Kaskus

Story

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 05-04-2024 04:27
ridom203Avatar border
sampeukAvatar border
bebyzhaAvatar border
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
333.7K
3.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#836
Bapak dan Mang Ujang 2








Mang Ujang mengangguk. Dijarinya kini telah melingkar cincin akik milik kyai yang entah bagaimana bisa dipinjamnya.


Bapak sendiri juga menggenggam sebatang hio yang sudah menyala. 


"Kita berangkat,"


Kemudian kedua insan manusia yang sudah telanjang bulat itupun segera berlari cepat menembus gelapnya malam.


Bau kemenyan yang sudah dibakar ditengah-tengah ladang masih tercium baunya.


Asap dari kemenyan yang sudah dibacakan mantra-mantra oleh bapak dan dibawa oleh angin beliung sudah tiba disasarannya. Sebuah rumah megah milik seorang saudagar kaya pemilik sawah berhektar-hektar di wilayah itu.


Angin itu membawa asap yang berisi udara sirep guna menidurkan seisi rumah itu. Sehingga nantinya aksi bapak dan mang Ujang aman.


Lalu hio yang dibakar didepan dupa, dan hio yang dibawa oleh bapak berfungsi sebagai alarm waktu. Bila hio itu habis terbakar, maka habis pula sirep yang bapak tebarkan. Maka dari itu, kedua orang ini berlari, bergegas menuju lokasi secepat mungkin dan menjalankan aksinya sebelum waktu habis.


Kemudian cincin akik yang mang Ujang bawa, berguna untuk menyembunyikan jasad pemakainya. Sehingga bila dipakai, maka tubuh akan menghilang dari pandangan mata.


Karena sesuai dengan yang sudah direncanakan, nantinya mang Ujang yang akan masuk dan menggeledah seisi rumah. Sedangkan bapak akan berjaga di halaman rumah. Mengawasi keadaan disekitar.


Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit, bapak dan mang Ujang telah sampai di samping rumah mewah itu. Keduanya berlari dengan menerapkan ilmu kesaktian yang bernama seipi angin. Sehingga kedua orang itu bisa berlari secepat angin yang berhembus.


Perjalanan keduanya aman karena kedua orang itu mengikuti arah dari angin yang membawa ajian sirep milik bapak. Sehingga bila angin itu melewati sebuah jalan, maka bila ada orang-orang yang berada disana, orang tersebut akan langsung mengantuk berat dan tertidur. Selain itu, bapak dan mang Ujang memang melewati daerah yang sedikit rumah penduduknya.


Kini, keduanya sudah berdiri disamping rumah yang mereka tuju, tentu dengan telanjang bulat.
emoticon-Ngakak


Bapak duduk bersila.


Mengheningkan cipta guna mengecek apakah kondisi didalam rumah sudah aman, atau belum.


Setelah bapak merasakan bahwa didalam rumah itu orang-orangnya sudah tertidur pulas semua, bapak lalu memberikan kode kepada mang Ujang yang sudah tak sabar. Karena hio yang bapak pegang sudah hampir setengahnya terbakar habis.


Ketika kode itu diberikan oleh bapak, mang Ujang langsung beraksi.


Cincin milik kyai ia pakai, dan...


"Cling," 


Tubuh kasarnya seakan menghilang entah kemana. 




Setelah itu, mang Ujang langsung berlari menuju tembok rumah. 


Dengan gerakan enteng, mang Ujang berhasil naik dan turun dihalaman bagian dalam rumah.


Bapak sendiri kemudian mulai berjaga-jaga.


Karena bapak yakin, dirumah orang kaya itu pasti ada penunggunya. Penunggu yang ditugaskan untuk menjaga seisi rumah dari tangan-tangan jahat seperti bapak dan mang Ujang ini.


Bapak lalu mencari sebuah tempat yang sekiranya bisa bapak gunakan untuk menyembunyikan dirinya dari mata orang lain. 


