Ada kenangan unforgetable momentsaat memperingati HUT RI? Ada dong! Saya sampai menitikkan air mata.

Assalamuaikum warahmatullahi wabarakatuh. Good evening everyone.

Sebenarnya banyak sekali momen tak terlupakan terkait dengan ultah negara kita ini, terutama pada saat saya masih anak-anak. Bagaimana tidak, untuk event lomba memasukkan benang dalam jarum, membawa kelereng dengan memakai sendok yang digigit, dan loncat jauh, saya langganan juara. Ya, juara perlombaan satu RW (rukun warga) yang pesertanya berasal dari 7 RT (rukun tetangga) dengan jumlah puluhan untuk masing-masing perlombaan.



Namun, dari semua kenangan indah itu ada satu momen yang benar-benar sampai sekarang rasanya masih sangat segar dalam ingatan. Padahal kejadiannya telah berlalu lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, yaitu upacara bendera dalam rangka memperingati HUT RI di lapangan Simpang Lima Semarang bersama perwakilan TNI, POLRI, pelajar dan taruna di seluruh Semarang dengan inspektur upacara gubenur Jawa Tengah. Saat itu saya kelas dua SMP.



Mengapa saya sangat berkesan Gansist, karena hikmatnya upacara itu seolah sampai merasuk ke dalam tulang. Ketika komandan upacara menyerukan hormat bendera atau instruksi yang lain dengan suara: tegas, keras dan lantang, saya merinding mendengarnya.

"Kepada inspektur upacara, hormat senjataa ... grak!"

"Kepada sang merah putih, hormat senjataa ... grak!"

Begitulah dua dari sekian instruksi yang diucapkan oleh komandan upacara yang berasal dari salah satu perwira TNI.



Saat upacara tiap Senin di sekolah komandan upacara tidak pernah menggunakan kata 'senjata'. Ya, tentu saja, karena sang komandan berasal dari teman sendiri yang bukan militer.
Inilah salah satu alasan mengapa upacara peringatan hari lahir bangsa Indonesia yang itu begitu hikmat. Selain alasan tadi juga karena didukung marching band dari para taruna BPLP (sekarang PIP) dan AKPOL Semarang. Saat bendera merah putih ditarik pelan-pelan bersamaan lagu: Indonesia Raya, air mata saya merembes membasahi pipi. Luar biasa, Gansist. Rasa haru dan syukur serasa memenuhi dada saya.




Melihat seragam para taruna dan TNI yang sangat rapi, bersih dan berwibawa membuat saya sangat bangga bisa berdiri bersama mereka di lapangan yang sama, mendengarkan Gubenur Jawa Tengah menyampaikan pidato. Saat itu saya merasa beruntung sebagai warga negara Indonesia. Sebuah negara yang 'gemah ripah loh jinawi'.Sebuah negara yang rakyatnya: berbeda-beda tetapi tetap satu, ramah, sopan, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dan gotong royong. Semua itu merupakan beberapa ciri khas, yang tidak dimiliki bangsa dan negara lain.



Namun, sekarang ini, saya merasa haru sekaligus prihatin saat tanggal 17 Agustus. Prihatin karena di mata saya, rasa nasionalisme generasi millenialtidak sekental dulu. Seperti kita tahu, banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Apa pun itu, saya hanya bisa menjaga diri sendiri, keluarga dan teman-teman dekat agar tetap mencintai tanah air kita dan berdoa semoga Indonesia kembali jaya seperti dulu. Misalnya berturut-turut menjadi juara Sea Games, memiliki atlit bulu tangkis seperti Rudi Hartono dll. Semoga.

Quote:

Seluntur-lunturnya rasa cinta kita kepada tanah air sebagai tumpah darah, paling tidak saat momen 17 Agustus seperti sekarang, rasa itu kembali terpupuk. Semoga rasa ini akan tetap terjaga dari generasi ke generasi. Jayalah kembali Indonesiaku.

Demikianlah pengalaman paling berkesan atau kenangan terindah saya terkait dengan 17 Agustusan di negara kita tercinta. Bagaimana dengan kenangan Gansist, yuk, kita berbagi di kolom komentar. Terima kasiih.

Thank you for reading my thread, see you next thread.

Opini pribadi.

North Kalimantan, 17 Agustus 2020.