- Beranda
- Kids & Parenting
Ajarkan Anak Sopan-santun Saat Bertamu, Adab Yang Mulai Punah
...
TS
Mahbubah127
Ajarkan Anak Sopan-santun Saat Bertamu, Adab Yang Mulai Punah

Pernahkah kita mengalami menerima tamu yang sangat makan hati? Mungkin hampir semua orang pernah mengalami ya. Tak terkecuali saya.
Nah, sebenarnya hal itu bisa kita buat sebagai pembelajaran loh. Terutama buat kita. Bagaimana cara kita mengkondisikan anak-anak saat berada di rumah orang lain. Entah itu sahabat atau kerabat.
Sebagai contoh, ada anak-anak yang jika diajak bertamu, macam-macam yang diminta. Kadang ada yang bertingkah seperti super hero. Naik-turun kursi, berlari-lari, meraih apa saja yang ada di dalam rumah dan masih banyak lagi.
Sebenaranya tidak masalah anak bertingkah aktif, tetapi ya kita harus bisa menempatkan mereka di mana harus mengeksplorasi diri. Anak memang tidak bersalah. Orang-tualah yang berkewajiban membimbing dan mengarahkan sesuai dengan umur dan kondisi kejiwaan anak-anak.
Nah, berikut ini dapat kita jadikan acuan dalam mendampingi anak saat bertamu.
1. Kondisikan Anak dalam Keaadaan Kenyang.
Saat kita hendak bertamu dan membawa anak, sebaiknya sebelum berangkat makan dulu. Tujuannya ketika berada di rumah orang anak-anak tidak rewel minta makan.
Terkadang saat anak lapar bukan hanya makanan yang diminta tetapi juga hal-hal lain sebab tidak semua anak bisa mengutarakan keinginannya.
Nah jika anak kita sudah makan di rumah kita tidak perlu malu pada tuan rumah kan?
2. Beri Nasihat Cara berprilaku Saat Bertamu.
Beri pengertian pada anak jika berprilaku di rumah sendiri dengan di rumah orang lain itu berbeda. Tanamkan sikap sopan-santun dengan bahasa yang sesuai dengan usia anak.
Mungkin anak-anak tidak langsung mengerti, tetapi lambat-laun pasti mereka akan bisa menerima dan terbiasa jika kita memberi arahan dengan bahasa yang baik dan halus.
Arahan dan pendidikan tidak perlu disampaikan secara panjang lebar. Secukupnya saja agar anak mudah mencerna. Semakin panjang kita bicara semakin menguap di otak anak.
3. Berjanji.
Sebelum kita mengajak anak bertamu atau menghadiri acara tertentu di tempat umum tidak ada salahnya kita mengadakan perjanjian dengan anak untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Misalnya tidak berlaku onar, berkelahi, berlari-larian, mengambil makanan secara berlebihan lalu tidak dihabiskan, tidak mau berbagi dan lain-lain.
4. Punishmen dan Reward.
Beri efek jera apabila anak melakukan hal-hal tidak baik atau menyalahi janji. Misalnya tidak mengajak lagi jika Anda hendak bertamu atau mengahdiri acara tertentu. Bisa juga dengan tidak memberi apa yang biasanya ia sukai. Disarankan untuk tidak menghukum secara fisik atau bentakan.
Beri juga penghargaan terhadap anak jika ia sudah melakukan kebaikan atau telah sesuai dengan janji yang disepakati. Misal memberikan pelukan, pujian, atau hal-hal yang pernah diinginkan tetapi sempat tertunda.
5. Lakukan dengan Konsisten.
Hal yang paling penting dari semua itu adalah sikap konsisten. Sepanjang pengamatan saya tentang gagalnya orangtua mengendalikan emosi dan prilaku anak adalah sikap konsisten ini.
Kadang kita hanya memarahi anak saat dia melakukan kesalahan atau sikap tidak baik mereka di depan umum seketika itu saja kemudian selesai. Malas melakukan tindakan menasehati setiap hari.
Padahal sejatinya kita harus mengontrol anak-anak kita setiap waktu karena mereka memang masih butuh belajar. Awasi dan arahkan jika ada yang tidak benar. Jangan lekas puas, jangan lelah mendidik, jangan pula lekas putus asa.
6. Kitalah Rolemodel.
Anak adalah cermin dari orang tua. Bagaimana kita mendidik dan memberi contoh itulah yang dilakukan oleh anak.
Sekeras apa pun orang tua berusaha jika tidak dibarengi dengan contoh nyata maka akan sia-sialah seluruh ilmu parenting seberapapun banyaknya.