Dan bapak menemukan tempat persembunyian yang dirasanya aman. Yaitu sebuah semak yang berada diantara batang pohon pisang yang tumbuh disamping rumah tersebut.


Bapak lalu duduk bersila. Kedua tangannya bersidakep di depan dada. Kepalanya perlahan-lahan mulai menunduk, berusaha untuk menutup 9 lubang di tubuh manusia.


Agak sedikit susah, dikarenakan penunggu pohon pisang yang ternyata sedikit jahil.


Mereka adalah pocong yang mendiami wilayah itu.


kaskus-image


Tapi bapak mengacukan saja perbuatan mereka yang berusaha untuk mengganggu konsentrasi bapak. Bapak tetap tenang dan berkonsentrasi dalam semedinya. Berusaha untuk secepat mungkin masuk ke dalam alam bawah sadar.


Nggak akhirnya bapak berhasil.


Bapak kini bisa melepaskan sukmanya dari raganya.


Setelah 4 pak sepenuhnya berhasil melepaskan diri, dengan sukma yang melayang bapak melihat pocong-pocong itu ada yang berusaha untuk masuk ke dalam tubuh bapak yang kosong.


Bapak tidak tinggal diam.


Dengan hanya mengayunkan tangannya saja, sebuah gelombang api melesat dan menghajar telak pocong-pocong itu.
emoticon-Cool


Kain putih yang mereka gunakan langsung terbakar menjadi abu, disertai dengan jeritan melengking para pocong itu.


Setelah beres, bapak lalu memberikan pagar gaib untuk menjaga tubuh bapak dari gangguan makhluk gaib lainnya.


Setelah selesai, bapak lalu segera melayang menembus kedalam tembok rumah mewah itu.


Setelah bapak berhasil masuk kedalam halaman samping rumah, bapak menengok ke kanan dan kiri. Mencari keberadaan mang Ujang.


"Apakah Ujang udah masuk?" Tanya bapak dalam hati.


Bapak lalu memutuskan untuk segera masuk kedalam rumah.


"Wusss,"


Sukma bapak berhasil masuk.


Bapak bisa merasakan bahwa baru saja mang Ujang melewati jalan itu. 


Bapak lalu berusah untuk mengikuti gerakan mang Ujang melalui perasaannya.


Dan betul saja, bapak bisa melihat mang Ujang yang tengah berjalan sambil melongok ke segala arah. Dipundaknya sudah tergantung sebuah karung yang sudah berisi. 


Bapak tersenyum.


Berkat ajian maraga sukmanya, bapak bisa melihat tubuh mang Ujang. Namun, mang Ujang tidak bisa melihat bapak.


Tapi tiba-tiba Sukma bapak tertegun.


Ada sebuah perasaan merinding yang tiba-tiba saja muncul. Bapak merasakan bahwa ada sesuatu yang mendekat. Dan dari hawa kehadirannya yang besar, bapak yakin, kalau itu bukan makhluk sembarangan.


"Pasti jin yang dimintai tolong untuk menjaga rumah ini," kata bapak.


Bapak melongok kearah atap rumah. Tepat dipusat rumah itu.


"Hmmm, disana rupanya,"


Sukma bapak lalu langsung melesat ke atas sambil menggenggam ajian singa lodra dikedua tangannya. Selain itu, bapak juga memanggil keris kecil yang disimpan didalam benaknya untuk muncul dan membantunya bila ada apa-apa yang nantinya terjadi.


Dan, syuut...


Bapak kini berdiri diatap rumah.


Seperti yang sudah bapak duga, ternyata diatas rumah sudah berdiri seorang perempuan dengan badan berwujud ular dari bagian perut kebawah.

kaskus-image


"Siluman ular," kata bapak sambil merenggangkan kedua kakinya. 


Siluman ular itu menatap bapak dengan tatapan mata seperti ingin memakannya.


Lidahnya lalu perlahan memanjang keluar sampai menyentuh gendeng (genting yang terbuat dari tanah liat dan dibakar) rumah.


