Before after pandemi covid-19 terhadap mata pencaharian sebagai nelayan

Sejak kemunculan virus covid-19 di Wuhan, China. Belahan dunia termasuk Indonesia juga ikut merasa ketar-ketir terhadap virus yang telah memakan banyak korban ini. Benar saja, pada awal bulan Januari publik dibuat syok oleh virus ini yang telah memasuki wilayah Indonesia dan pertama kali muncul di kota Depok.

Virus covid-19 alias korona ini telah menghancurkan segala lini kehidupan seperti bidang kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Dampaknya begitu terasa.

Sebagai seorang kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai nelayan di pesisir Pulau Bawean, adanya pandemi ini sangat berdampak pada penjualan hasil tangkapan laut.





Harga hasil tangkapan laut sebelum pandemi

Dulu, sebelum pandemi memasuki wilayah Indonesia, hasil tangkapan laut berupa ikan, lobster dan juga tripang harga penjualan stabil cenderung naik. Meskipun naiknya tidak signifikan. Seperti contohnya ikan tongkol berkisar 25.000/kg, lobster mencapai 400-600.000/kg, tripang super 250.000/kg.

Hasil tangkapan dijual dalam keadaan basah dan segar.





Harga hasil tangkapan laut setelah pandemi

Setelah negeri ini diserang pandemi covid-19, para nelayan seolah syok akan kisaran harga penjualan yang menurun drastis. Ikan tongkol yang biasanya 25.000/kg berubah menjadi 10.000/kg dan tripang juga menurun di kisaran harga 180.000/kg.

Tak hanya ane sendirian yang merasakan syok berat. Hasil penjualan hasil tangkapan laut nyatanya tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan. Sebagian nelayan memilih untuk berhenti melaut. Ane sendiri sebenarnya juga merasa seperti memakan buah simalakama. Niat hati mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, nyatanya kerugian justru didapat. Biaya operasional lebih besar daripada hasil penjualan hasil tangkapan laut.

Dampak adanya pandemi

Dulu sebelum pandemi, ane selalu menjual hasil tangkapan laut dalam keadaan basah dan segar. Namun, sekarang ane lebih memutar otak bagaimana caranya mengatasi akibat buruk pandemi dari segi ekonomi.

Akhirnya dalam perenungan, solusi pun didapat. Ane mengubah metode penjualan hasil tangkapan laut. Dari awal mula menjual dalam keadaan segar, sekarang mengubahnya dengan cara menjual olahan ikan dalam bentuk kering. Seperti kerupuk ikan dan ikan dalam bentuk kering melalui proses penjemuran terlebih dahulu. Sedangkan proses penjualan tripang, ane lebih mengulur waktu. Itung-itung ane menabung tripang dalam keadaan kering, disimpan untuk kurun waktu lama.





Kesimpulan dampak negatif dan positif adanya pandemi di kehidupan ane dari segi ekonomi

Dampak negatif pandemi

Karena harga penjualan merosot, otomatis pemenuhan kebutuhan pokok keluarga jadi terhambat dan tidak bisa menabung. Rugi waktu, modal dan tenaga.

Dampak positif pandemi

Ane mengubah metode penjualan dari penjualan basah menjadi kering dan lebih mengembangkan kreatifitas dengan mengolah makanan dari hasil laut. Selain mempunyai nilai lebih juga bisa menabung berwujud hasil tangkapan yang awet penyimpanannya. Bisa dijual dengan menitipkan di warung-warung dan melalui media sosial/online. Bisa juga disimpan terlebih dahulu, dijual jika keadaan harga mulai stabil.

Itulah sekelumit cerita sebelum dan sesudah adanya pandemi dari segi ekonomi di kehidupan ane sebagai seorang nelayan.

Cukup sekian thread ane kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di thread ane berikutnya.




Sumber:Opini Pribadi dan referensi dari Di sini

Pict: Dokpri, Ig #pulaubawean, jawa pos