Jadi jika kita ingin anak kita jujur, janganlah ayahnya suka korupsi di tempat kerja. Jika kita ingin anak berbuat baik di rumah orang maka orang tua harus terlebih dulu memberi contoh baik pula.
Saya rasa kita semua sudah tahu batasan baik dan buruk. Lakukan hal-hal baik sebagai investasi untuk generasi yang akan datang. Sebab kita adalah rolemodel.
7. Doa.
Tak ada yang lebih kuasa atas segala sesuatu selain Sang Maha Pencipta. Setelah kita lakukan segala upaya maka hal yang paling penting dari semua itu adalah berdoa.
Memohonlah pada yang Maha Kuasa atas diri kita dan anak-anak kita. Sebab tak ada doa yang tak dikabulkan. Manusia hanya berencana dan berkeinginan, tetapi Tuhanlah yang maha menentukan.
Tetap semangat ayah-bunda. Jangan lelah, jangan menyerah. Semoga anak-anak kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Penulis : Mahbubah127
Referensi : Pribadi
Opini : Mahbubah127
Nah, sebenarnya hal itu bisa kita buat sebagai pembelajaran loh. Terutama buat kita. Bagaimana cara kita mengkondisikan anak-anak saat berada di rumah orang lain. Entah itu sahabat atau kerabat.
Sebagai contoh, ada anak-anak yang jika diajak bertamu, macam-macam yang diminta. Kadang ada yang bertingkah seperti super hero. Naik-turun kursi, berlari-lari, meraih apa saja yang ada di dalam rumah dan masih banyak lagi.
Sebenaranya tidak masalah anak bertingkah aktif, tetapi ya kita harus bisa menempatkan mereka di mana harus mengeksplorasi diri. Anak memang tidak bersalah. Orang-tualah yang berkewajiban membimbing dan mengarahkan sesuai dengan umur dan kondisi kejiwaan anak-anak.
Nah, berikut ini dapat kita jadikan acuan dalam mendampingi anak saat bertamu.
1. Kondisikan Anak dalam Keaadaan Kenyang.
Saat kita hendak bertamu dan membawa anak, sebaiknya sebelum berangkat makan dulu. Tujuannya ketika berada di rumah orang anak-anak tidak rewel minta makan.
Terkadang saat anak lapar bukan hanya makanan yang diminta tetapi juga hal-hal lain sebab tidak semua anak bisa mengutarakan keinginannya.
Nah jika anak kita sudah makan di rumah kita tidak perlu malu pada tuan rumah kan?
2. Beri Nasihat Cara berprilaku Saat Bertamu.
Beri pengertian pada anak jika berprilaku di rumah sendiri dengan di rumah orang lain itu berbeda. Tanamkan sikap sopan-santun dengan bahasa yang sesuai dengan usia anak.
Mungkin anak-anak tidak langsung mengerti, tetapi lambat-laun pasti mereka akan bisa menerima dan terbiasa jika kita memberi arahan dengan bahasa yang baik dan halus.
Arahan dan pendidikan tidak perlu disampaikan secara panjang lebar. Secukupnya saja agar anak mudah mencerna. Semakin panjang kita bicara semakin menguap di otak anak.
3. Berjanji.
Sebelum kita mengajak anak bertamu atau menghadiri acara tertentu di tempat umum tidak ada salahnya kita mengadakan perjanjian dengan anak untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Misalnya tidak berlaku onar, berkelahi, berlari-larian, mengambil makanan secara berlebihan lalu tidak dihabiskan, tidak mau berbagi dan lain-lain.
4. Punishmen dan Reward.
Beri efek jera apabila anak melakukan hal-hal tidak baik atau menyalahi janji. Misalnya tidak mengajak lagi jika Anda hendak bertamu atau mengahdiri acara tertentu. Bisa juga dengan tidak memberi apa yang biasanya ia sukai. Disarankan untuk tidak menghukum secara fisik atau bentakan.
Beri juga penghargaan terhadap anak jika ia sudah melakukan kebaikan atau telah sesuai dengan janji yang disepakati. Misal memberikan pelukan, pujian, atau hal-hal yang pernah diinginkan tetapi sempat tertunda.
5. Lakukan dengan Konsisten.
Hal yang paling penting dari semua itu adalah sikap konsisten. Sepanjang pengamatan saya tentang gagalnya orangtua mengendalikan emosi dan prilaku anak adalah sikap konsisten ini.
Kadang kita hanya memarahi anak saat dia melakukan kesalahan atau sikap tidak baik mereka di depan umum seketika itu saja kemudian selesai. Malas melakukan tindakan menasehati setiap hari.