"Anak manusia, aku tahu kalau saat ini, yang berdiri di hadapanku adalah sesosok Sukma. Hemmm...dan sepertinya sukmamu sangat bagus untuk aku bawa ke alamku dan kujadikan budak disana," ujar siluman ular itu.


"Enak saja kamu bicara. Saya adalah manusia bebas. Tidak seperti orang pemilik rumah ini. Yang jelas-jelas sudah menghambakan dirinya padamu!" Bentak bapak.


"Keh...keh...keh, kamu bisa bicara seperti itu. Tapi kamu sendiri apa tidak sadar dengan perbuatan yang sedang kamu dan kawanmu itu lakukan disini? Keh keh keh...," Kata siluman itu sambil tertawa.


"Setelah sukmamu aku bawa, giliran kawanmu juga akan datang, keh keh keh," lanjut siluman ular itu berkata.


"Bacot," kata bapak.


Lalu tanpa banyak bicara lagi, bapak langsung menghantamkan ajian singa lodra yang sedari tadi sudah disiapkannya dikedua tangannya.


"Wusss...."


"Bruak!"


Tubuh dari siluman ular itu terkena dengan telak. 


Tubuhnya langsung terguling-guling diatas gendeng rumah.


Bapak hanya memperhatikan ketika siluman ular itu menggeliat kesakitan.


Tapi tak lama kemudian siluman ular itu kembali merayap dan bersiap untuk menyerang bapak.


Lidah siluman itu menjulur keluar, kedua jari-jari tangannya juga mengeluarkan asap kehitaman. Dengan suara menggeram, siluman itu mulai menerjang dengan menggunakan kedua tangannya.


Sukma bapak tidak tinggal diam.


Bapak lalu melayang ke belakang yang sambil mengibaskan kedua tangannya yang masih berisi ajian singa lodra.


"Wusss,"


"Bum!"


Terdengar suara yang cukup keras di atas rumah orang kaya itu ketika ajian bapak bertabrakan dengan tangan hitam siluman itu.


Bapak sedikit memegang dadanya yang terasa sakit akibat dari benturan tadi.


Asap kehitaman yang tadi tercipta akibat dari bertabrakan nya 2 ilmu mulai menghilang. Sehingga bapak bisa melihat dengan jelas kalau siluman ular itu ke dua tangannya sudah hancur.


"Ternyata kesaktianmu masih cetek, Nok," kata bapak mengejek siluman ular berjenis kelamin perempuan itu dengan memanggilnya nok, singkatan dari senok.


Siluman itu menggeram marah, namun dirinya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya bisa pasrah.


Sukma bapak melayang mendekat. Tanpa ampun, bapak kembali menghantamkan kedua tangannya yang berisi ajian singa lodra kearah kepala dan tubuh siluman ular itu.


"Bum!"


Kembali suara keras bergema.


Dan tubuh dari siluman ular yang menjadi tempat bernaungnya si orang kaya kini sudah musnah oleh bapak.


Setelah bapak yakin bahwa siluman ular tadi sudah lenyap. Bapak lalu kembali masuk kedalam rumah, dengan cara menembusnya.


Bapak sedikit berkeliling mencari keberadaan mang Ujang. 


Dan bapak menemukan mang Ujang sedang berusaha keluar dari sebuah kamar dengan karung yang berisi setengahnya.


Saat bapak tengah memperhatikan mang Ujang, tiba-tiba sukma bapak merasa panas.


"Hmm... sudah waktunya aku kembali ke tubuhku,"


Bapak lalu memejamkan matanya sambil mengucap mantra pembalik. 


Dan...


"Syuut," 


Sukma bapak berhasil masuk kembali ke dalam tubuhnya.


Bapak membuka matanya.


Nyala api dari hio yang berada di hadapan bapak sudah hampir habis, sedangkan mang Ujang masih belum nampak juga batang hidungnya.


Bapak lalu berdiri setelah sebelumnya mencabut hio yang hanya tinggal seuprit itu. Bapak lalu keluar dari tempat persembunyiannya.


