaian tersebut dengan selimut yang sepertinya terjatuh akibat guncangan Ambulance.
Mamat tidak bisa berfikir kotor, walau di depannya tersaji tubuh molek yang menggairahkan. Wajah Mamat lesu, bingung dan berharap ini hanya mimpi.
Tapi sayang ini kenyataan, di tatapnya lekat-lekat dada Bu Rani yang membusung agar pikiran kalut segera pergi namun tidak bisa. Bahkan sepertinya Mamat sudah kehabisan energi, karena kekuatannya seperti lemah syahwat tak bergerak sedikitpun.
Mamat kesal, kenapa bisa begini. Ia ingin memegang dada yang membusung itu untuk memastikan pusakanya bekerja dengan baik. Tapi Ambulance sudah tiba di pelataran rumah sakit, aksi Mamat pun gagal.
****************************
Dirumah sakit, keluarga dari mpok Yuyun sangat sedih terlihat mpok Ipah menangis dan ibunya Mamat disampingnya.
Mpok Yuyun terbaring lemah perutnya sempat terkena balok kayu waktu sedang menidurkan Doni dan terjadinya kebakaran begitu cepat, karena balok kayu itulah Doni terhimpit dan menghirup asap yang banyak mengakibatkan gagal pernafasan.
Tidak itu saja derita Mpok Yuyun dokter memastikan bahwa luka dalam mengakibatkan rahimnya rusak, dimungkinkan Mpok Yuyun akan susah punya anak kembali.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang terjadi.
Bu Rani sendiri pingsan karena menghirup banyak asap tetapi yang jelas ia shock dengan apa yang terjadi.
Mamat berusaha mencari keluarga bu Rani tapi hasilnya nihil tidak banyak yang diketahui Mamat tentang bu Rani.
Perlahan bu Rani, mulai siuman Mamat masih di dalam ruangan bu Rani.
"Mmmmhhh...aduhhh..."
"Ibu...ibu sudah sadar ..." ucap Mamat.
"Ehhh...kamu Mat ..pala ibu pusing Mat"
"Ya sudah ibu istirahat dolo..."
"Mat...rumahku...rumahku..."
"Yang sabar bu..." Mamat memegang tangan bu Rani...
"Mat...apa yang salah denganku..."
Wanita itu kini menangis sambil memeluk Mamat.
"Tidak ada yang salah bu ini semua ujian..."
Ruangan itu kini dipenuhi rasa duka, dan tangisan... yah harta yang kita kumpulkan akan lenyap sekejap bila itu sudah kehendak sang penguasa alam.
Tapi sayang masih banyak manusia yang selalu saja sombong dan membanggakan harta2nya. Itulah dunia selalu saja ada dua sisi antara sombong dan rendah hati, antara baik dan buruk.
"Bu...keluarga ibu ada dimana, biar Mamat yang hubungi..."
"Ibu sudah tak ada keluarga lagi Mat.."
"Lalu sama sekali tidak ada..."
"Ya Mat rumah ibu...itu hasil dari warisan suami yang sudah meninggal, orang tua juga sudah meninggal"
"Apa ada keluarga di daerah seperti om, tante atau yang lain"
"Ga ada Mat ibu juga ga tahu dimana mereka, karena dulu keluarga ibu miskin makanya keluarga ibu dulu tak dianggap oleh keluarga besar, bahkan mereka tak ada membantu atau sekedar silaturahmi"
Mamat kembali berfikir betapa beruntung dirinya masih di kelilingi orang2 yang baik dari keluarganya sendiri.
#Bersambung
Mamat termenung ia tak menyangka Sinta sudah mempunyai pacar, hati Mamat memang hancur tapi hidup terus berjalan sudah saatnya move on.
"Kringgg...kringgg..."
"Ya Her..."
"Mat tempat bu Rani kebakaran, toko lo kayanya kena juga"
"Ya udah Her gua langsung kesono..."
"Buruan Mat..."
Mamat langsung memacu motornya kearah toko laundry utamanya. Pikirannya pun semakin kalut dan bingung apa yang harus dilakukan dan jarak pun semakin dekat terlihat asap hitam di awan dari kejauhan.
Suasana saat itu sangat panik, petugas damkar sedang sibuk memadamkan api di fikiranku adalah keselamatan karyawanku.
Heri datang langsung memelukku, wajahnya pucat tampak rasa sedih begitu juga dengan adik pembantunya yang ada di sampingnya.
"Sabar ya Mat..."
"Aku semakin bingung...apa yang terjadi..."
"Mpok Yuyun...bang" wanita disamping Heri menangis.
"Kenapa dengan mpok Yuyun ...??.."
Aku semakin kalut...
"Dimana dia... Her.."
Heripun mengajakku ke arah mpok Yuyun yang sedang pingsan dan disampingnya bu Rani yang juga sedang pingsan. Lalu ada seorang anak kecil yang ditutupi kain oleh warga.
"Itu Doni Her..."
Heri hanya mengangguk.
"Tidak...tidak...ini ga boleh terjadi... Doni ...Doniiii...bangunn Donnn.."
Mamat berteriak sambil memeluk Doni, ia tak sanggup berkata anak itu sudah dianggap oleh Mamat seperti saudaranya sendiri.
