Pandemi Menggeser Tradisi Perayaan Tahunan Anak Negeri






Agustus, adalah bulan bersejarah di tanah air tercinta ini. Senandung lagu kebangsaan mengalun indah memproklamirkan kemerdekaan negeri ini, tebebas dari penjajahan. Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan hingga kini euforia-nya masih terasa di atmosfer bumi pertiwi.



Di tanggal itu, semangatny kembali membara. Semua warga bersuka-ria menyambut hari jadi bangsanya. Berbagai kemeriahan sengaja disuguhkan meramaikan gegap gempitanya. Mulai dari pelosok desa maupun kota, tua maupun muda, turut merayakan. Berbagai acara dari lomba-lomba antar RT hingga tingkat nasional. Mulai lomba makan krupuk hingga adu kecerdasan. Panggung hiburan serta pertunjukan digelar di mana-mana.

Namun kali ini, di tahun ini, semua berbeda. Bukan semangatnya, tetapi suasananya. Semua tak bisa dilakukan seperti biasa. Corona adalah penyebabnya. Pandemi telah mampu menghilangkan tradisi tahunan anak bangsa. Kita harus melewati perayaan ini dengan tanpa kegiatan di lapangan seperti biasa. Demi memutus mata rantai pandemi. Demi kita, demi bangsa ini.



Membangkitkan kenangan dari tahun-tahun sebelumnya, mungkin akan membangkitkan semangat kembali. Semangat dalam kerinduan. Bagi ane, seorang Emak yang terbiasa mengikuti kegiatan di Hari Kemerdekaan, pasti menyesali keadaan ini. Tapi tenang, ane masih bisa berbahagia dengan mengenang setahun lalu saat melewati hari bersejarah itu. Disamping ikut lomba-lomba atau kegiatan sosial di daerah tempat tinggal, ada hal sangat istimewa bagi ane. Di hari H, ane berkesempatan menyaksikan anak perempuan ane yang sudah SMK, menjadi salah satu Pasukan Pengibar Bendera atau Paskibra. Meskipun hanya di tingkat sekolahnya SMKN 4 Samarinda Kaltim. Tapi ane bangga. Tak mudah buat anak ane bergabung di pasukan elit ekstrakulikuler itu. Semua harus melalui seleksi. Baik fisik, mental maupun keterampilan.

Pada hari itu, ane diundang secara rahasia oleh perwakilan dari sekolahnya. Maksudnya diminta menghadiri upacara tanpa diketahui anak-anaknya. Istilahnya surprise lah! Nah setelah menyaksikan berlangsungnya upacara pengibaran bendera dengan sukses, semua mata orangtua paskibra otomatis berkaca-kaca. Termasuk ane. Bangga dan terharu menyaksikan bagaimana semangat dan disiplinnya anak kita. Terlatih fisik dan mental menjadi pribadi kuat dan mandiri.




Begitu upacara selesai dan pasukan kembali ke tempatnya, kami orangtua telah bersiap menyambut mereka. Tahukah kalian apa yang terjadi selanjutnya, Gan ... Sis?

Mereka spontan merangkul kami dengan sejuta haru. Tanpa aba-aba mereka berlinang air mata. Spontan pula mereka bersujud di kaki kami disertai permohonan maaf dan terima kasih. Acara pun terganti dengan acara TV Show "Termehek-mehek".



Itulah sekelumit kenangan ane yang tak mungkin terlupakan sampai kapan pun. Sepenggal kenangan indah mengharukan di hari ulang tahun kemerdekaan negara Indonesia tercinta ini. Memang bukan setingkat provinsi apalagi nasional seperti Paskibraka di Istana Negara. Tentunya akan lain lagi kebanggan kami. Akan tetapi, menumbuhkan rasa nasionalismenya yang harus dihargai. Setidaknya mereka memiliki jiwa patriotisme, juga mencintai tanah airnya. Merekalah yang akan membela bangsanya di masa depan.






Sumber : Opini Pribadi
Gambar : Dokumen pribadi