Bapak berdiri disamping rumah, tempat mang Ujang melompat masuk.


Ingin bapak berteriak memanggil mang Ujang agar segera kembali. Tapi bapak takut juga bilamana suaranya terdengar oleh telinga orang lain. Gawat-gawat membangunkan juga orang didalam rumah.


"Aduh, hio ini sudah mau habis. Tandanya sirepku juga akan habis khasiatnya. Si Ujang lama banget lagi gak keluar-keluar," gerutu bapak.


Takut kehabisan waktu, bapak nekat untuk ikut masuk kedalam rumah.


Tapi, sebelum bapak meletakkan hio diatas tanah. Mang Ujang melompat turun dari tembok.


Bibirnya tersenyum lebar sambil menepuk-nepuk pundaknya. Bapak melihat dipundak mang Ujang, sebuah karung sedang sudah hampir penuh isinya.


"Hehehe...gimana, gok? Hebatkan?" Kata mang Ujang sombong sambil jarinya memainkan cincin akik milik kyai yang sudah ia lepaskan.
emoticon-Cool


"Iya iya, ya udah yuk. Kita balik lagi. Liat tuh, hionya sudah hampir habis," kata bapak sambil menunjuk hio yang sudah hampir mati itu.


Lalu, bapak dan mang Ujang segera berlari melewati jalan yang mereka lewati tadi.


Seperti perjalanan mereka datang, perjalanan mereka pulang juga lancar. Sesekali keduanya tertawa karena melihat satu sama lain, sama-sama telanjang bulat. Lari malam-malam.
emoticon-Ngakakemoticon-Ngakak



Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai ditempat dimana mereka meletakkan dupa kemenyan. 


Namun, ada hawa yang sedikit aneh yang bapak rasakan.


Bapak lalu membuang hio yang memang sudah mati itu ketanah. Segera disuruhnya mang Ujang untuk mengambil pakaian yang tadi disembunyikan.


Mang ujang, meskipun belum paham segera melakukan apa yang bapak perintahkan. Kedua orang itu lalu dengan cepat mengenakan pakaian mereka masing-masing.


Tempat dupa segera bapak masukan kedalam kain hitam. Sedangkan perlengkapan yang lainnya segera dibersihkan.


Ketika bapak dan mang Ujang hendak pergi dari lokasi, tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk kecil dari dalam kebun.


Sontak keduanya tertegun.


Bapak dan mang Ujang saling pandang memandang. 


Keduanya segera berbalik badan guna bersiap sedia bilamana mereka harus bertarung dengan si pemilik suara batuk tadi.


Lalu terdengar suara bergemerisik dan diantara gelapnya malam, muncullah beberapa orang yang membuat bapak juga mang Ujang terkejut.


Terutama bapak.


Kedua kakinya serasa lemas begitu matanya memandang wanita tua didepannya.


Wanita tua itu adalah nenek.
emoticon-Sorry


Jumlah orang-orang yang muncul dari gelapnya malam ada 4 orang.


Orang yang berjalan paling depan adalah kyai sendiri. Guru dari bapak dan mang Ujang.


Disampingnya berdiri mang baung, murid yang memang sedari muda sudah ikut dan mengabdi kepada kyai. Lalu disusul oleh kakek dan nenekku.


Bapak dan mang Ujang hanya bisa berdiri pasrah. 


Bahkan karung berisi harta kekayaan yang baru saja mereka rampok jatuh dari pundak mang Ujang. Seolah-olah begitu melihat kyai, tenaga mang Ujang seolah menghilang entah kemana. Hanya jari jemarinya saja yang menggenggam erat cincin milik kyai.


Kyai kembali batuk-batuk kecil.


Disini saya lupa detail pembicaraan mereka. Karena saat mendengarkan cerita itu, pikiran saya lebih terfokus bagaimana untuk membebaskan saya dan istri dari gangguan Sukirman dan Rika.


Hanya saja, untuk inti pembicaraan itu saya sedikit banyak paham.