Padahal sejatinya kita harus mengontrol anak-anak kita setiap waktu karena mereka memang masih butuh belajar. Awasi dan arahkan jika ada yang tidak benar. Jangan lekas puas, jangan lelah mendidik, jangan pula lekas putus asa.
6. Kitalah Rolemodel.
Anak adalah cermin dari orang tua. Bagaimana kita mendidik dan memberi contoh itulah yang dilakukan oleh anak.
Sekeras apa pun orang tua berusaha jika tidak dibarengi dengan contoh nyata maka akan sia-sialah seluruh ilmu parenting seberapapun banyaknya.
Jadi jika kita ingin anak kita jujur, janganlah ayahnya suka korupsi di tempat kerja. Jika kita ingin anak berbuat baik di rumah orang maka orang tua harus terlebih dulu memberi contoh baik pula.
Saya rasa kita semua sudah tahu batasan baik dan buruk. Lakukan hal-hal baik sebagai investasi untuk generasi yang akan datang. Sebab kita adalah rolemodel.
7. Doa.
Tak ada yang lebih kuasa atas segala sesuatu selain Sang Maha Pencipta. Setelah kita lakukan segala upaya maka hal yang paling penting dari semua itu adalah berdoa.
Memohonlah pada yang Maha Kuasa atas diri kita dan anak-anak kita. Sebab tak ada doa yang tak dikabulkan. Manusia hanya berencana dan berkeinginan, tetapi Tuhanlah yang maha menentukan.
Tetap semangat ayah-bunda. Jangan lelah, jangan menyerah. Semoga anak-anak kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Penulis : Mahbubah127
Referensi : Pribadi
Opini : Mahbubah127
Sumber gambar : Gugel
Diubah oleh Mahbubah127 07-09-2020 09:55
ceuhetty dan 8 lainnya memberi reputasi
9
4.6K
38
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
4.2KThread•5.9KAnggota
Tampilkan semua post
anakjahanam722
#1
Di kampung gw adab sopan santun pada anak udah punah 100%.
Kata2 “anjing, bodoh, bangsat ,kntl, mmk, ngntd, dll ” sudah biasa mereka ucapkan. Udah gak sopan , bodoh lagi. Komplit
Pernah suatu saat gw pake mobil di jalan pedesaan, jalannya pelan, tiba2 ada gerombolan anak2 anak yang nantangin depan mobil sambil bercanda-canda gak jelas. gw klaksonin trus gw gas mendadak > rem seolah bakalan nabrak anak2 itu
, trus anak2nya minggir. Pas ane maju lagi perlahan, gak sengaja terdengar dari mereka bilang “anjing ngntd”. 
Gw emosi trus gw turun marahin anak2 itu. Dimarahin malah cengar cengir, kan itu gak menghargai banget sama orang yang lebih tua. ya udh gw bentak.. tadinya mau gw gebuk tapi takut ngadu sama ortunya
Udah dewasa padahal, usia 13th masih aja songong.
Ini akibat kurangnya pendidikan dari orang tuanya. DI kampung gw pergaulan bebas, bahkan warnet yang pun penuh sama anak2 yang kecanduan maen game online. Dari jam 7 sampe 10 malem penuh mulu. Dan isi warnet orangnya itu2 aja.
Kata2 kasar para youtuber game aja mereka tiru.
Lalu orang tua mereka pada kemana?
Kata2 “anjing, bodoh, bangsat ,kntl, mmk, ngntd, dll ” sudah biasa mereka ucapkan. Udah gak sopan , bodoh lagi. Komplit
Pernah suatu saat gw pake mobil di jalan pedesaan, jalannya pelan, tiba2 ada gerombolan anak2 anak yang nantangin depan mobil sambil bercanda-canda gak jelas. gw klaksonin trus gw gas mendadak > rem seolah bakalan nabrak anak2 itu
, trus anak2nya minggir. Pas ane maju lagi perlahan, gak sengaja terdengar dari mereka bilang “anjing ngntd”. 
Gw emosi trus gw turun marahin anak2 itu. Dimarahin malah cengar cengir, kan itu gak menghargai banget sama orang yang lebih tua. ya udh gw bentak.. tadinya mau gw gebuk tapi takut ngadu sama ortunya

Udah dewasa padahal, usia 13th masih aja songong.
Ini akibat kurangnya pendidikan dari orang tuanya. DI kampung gw pergaulan bebas, bahkan warnet yang pun penuh sama anak2 yang kecanduan maen game online. Dari jam 7 sampe 10 malem penuh mulu. Dan isi warnet orangnya itu2 aja.
Kata2 kasar para youtuber game aja mereka tiru. Lalu orang tua mereka pada kemana?
Diubah oleh anakjahanam722 07-09-2020 10:17
Cupu1971 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup