lina.whAvatar border
TS
lina.wh
Kangen


Cinta adalah sebuah emosi kasih sayang yang kuat. Cinta, sejak awal berjumpa telah memberi tanda dan selalu disadari oleh dua insan yang berbeda. Cinta, semakin kuat dan erat ketika dua insan telah saling percaya. Cinta, akan terjalin erat jika dua insan saling menerima apa adanya.

Suatu ketika saat dua insan harus berpisah, kenyataan pun harus terima dengan segala upaya. Berpisah, bukan berarti putus tanpa kabar. Tapi berpisah untuk melanjutkan study masing-masing.

Pagi ini, di ruang terbuka yang nampak sepi dan bernuansa lain dari saat pertama Acha mendatanginya dulu. Bangku yang diduduki Acha sudah tua dan usang. Pohon pinus itu kini tampak banyak coretan. Beberapa nama terukir di pohon pinus, mungkin ukiran tersebut tercipta dari ujung paku yang digerakkan oleh tangan jahil.

Dinding ruang terbuka pun bernuansa lain, cat yang dulu cerah kini mulai mengelupas dan warna mulai pudar. Acha nampak gelisah dengan sebuah laptop yang dipangkunya. Jemarinya saling terpaut, mukanya pucat dengan sedikit keringat dingin dan jantungnya berdetak kencang.

Semilir angin sepoi tidak membuat keringat dingin berhenti menetes dari muka Acha. Kerudung yang dikenakan pun agak berantakan, karena sekaan telapak tangan Acha sendiri.

"Aku di sini tidak senyaman dulu," katanya lirih sambil menyeka dahinya.

Pandangan mata Acha kini fokus pada sebuah laptop di atas pangkuannya. Dibukanya laptop itu perlahan dan menu email yang menjadi tujuan utamanya.

"Alhamdulillah, Gerald mengirim email hari ini!" katanya dengan sumringah dan langsung membuka email masuk dari Gerald.

"Ah, Gerald tidak menanyakan kabarku. Tampaknya hanya sebuah puisi, yang aku tidak bisa menikmatinya. Aku lebih suka kata-kata lugas daripada sebuah puisi yang kadang aku sudah mengartikannya," ujarnya perlahan dan mengurungkan untuk membaca email dari Gerald.

Tiba-tiba, suara yang bersahutan dari sekumpulan gadis seusianya datang menyapa. Acha menoleh dengan cepat ke arah suara yang memanggilnya, kemudian melempar senyum.

"Acha, kenapa sendirian? Aku tidak melihat Gerald bersamamu. Ya, hampir dua bulan ini!" kata seorang gadis bernama Mega.

Acha melempar senyum, ternyata banyak yang tidak tahu ke mana Gerald sekarang.

"Gerald sedang melanjutkan study-nya ke Melbourne," jawabnya dengan ramah dan tak lupa sambil melempar senyum manis.

"Oh, semoga sukses di sana ya! Ayo bergabung dengan kami. Kami hendak ke bawah, menikmati pemandangan air terjun!" ajak Mega kemudian.

Acha tersenyum simpul, lalu berdiri dan mendekati Mega. Keramahan di antara mereka selalu tercipta.

"Maaf Mega, aku tidak bisa ikut. Hati-hati di sana dan selamat menikmati," ujar Acha sambil melambaikan tangan kepada Mega beserta sekumpulan gadis lainnya.

Acha tetap berdiri menyaksikan sekumpulan gadis tersebut berjalan menuju air terjun, kadang saling melempar senyum saat mereka menoleh.

Saat sekumpulan gadis tersebut menghilang dari pandangan mata, Acha pun kembali duduk di bangku tua yang usang. Menghela nafas panjang, sambil merintih menahan rindu dengan seseorang. Seseorang itu adalah Gerald, yang kini sedang menempuh study-nya untuk mendapat gelar Kapten Pilot di Melbourne.

"Ah, Gerald! Kamu membuatku rindu. Tapi, aku akan setia menantimu. Karena aku yakin, seluruh alam semesta ini akan membantu kita untuk saling menyatu!"

Acha melamun, sudah terlalu lama. Kemudian memutuskan untuk melanjutkan membaca email dari Gerald. Walaupun kurang berminat dengan puisi, namun Acha akan tetap membacanya.

Dear Acha...

Di tubuhku, ada sesuatu yang membelenggu
Bergemuruh, keras dan menyambar
Lalu dengan sejuk dan lembut memeluk

Apakah ini kangen?

Seandainya aku bisa terbang
Lalu membelah diri ini menjadi dua
Aku akan akan menemuimu
Hanya sekedar melepas sebuah rasa; kangen

Ah, aku terlalu lemah
Aku terlalu rapuh dengan rasa itu
Apakah kamu merasakan seperti apa yang aku rasa?

Jika iya, simpan dulu
Hingga nanti saat sang waktu telah memihak

Semoga, rasa akan tetap terawat hingga masanya

***

"Gerald, katakan saja jika kamu kangen. Aku juga kangen kepadamu, kok!" ucap Acha pelan sambil membalas email Gerald seperti apa yang baru saja diucapkan.


Selesai...






Diubah oleh lina.wh 07-09-2020 03:26
rinafryanie
riwidy
Bisri767
Bisri767 dan 30 lainnya memberi reputasi
31
4.8K
266
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
lina.whAvatar border
TS
lina.wh
#130
Hilang Nurani - Bagian 2

Sumber gambar : dokumentasi pribadi




Hilang Nurani
Bagian 2


Di lain waktu dan lain tempat serta di lain kesempatan yang tidak diketahui oleh Kanaya, Betty menemui Athen. Tetapi itu bukan kesepakatan keduanya, melainkan usaha Betty yang membuntuti Athen untuk mencari waktu berbincang sejenak.

"Athen, ada waktu? Aku mau ngomong sebentar!" Betty pun menyapa Athen yang telah selesai sholat di Mushola kampus.

"Kenapa? Ada yang bisa aku bantu?" Jawab Athen dengan nada datar.

"Kamu bahagia ya sama Kanaya?" lanjut Betty.

"Pastinya! Kost aku, Kanaya yang bayar. Bensin motor, Kanaya yang isi. Lumayan!" dengan senyum menghina Athen pun meninggalkan Betty.

Betty mengejar. Hendak memukul Athen, tapi apalah daya.

"Athen, suatu saat Kanaya pasti tahu. Ingat itu!" Kata Betty tepat di belakang telinga Athen.

"Aku juga mau membuang Kanaya kalau motifku sudah tercapai. Tenang saja. Dan Kanaya akan menjadi sahabatmu lagi!"

"Dasar lelaki biadab! Pengecut!" Betty pun mulai geram dengan apa yang diucapkan Athen kepadanya.

Betty pun berlalu meninggalkan Athen. Mencari Kanaya dan hendak mengajaknya mengerjakan tugas kuliah di kost Kanaya. Tapi, ternyata Athen lebih dulu menghampiri Kanaya. Dan Betty mengurungkan niatnya.

Di ujung sana, nampak Kanaya dan Athen begitu mesra. Athen membawakan buku-buku tebal Kanaya yang tidak muat jika dimasukkan ke dalam tas. Sungguh, orang lain yang melihat mereka sangat iri dan akan menganggap mereka adalah pasangan abadi.

"Kan, sudah ada uangnya?" Kata Athen tanpa malu.

"Iya, sudah ada. Ibuku sudah transfer. Yuk, sekalian ke ATM," ujar Kanaya dengan senyum sumringah. Wajahnya yang mungil pun nampak semakin mempesona.

Tentu, Athen pun merasa bahagia dengan jawaban Kanaya. Dapat uang, hanya dengan pura-pura tulus mencintai dan pura-pura memuliakan Kanaya di hadapan teman kampus.

Entahlah, kenapa Kanaya juga semudah itu terperdaya oleh Athen. Kanaya yang dulu care, ramah dan cerdas. Kini sudah berubah total, setelah mengenal Athen. Bahkan Kanaya sudah tidak aktif lagi di organisasi kampus.


Malam harinya...



Betty menelfon Kanaya dengan maksud memberitahu Kanaya bahwa Agus sedang opname di Rumah Sakit. Kanaya pun merespon Betty, dan sepakat untuk ke Rumah Sakit bersama.

"Bet, aku naik angkot ke sana ya," kata Kanaya dalam percakapan melalui HP.

"Aku ke kostmu, Kan. Sekalian menyiapkan apa yang perlu dibawa. Keluarga Agus dari Lampung belum ada yang datang, sedangkan butuh tindakan secepatnya dari Dokter!" Betty mengakhiri percakapan kemudian bergegas menuju kost Kanaya.

Sesampainya di Rumah Sakit, ternyata sudah ada teman lain yang mengurus administrasinya. Uang DP Rumah Sakit hasil dari patungan bersama teman-teman, termasuk Kanaya.

"Agus harus operasi usus buntunya besok pagi. Malam ini sebaiknya laki-laki yang menginap di Rumah Sakit," kata Aldo kepada Kanaya dan Betty.

"Sekarang kamu sama siapa, Do?" Tanya Kanaya kemudian.

"Ada Choky. Jadi nanti aku sama Choky yang di sini. Besok operasi dijadwalkan jam sembilan pagi. Kebetulan besok tidak ada jadwal kuliah jam segitu. Jadi kita bisa sama-sama di sini," lanjut Aldo.

"Baiklah. Sekarang aku sama Kanaya beli makanan atau buah dulu ya buat kalian," sahut Betty dan segera pergi bersama Kanaya.


Keesokan harinya...