Jadi, kyai merasa kecewa dengan perbuatan kedua muridnya itu. Terutama kyai kecewa kepada mang Ujang yang tidak amanah. karena saat itu kyai menitipkan cincin akik miliknya kepada mang Ujang, tetapi malah cincin itu dibawa kabur dan digunakan untuk kejahatan.


Oleh kyai cincin akik itu dipintanya lagi. Dan mang Ujang harus ikut dengan Kyai kembali ke ke pondok.


Sedangkan untuk masalah bapak, Kyai menyerahkannya kepada kakek dan nenek.


Sebenarnya kakek tidak begitu mempermasalahkannya karena seorang laki-laki menurut pendapat kakek harus bisa membuktikan dirinya bahwa ia mampu berbuat sesuatu.


Tapi, bagi nenek bapak sudah melakukan kesalahan besar. Kesalahan pertama yaitu menikah terburu-buru dengan istrinya. Padahal nenek kurang setuju. Dan akibatnya bapak harus melakukan tindak pencurian seperti ini, untuk menghidupi keluarganya.


Bapak menangis tersedu-sedu dihadapan nenek. Bahkan bapak sampai meminta ampun dan mencium kedua kaki nenek.


Tapi entah kenapa, saat itu nenek terlihat sangat marah. Nenek hanya terdiam saja.


Kemudian kyai meminta karung yang tergeletak didekat kaki mang Ujang untuk diangkat dan dibawa kedepannya. 


Mang Ujang yang seperti tersadar segera mengambil karung yang berisi harta kekayaan yang baru saja dirampoknya.


Setelah itu, oleh kyai karung itu ditepuk-tepuk dan ajaib.


Karung yang tadinya hampir penuh itu langsung kempes dan kosong!
emoticon-Wow


Ternyata oleh kyai, isi dari karung itu telah ia kembalikan lagi ketempat asalnya. Kerumah orang kaya tadi.


Lalu mang Ujang dibawa kembali oleh kyai untuk balik ke pondok. Tak lupa, cincin akik yang tadi telah digunakan oleh mang Ujang juga dimintanya balik. Lalu cincin itu diserahkannya kepada mang baung.


Kyai berpamitan kepada kakek dan nenek. Kepada bapak, kyai hanya menepuk-nepuk pundaknya saja. Tapi, disetiap tepukan itu bapak merasakan ada sesuatu yang ikut keluar dari tubuhnya.


Setelah itu, kyai mengajak mang baung serta mang Ujang untuk berangkat ke pondokan lagi. 


Bapak memandang ketiga orang itu sampai menghilang ditengah kegelapan malam yang mulai beranjak pagi.


Dan akhirnya, kakek dan nenek juga mengajak bapak pulang kerumah. Menurut pemikiran bapak.


Tapi, pikiran bapak ternyata salah!


Kakek dan nenek malah berjalan terus sampai ke kantor polisi ( tentu dengan jalan kaki breee bayangin. Saya sendiri gak tau pasti jarak dari ladang itu ke kantor polisi terdekat. Tapi kata bapak, mereka sampai disana bertepatan dengan adzan subuh ).

kaskus-image


Kakek dan nenek ternyata menyerahkan bapak ke polisi. Mereka berharap agar dengan cara ini, bapak akan bertaubat dan menyesali segala perbuatannya di masa lalu.


Selanjutnya, bapak ditahan selama 6 bulan oleh pihak kepolisian. Rumah tangga bapak retak. Ia berpisah dengan istrinya.


Setelah itu, bapak disuruh kakek untuk merantau ke Jakarta. Ikut dengan adik kakek sebagai seorang satpam ( nanti, kalau sempat, akan saya ceritakan kisah bapak selama menjalani pelatihan satpam yang dilatih langsung oleh TNI. Juga cerita bapak saat menjadi satpam di mall kelapa gading ).


Lalu, saat bapak di Jakarta itulah bapak bertemu dengan ibuku.





*






Next akan kembali ke cerita utama emoticon-I Love Indonesia




***









 
jenggalasunyi
redrices
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.