Satu pandemi, berjuta adaptasi, inilah yang terjadi saat ini. Tadinya kita bebas berwara-wiri kemana saja, kemudian dianjurkan untuk tetap berada di rumah aja.

Biasanya kita masih ceroboh dalam menjaga kebersihan, akhirnya ditiap tempat telah disediakan westafel karena telah diwajibkan untuk sering mencuci tangan.

Sebelumnya kita hanya memakai masker seperlunya saja, kini sudah menjadi suatu kewajiban. Kemana-mana dianjurkan selalu memakai masker.

Pandemi ini memang sangat berpengaruh di seluruh aspek kehidupan, dan sudah menjadi momok terbesar yang bisa menghantui siapa saja.

Mulai dari ekonomi yang semakin merosot, serta pendidikan yang harus dilaksanankan di rumah saja dan dampak paling buruknya ada pada aspek kesehatan.

Awalnya hanya takut kemana-mana karena di jalan bisa saja kita tanpa sengaja berinteraksi dengan orang yang terjangkit, kemudian parno menginjak pusat kesehatan.

Sangat wajar jika semuanya merasa ragu mengunjungi puskesmas atau rumah sakit yang pada dasarnya merupakan tempat "berkumpulnya" penyakit.

Dan memang sudah dibatasi, bahkan tidak diperbolehkan untuk menjenguk pasien bagi yang terjangkit.

Terlebih lagi saat desas-desus tentang rumah sakit yang ingin mengambil keuntungan dari pandemi ini.

Yaitu dengan memanipulasi data pasien agar bisa mendapat anggaran Covid dari pemerintah.

Kedengarannya memang miris, tapi apalah daya kita yang awam tentang ilmu medis.

Bukan satu atau dua berita yang beredar di media, sangat banyak pemberitaan tentan pasien yang tidak memiliki gejala Covid dinyatakan Positif.

Bahkan sudah diberi label OTG yaitu Orang tanpa Gejala.

Kira-kira mungkin ga Gansis, tanpa gejala dinyatakan positif Covid?

Hanya Dokter dan Tuhan yang tahu.

Mendengar ini ane semakin parno, sebelumnya hampir tiap bulan mengunjungi pusat kesehatan, walau itu hanya flu ringan dan sejenisnya.

Tapi sekarang, setengah tahun terakhir ini tak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke tempat yang saat ini bisa disebut "horor" bagi semua orang.

Pantang mengunjungi pusat kesehatan, apalagi ketika mengalami gejala flu. Pilihan terbaik adalah mengunjungi apotek.

CDR dan Redoxon yang sebelumnya bisa dibeli dengan harga 30 ribuan, sekarang hampir mencapai Rp. 50.000.

Sayangnya multivitamin tak ditanggung BPJS. Bagi yang mampu mungkin tak ada masalah, apapun itu untuk kesehatan.

Pilihan lain yaitu ramuan tradisional, yang viral di masa pandemi saat ini adalah "Jakuse" (Jahe Kunyit Serai) tambah jeruk nipis.

Untuk yang mau ada manis-manisnya bisa menambahkan madu atau gula aren.

Keempat bahan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Selain dapat mengobati pilek, juga dapat menambah kekebalan tubuh terhadap virus.

Lakukan tiap hari dan rasakan manfaatnya.

Meski kini sudah berada di era New Normal, kita harus tetap waspada dan jaga kesehatan.

Karena lebih baik mencegah daripada mengobati.

Semoga bermanfaat dan sehat selalu.