sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#87
Bab 41: Rencana Pernikahan
IPUL

Tiada mendung tiada hujan, Ipul tiba-tiba datang membawa kabar yang mengejutkan. Semua sahabatnya tercengang ketika mendengar kabar bahwa Ipul berencana menikah dengan Istiqomah tahun depan. Tepat setelah mereka lulus kuliah.

Kabar itu terdengar lebih menyakinan setelah Ipul pulang dari Semarang. Ia sudah mengutarakan niat tulusnya kepada orang tua Istiqomah. Orang tua perempuan itu ternyata cocok dengan Ipul yang punya sikap sopan dan juga jebolan pondok pesantren. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan kemampuan finansial maupun hal lain.

Sayangnya, rencana pernikahan tersebut masih terhalang oleh restu dari orang tua Ipul, khususnya bapaknya. Ipul masih terus berpikir dan berusaha agar orang tuanya merestui niat baiknya untuk menikahi Istiqomah.
***

Ruang tamu rumah Ipul kembali lengang. Tak ada orang sama sekali di sana, kecuali Ipul dan bapaknya. Mereka berdua ingin menyelesaikan pertengkaran dan juga permasalahan yang selama ini mereka pendam. Ipul sendiri menyadari bahwa dia tidak bisa selamanya membenci lelaki yang sudah membesarkannya hingga dewasa ini.

Keduanya tak saling berbicara pada awalnya. Mereka saling diam dan segan untuk memulai pembicaraan lebih dahulu. Hingga akhirnya, bapak Ipul yang memberanikan diri untuk mengawali pembicaraan penting tersebut.

“Ehm… Bapak hanya ingin minta maaf. Selama ini, Bapak salah karena terlalu keras mendidik kamu, Pul. Namun, Bapak melakukan semua ini agar kamu bisa tumbuh menjadi lelaki yang baik dan sesuai dengan harapan Bapak,” ujar bapaknya dengan pelan.

Mendengar kata-kata bapaknya, hati Ipul sangat tersentuh. Baru kali ini, dia melihat bapaknya dengan sudut pandang yang berbeda. Gurat wajah bengis serta kejam yang tergambar di kepalanya selama ini perlahan berganti menjadi potret sosok pria yang lemah lembut.

“Aku juga minta maaf, Pak. Aku juga salah. Tidak sepantasnya aku membenci Bapak,” ujar Ipul. Kali ini, ia berhasil meluruhkan egonya yang setinggi langit.

Mereka berdua kemudian berpelukan. Pelukan yang sangat erat yang selama ini tidak pernah dirasakan oleh Ipul.

“Bapak tidak mau mengatur hidupmu lagi. Kamu sudah dewasa, Pul. Kalau memang kamu yakin ingin menikahi Istiqomah, Bapak dan Ibu tidak bisa melarangmu, Pul. Jika itu memang pilihanmu, kami sebagai orang tua hanya bisa mendoakan kebahagiaanmu,” ucap bapaknya sesenggukan.

Lelaki yang sudah berkepala empat itu spontan mengusap kedua matanya yang sempat sembab karena air mata. Sama halnya dengan Ipul yang hampir menangis karena terharu.

“Terima kasih, Pak,”
***

Satu hal yang dipesankan bapaknya waktu itu adalah Ipul harus sungkem dulu kepada keluarga besar kakek Ipul yang tinggal di Blitar sekaligus memberikan kabar bahwa dia akan segera menikah.

Ipul beserta Istiqomah bersama-sama menuju ke Blitar menggunakan mobilnya. Hitung-hitung, mereka bisa sekalian menyambung tali silaturahim sekaligus jalan-jalan di sana.

Kedatangan Istiqomah disambut hangat oleh segenap keluarga besar kakek Ipul. Kerabat Ipul bahkan sudah menyiapkan acara makan besar hari ini. Istiqomah terlihat sangat bahagia ketika mendapat perlakuan yang sangat menyenangkan dari pihak keluarga Ipul.

Ketika Istiqomah tengah asik ngobrol dengan kerabat Ipul, kakek Ipul perlahan mendekati Ipul dan mengajaknya berbicara empat mata di ruang belakang. Hal ini sangat penting karena menyangkut perjalanan hidup Ipul di masa yang akan mendatang.

“Cah Bagus, kamu yakin sudah siap ingin menikahi dia?” tanya kakek Ipul yang sudah renta.
“Iya, Mbah. Saya sudah memikirkan hal itu matang-matang,” jawab Ipul tegas.

Sepertinya, jawaban Ipul tidak mendapat respons baik dari kakeknya. Sedari tadi, kakeknya memasang wajah yang agak muram. Meskipun ini memang terdengar ganjil dan menyakitkan untuk diterima, kakek Ipul terpaksa harus mengatakan ini kepada cucu kesayangannya.

“Begini, Cah Bagus. Kamu paham, kan, dengan tradisi Jawa. Tradisi itu yang keluarga kita lestarikan dan pegang kuat-kuat sejak dulu. Dan itu sudah turun temurun. Mbah lihat, weton kamu dengan Istiqomah itu tidak cocok. Kalau kamu nekad melanjutkan niat untuk menikah dengan dia, Mbah takut pernikahan kalian nanti tidak akan lama,”

Ipul tak banyak bicara. Dan tak juga melawan perkataan kakeknya karena ia takut kualat. Lagipula, Ipul sendiri sangat sayang dengan kakeknya. Ia mencoba mencerna perkataan kakeknya pelan-pelan, meskipun hal itu memang di luar nalar.

“Saran Mbah hanya satu. Kamu pikirkan kembali kata-kata Mbah. Kamu minta petunjuk dari Gusti yang Maha Segalanya,” tutup kakeknya sebelum pergi meninggalkan Ipul.

Keyakinan Ipul tentu terguncang dan goyah. Ia menyadari bahwa dirinya sangat rapuh. Usai mendengar nasihat kakeknya, Ipul lebih banyak diam. Hal itu membuat perjalanannya ke tempat-tempat menarik di Blitar menjadi terasa kurang menyenangkan, padahal ada Istiqomah di sampingnya.

Ipul terus saja memasang ekspresi dingin hingga perjalanan kembali ke Malang. Sikapnya yang mendadak aneh itu sontak membuat Istiqomah heran. Ia hanya merespons singkat dan mengumbar senyum palsu ketika perempuan itu mengajaknya bicara.

Yang dia perlukan saat ini hanyalah waktu sendiri dan meminta petunjuk kepada Allah atas keraguan yang menimpa hatinya saat ini.
Diubah oleh sandriaflow 08-09-2020 13:51
coxi98
coxi98 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.