Betty menghampiri Kanaya untuk ke Rumah Sakit. Tetapi ternyata Athen sudah ada di ruang tamu kost Kanaya. Hal ini membuat Betty jadi badmood dan tidak yakin jika Kanaya diperbolehkan ikut ke Rumah Sakit.


"Pagi, Bet!" Sapa Athen berbasa-basi kepada Betty.

"Iya, pagi juga," jawab Betty tanpa ekspresi.

Tanpa dipersilahkan, Betty pun duduk di ujung sofa. Tetapi mereka saling diam dengan kesibukan masing-masing.


"Hai, kalian. Apa kabar?" Sapa Kanaya dengan dandanan yang sederhana tetapi tetap mempesona.

"Baik, sayang... Kita sarapan di luar ya." Athen secepatnya mengajak Kanaya supaya Kanaya memilih tetap bersamanya, bukan bersama Betty.

"Aku mau ke Rumah Sakit. Agus, teman seangkatanku nanti mau ada tindakan operasi jam sembilan. Keluarga dari Lampung belum ada yang datang. Jadi hanya kami yang bisa menemani." Kanaya berusaha menjelaskan kepada Athen dan berharap Athen tidak mempermasalahkan hal tersebut.


"Ah, memang nggak ada teman lain yang bisa?" Jawab Athen tetap dengan suara lembut, yang membuat Kanaya semakin jatuh cinta.

"Ada Aldo dan Choky sekarang. Tapi aku dan Betty sebaiknya juga di sana."

Betty tetap diam dan sibuk dengan HP nya. Entahlah, Betty tidak berharap Kanaya bisa bersamanya.

"Wah, gagal total donk rencanaku. Hari ini Abang ku datang ke kost ku. Dia mau berkenalan denganmu. Dan nanti jam sepuluh, Abang ku harus berangkat lagi ke stasiun. Tidak bisa terlambat, kalau terlambat ketinggalan kereta. Kalau kamu tidak menemui sekarang, mau kapan? Ini kesempatan baik, sayang," kata Athen dengan nada lembut tetapi penuh dengan kebohongan.


Athen berusaha menjauhkan Kanaya dari teman-temannya supaya niat busuknya tidak tercium Kananya sebelum motifnya tercapai. Karena Athen butuh banyak uang untuk skripsi, makan, bensin dan juga untuk kekasih sejatinya yang lain. Sungguh jahat.

"Bet, bagaimana kalau nanti aku menyusul saja? Ternyata Athen ada rencana lain. Dan tentu aku harus mengikuti Athen," kata Kanaya sambil mendekati Betty.


"Ya sudah. Selesaikan acaramu bersama Athen dahulu. Kami bertiga bisa, kok. Nanti aku kabari kamu, bagaimana perkembangan Agus!" Betty terpaksa menyetujui kemauan Kanaya. Dan Betty berharap Kanaya akan segera sadar jika Athen hanya memanfaatkannya.

Betty segera meninggalkan Kanaya dan Athen. Tak berselang lama, Athen dan Kanaya pun pergi menuju kost Athen. Dan ternyata di sana tidak ada Abang seperti apa yang dikatakan Athen kepada Kanaya tadi.

"Mana Abang kamu?" Tanya Kanaya setelah melihat kost Athen sepi.

"Sebentar ya. Aku telfon dulu," katanya sambil berlalu menjauh dari Kanaya.


Berpura-pura menelfon dan mengarang cerita tentang sang Abang.

"Kan, Abang ku nggak jadi mampir ke sini. Nggak enak sama temannya. Jadi langsung ke stasiun. Bagaimana kalau kita ke stasiun saja?" Kata Athen lembut tetapi penuh kebohongan.

"Tak usah lah! Kita ke Rumah Sakit saja," sahut Kanaya.

"Mau kapan lagi ketemu Abang ku? Abang ku yang mau kenalan sama kamu. Tetapi karena sesuatu hal, kita yang harus menemui ke stasiun."

"Baiklah!" Kata Kanaya singkat.

Dan saat sampai di stasiun pun ternyata Kanaya tidak mendapati orang yang disebut Abang oleh Athen. Raut bingung dan khawatir nampak di wajah Kanaya, karena baru saja Athen memberitahu bahwa Abangnya tidak bisa dihubungi. Sungguh rapi dan luar biasa sandiwara yang diciptakan Athen.

"Ya sudah. Kita tunggu saja. Barangkali nanti bisa dihubungi lagi. Dan katamu, kereta api jalan jam sepuluh. Ini masih ada waktu setengah jam lagi," lanjut Kanaya.

Athen mengangguk tanda setuju. Tetapi dalam hatinya dia tertawa. Tertawa, karena hati Kanaya sangat mudah untuk dilumpuhkan dengan kebohongan yang sangat sederhana.



Bersambung...

Lina WH



Terima kasih
Diubah oleh lina.wh 07-09-2020 03:28
detyry
trifatoyah
riwidy
riwidy dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.