Mamat pun melihat kost2an pun terbakar ia teringat dengan Sinta, tapi hatinya lega ketika melihat dirinya sedang di peluk oleh seorang lelaki.
Perlahan api mulai mengecil, semua bangunan punya bu Rani hanya menjadi puing tak ada yang tersisa.
Suara sirine ambulance pun memasuki kerumunan warga, lalu para petugasnya dengan sigap segera menolong mereka yang terluka dan meninggal. Selain Doni ada2 penghuni kost dan bibi pembantu bu Rani yang meninggal.
Mamat tampak tertunduk lesu, ia pun duduk terdiam melihat rangka2 bangunan yang sudah menghitam.
"Kasihan bu Rani, hartanya hilang dalam sekejap" Mamat berbicara dalam hatinya.
Tiba2 dipunggungnya ada usapan lembut..
"Mang Dadan...mamang ga kenapa2.."
"Ga papa Mat kebetulan mamang lagi ngontrol toko yang lain...lo yang sabar ya..."
"Ya mang...makasih banyak..."
" Usaha lo kan tetep jalan walau kurang dua toko, anggap aja itu semua ujian Mat.."
Mamat hanya mengangguk mendengar kata2 Mang Dadan.
Ambulance kemudian membawa korban yang selamat dan meninggal menuju rumah sakit.
Mamat ikut Ambulance yang membawa Bu Rani, karena tidak ada keluarganya yang dapat dihubungi.
Di dalam Ambulance pakaian Bu Rani tidak beraturan terlihat jelas segi tiga pengaman yang kelihatan, Mamat segera membetulkan tata letak pakaian tersebut dengan selimut yang sepertinya terjatuh akibat guncangan Ambulance.
Mamat tidak bisa berfikir kotor, walau di depannya tersaji tubuh molek yang menggairahkan. Wajah Mamat lesu, bingung dan berharap ini hanya mimpi.
Tapi sayang ini kenyataan, di tatapnya lekat-lekat dada Bu Rani yang membusung agar pikiran kalut segera pergi namun tidak bisa. Bahkan sepertinya Mamat sudah kehabisan energi, karena kekuatannya seperti lemah syahwat tak bergerak sedikitpun.
Mamat kesal, kenapa bisa begini. Ia ingin memegang dada yang membusung itu untuk memastikan pusakanya bekerja dengan baik. Tapi Ambulance sudah tiba di pelataran rumah sakit, aksi Mamat pun gagal.
****************************
Dirumah sakit, keluarga dari mpok Yuyun sangat sedih terlihat mpok Ipah menangis dan ibunya Mamat disampingnya.
Mpok Yuyun terbaring lemah perutnya sempat terkena balok kayu waktu sedang menidurkan Doni dan terjadinya kebakaran begitu cepat, karena balok kayu itulah Doni terhimpit dan menghirup asap yang banyak mengakibatkan gagal pernafasan.
Tidak itu saja derita Mpok Yuyun dokter memastikan bahwa luka dalam mengakibatkan rahimnya rusak, dimungkinkan Mpok Yuyun akan susah punya anak kembali.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang terjadi.
Bu Rani sendiri pingsan karena menghirup banyak asap tetapi yang jelas ia shock dengan apa yang terjadi.
Mamat berusaha mencari keluarga bu Rani tapi hasilnya nihil tidak banyak yang diketahui Mamat tentang bu Rani.
Perlahan bu Rani, mulai siuman Mamat masih di dalam ruangan bu Rani.
"Mmmmhhh...aduhhh..."
"Ibu...ibu sudah sadar ..." ucap Mamat.
"Ehhh...kamu Mat ..pala ibu pusing Mat"
"Ya sudah ibu istirahat dolo..."
"Mat...rumahku...rumahku..."
"Yang sabar bu..." Mamat memegang tangan bu Rani...
"Mat...apa yang salah denganku..."
Wanita itu kini menangis sambil memeluk Mamat.
"Tidak ada yang salah bu ini semua ujian..."
Ruangan itu kini dipenuhi rasa duka, dan tangisan... yah harta yang kita kumpulkan akan lenyap sekejap bila itu sudah kehendak sang penguasa alam.
Tapi sayang masih banyak manusia yang selalu saja sombong dan membanggakan harta2nya. Itulah dunia selalu saja ada dua sisi antara sombong dan rendah hati, antara baik dan buruk.
"Bu...keluarga ibu ada dimana, biar Mamat yang hubungi..."
"Ibu sudah tak ada keluarga lagi Mat.."
"Lalu sama sekali tidak ada..."
"Ya Mat rumah ibu...itu hasil dari warisan suami yang sudah meninggal, orang tua juga sudah meninggal"
"Apa ada keluarga di daerah seperti om, tante atau yang lain"
"Ga ada Mat ibu juga ga tahu dimana mereka, karena dulu keluarga ibu miskin makanya keluarga ibu dulu tak dianggap oleh keluarga besar, bahkan mereka tak ada membantu atau sekedar silaturahmi"
Mamat kembali berfikir betapa beruntung dirinya masih di kelilingi orang2 yang baik dari keluarganya sendiri.
#Bersambung
Diubah oleh .Boyo. 11-09-2020 12:30
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup