Kaskus

Story

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 05-04-2024 04:27
ridom203Avatar border
sampeukAvatar border
bebyzhaAvatar border
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
333.7K
3.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#718
Musuh Baru



assalamualaikum semuanya, maaf atas segala kendala yang terjadi sehingga membuat saya tidak bisa update cerita terbaru. Alhamdulillah, sekarang saya dan keluarga sudah baik-baik saja berkat doa dari kalian semua emoticon-Shakehand2
Oke, tanpa berlama-lama lagi, silahkan dibaca lagi kelanjutan dari kisah saya.



*




Kaget bukan kepalang begitu aku mendengar ada santet yang diletakkan didepan kontrakanku dan ditujukan untuk menyerang kami.


"Gila!" Ucapku penuh emosi.


"Ini sih udah gak bisa dibiarin lagi. baik emang si kampret itu!" Kataku geram.


Istriku hanya bisa terduduk diam sambil terus berucap istighfar berulangkali.


Sedangkan bapak masih terus memperhatikan bungkusan kecil itu.
kaskus-image


Aku yang masih penuh emosi kemudian terdiam demi melihat apa yang bapak lakukan.


Aku melihat bapak membuka bungkusan itu dan memperlihatkan isinya.


Aku dan istriku hanya bisa melongo melihat semua benda-benda yang aneh ada didalamnya. Ngeri sekali membayangkan bagaimana nantinya bila santet itu berhasil mengenai kami.


Ada beberapa benda didalamnya. 

- 2 buah silet yang sudah tampak lama dengan karat disana sini.

- 7 buah paku kecil.

- segulung kawat yang sudah berkarat.

- beberapa bunga seperti mawar, melati, Kamboja, dan satu bunga tanjung (bapak yang bilang kalau itu adalah bunga tanjung).

Bunga tanjung bree
kaskus-image


"Astaghfirullah hall'adziim...," Ucapku dan istri.


Bapak hanya menghela nafasnya setelah memperlihatkan isinya.


Sambil geleng-geleng kepala, bapak berkata.


"Sudah gila rupanya orang-orang ini. Mereka sampai melakukan sesuatu hal yang sangat berbahaya seperti ini. Ini kalau bapak gak salah, namanya santet bunga Tanjung. Andai saja bapak yang sekarang masih seperti bapak yang dulu. Udah habis bapak kirim balik."


Aku yang cemas akan keselamatan kami berdua segera bertanya kepada bapak. 


"Lalu, apa yang sebaiknya kami lakukan, pap?"


Sambil memandang tajam kearah kami, bapak lalu berkata dengan tegas.


"Hari ini juga, kalian harus ambil cuti dan ikut sama bapak pulang ke Indramayu. Nanti kita juga harus ke Cirebon."


Sesaat aku dan istriku saling pandang. Seolah kompak, kami berdua saling menganggukan kepala.


Aku lalu berkata kepada bapak.


"Oke, pap."


Bapak lalu bertanya kepada istriku.


"Neng, gimana. Apa kamu bisa mengambil cuti dadakan kaya gini?"


Istriku mengangguk dengan mantap.


"Iya, pak. Lagian juga saya bakalan resign dari pabrik ini. Mau diijinkan ataupun tidak. Saya akan tetap gak masuk kerja. Soalnya ini sudah menyangkut nyawa kami berdua, pak."


"Bagus," kata bapak.


Lalu ia berkata lagi.


"Sekarang kalian kabarin ke atasan kalian masing-masing. Kalau sudah, kita beres-beres pakaian yang akan kalian bawa. Gak usah banyak-banyak."


Aku dan istriku mengangguk.


Bapak lalu membereskan isi dan kain putih itu kembali. Setelah mengikatnya lagi, bapak lalu meminta plastik guna memasukan kain putih itu. 


Aku sendiri segera menelpon komandanku.


Aku ceritakan saja seluruh kejadian yang menimpaku dengan singkat. Dan meminta cuti dadakan selama 2 hari ( Jumat dan Sabtu ) untuk urusan keluarga.


Alhamdulillah, komandanku mengerti dengan kondisiku. Mungkin karena dia juga berdarah Banten. Sehingga ia tak asing dengan hal-hal yang semacam itu.


Setelah beres mendapatkan ijin. Aku segera membantu istriku yang sedang beres-beres dengan barang-barang yang akan kami bawa.


Sambil memasukkan beberapa baju kedalam tas besar, aku bertanya kepada istriku.


"Bun, bunda sudah dapet ijin?"


Istriku mengangguk.


"Tadinya sih gak boleh sama mister. Tapi bunda bilang ada urusan mendadak. Bunda bilang nenek bunda meninggal. Jadi akhirnya di ijinkan juga."


"Dasar," kataku sambil tersenyum.


Aku tersenyum karena istriku tidak sepenuhnya berbohong. Karena memang, neneknya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Sebelum kami menikah malah.
emoticon-Ngakak

Sekitar jam delapan pagi, semuanya sudah beres. 


Kami bertiga lalu keluar rumah sambil membawa sebuah tas besar yang berisi pakaianku dan istriku. Juga beberapa benda yang sepertinya kami butuhkan.


Disaat aku sedang mengunci pintu kontrakan, tiba-tiba lewatlah Rika.


Dengan gaya berjalannya yang angkuh, ia melewati kami tanpa menegur sama sekali. Kulihat dagunya yang sedikit terangkat saat berjalan, makin mengangkat ketika melewati kami. Tapi, entah ia sadar atau tidak. Aku bisa melihat dengan sedikit jelas, kalau ekor matanya melirik kearah bawah. 


Entah kearah siapa atau kemana. Yang pasti bola hitam dimatanya itu seperti jelalatan mencari sesuatu.




Kemudian, ia berlalu begitu saja.


Sumpah, saat melihatnya apalagi setelah mendengar cerita abah, aku hampir saja ingin mengambil sebuah pot bunga diterasku, lalu melemparkannya kearah wajah sombongnya itu.
emoticon-Marah


Tapi perasaan itu aku tekan sekuat tenaga. Karena mau bagaimanapun juga, secara kasat mata, perbuatannya tidak bisa aku buktikan kepada aparat bila mereka menanyakan motif ku berbuat kasar seperti itu.


Bisa-bisa aku akan dihukum penjara dengan aduan tindak kekerasan terhadap perempuan.


Setelah ia menghilang dikelolan kontrakan, aku menghembuskan nafas panjang. Seolah lega karena sudah bisa menahan diri dari emosi.


Aku segera menuju motorku. Tapi, saat aku melihat istriku yang saat itu sedang berdiri disamping motor, aku terkejut melihat matanya yang seperti menyorot merah. Saat kuperhatikan dengan lebih baik, bola matanya sedang melihat kearah tadi Rika berjalan.


Aku lalu menyentuh bahunya.


Istriku seperti terkaget.


"Ada apa, yah?" Kata istriku sedikit tergagap.


"Gak papa. Ya udah, ayo buruan naik. Udah ditungguin bapak tuh," kataku.


Setelah itu aku, istriku, dan bapak segera berangkat kembali ke rumah bapak. Karena bapak juga harus membawa pakaian-pakaian salin.



SKIP



Saat ini, kami bertiga (aku, bapak dan istriku) sudah berada di dalam bus yang akan mengantarkan kami ke Indramayu.


Kami naik dari terminal Kalideres, sedangkan motor-motor kami dititipkan di penitipan motor yang ada di dalam terminal. 


Tadinya, adik-adikku merengek ingin ikut sewaktu kami tiba di rumah bapak untuk mengambil baju-baju ganti bapak. Tapi bapak melarangnya karena selain mereka harus sekolah, juga hal yang akan kami lakukan bukan hal yang sembarangan.


Bus berangkat dari terminal pukul 10 siang. Posisi duduk kami adalah, aku dan istriku duduk dikursi depan sedangkan bapak duduk di kursi belakang kami. Kami sengaja duduk di kursi sheat 2.


"Bun, kata bapak bungkusan kertas putih itu baru ditanam semalam. Kira-kira bunda tahu nggak siapa yang naruh?" Kataku membuka perbincangan di atas bus yang sedang melaju.




"Kurang tahu, yah. Tapi nggak tahu kenapa feeling bunda mengatakan kalau itu perbuatan Rika,"


"Rika si babi perempuan itu?"


Istriku mengangguk.


Aku lalu menyandarkan kepalaku dikursi. Mataku nyalang menatap ke atas, melihat dan seperti memperhatikan semua guratan-guratan yang ada di atap mobil bis ini. Tetapi pikiranku membayangkan wajah Rika, wajah sombong yang tadi pagi kulihat.


Setelah dipikir-pikir dengan baik, memang ada sesuatu yang mencurigakan yang kulihat dari gerak-geriknya. Seperti ekor matanya yang melihat kearah pot bunga kami. seperti pandangan seseorang yang tengah mencari-cari sesuatu.


Aku menghela nafas panjang.


"Masalah apalagi ini...," Desahku dalam hati.


Masalah dengan Sukirman belum selesai, kini datang lagi masalah baru.


Ibarat kata, aku melawan Sukirman. Dan istriku melawan Rika.


Dan siapakah yang akan jadi pemenangnya?


Entahlah.


Aku memasrahkan semuanya kepada yang maha kuasa. Aku yakin kalau yang benar pasti akan menang di akhir cerita.


"Gimana, yah?" Kata istriku membangunkanku dari lamunan.


"Heh," aku tersadar.


Sambil tersenyum aku mengelus kepalanya.


"Mungkin saja tebakan bunda benar. Mulai saat ini, kita harus selalu waspada dan hati-hati. Karena nggak tahu kenapa, ayah merasa bahwa nanti akan terjadi sesuatu yang diluar nalar yang akan terjadi dengan kita. Jadi kita harus mempersiapkan segala sesuatunya," ucapku.


Istriku mengangguk.


"Jangan lupa selalu kasih kabar kepada Abah. Biar Abah tahu kondisi kita, terutama bunda, karena bunda dan abah sudah memiliki ikatan batin yang kuat," kataku lagi.


"Iya ayah," jawab istriku.


"Terus kira-kira, semalam bunda ada ngerasa sesuatu yang aneh nggak dikontrakkan?" Tanyaku.


Istriku merenung sebentar.


"Emm... Kayaknya sih ada, yah," kata istriku.


Aku sedikit menghadapkan badanku kepadanya, biar lebih fokus dengan apa yang akan ia ceritakan.


"Jadi, bunda kan semalam susah tidur gara-gara mikirin ayah. Terus nggak tahu jam berapa apa bunda tidur, lalu sekitar jam 2-an tengah malam, bunda kebangun. Nggak tau kenapa kamar itu terasa panas banget. Udah gitu itu bunda ngerasa kayak ada yang merhatiin bunda dari arah ruang depan." Kata istriku memulai dengan ceritanya.


Aku mendengarkan dengan cermat.


"Tapi bunda berusaha untuk mengacuhkannya. Bunda berusaha untuk tidur lagi. Tapi, semakin bunda memejamkan mata, perasaan gak enak itu semakin tajam. Akhirnya bunda memutuskan untuk salat tahajud. Sewaktu bunda ambil wudhu juga kayak ada yang merhatiin dari atas,"


"Bunda nggak takut?" Potongku.


"Ya takut, yah. tapi sebisa mungkin bunda berusaha untuk bisa mengontrol ketakutan bunda biar enggak tambah takut. Jadi bunda sekuat tenaga mencoba untuk berani. Karena kalau kata Abah misalkan kita semakin takut maka jin akan semakin memiliki kekuatan, sampai nantinya mereka bisa menampakan wujudnya. Karena untuk bisa menampakan diri di dunia nyata, makhluk-makhluk itu membutuhkan kekuatan yang sangat besar," 


Aku mengangguk-angguk.


"Lalu?" Tanyaku.


"Ya setelah itu bunda berusaha fokus untuk salat,"


"Terus bunda salatnya di mana, di kamar apa di ruang depan?"


"Di ruang depan, yah,"


"Selama bunda salat, bunda nggak ngerasain apa-apa?"


"Yang bunda rasain ya kayak ada yang merhatiin, terus badan ini rasanya merinding semua. Pokoknya bikin bunda nggak nyaman deh,"


"Nggak ada yang nampakin ke bunda gitu, suara atau apa?"


Istriku menggeleng.


"Eh tapi tunggu dulu. Kayaknya kalau suara ada sih, yah," kata istriku cepat.


Aku semakin berdebar-debar mendengar cerita istriku.


"Kalau bunda nggak salah ingat setelah bunda selesai salam kedua. Dan saat bunda sedang membereskan sajadah, bunda dengar kayak ada suara pasir yang dilempar kaca jendela kontrakan kita. Otomatis bunda mau nengok, heh enggak ada apa-apa. Terus bunda deketin itu jendela, terus bunda raba-raba bagian bawahnya juga di lantai. Tapi di lantai juga bersih nggak ada pasir atau apapun. Akhirnya bunda balik lagi kekamar sambil bawa sajadah."


Aku terdiam sambil berfikir dan menduga-duga setelah mendengar cerita istriku.


"Mungkin...," Aku memutus perkataanku karena aku sedikit ragu-ragu. 


"Mungkin apa, yah?" Desak istriku.


Aku memandangi wajahnya sebelum kuputuskan untuk menyelesaikan perkataanku.


Sebelum berkata, aku menarik dan menghembuskan nafas panjang. Lalu, sambil menatap matanya dalam dalam aku berkata.


"Mungkin benar apa yang bunda tuduhkan. bahwa memang lirik Allah yang telah menaruh santet bunga tanjung itu di dalam pot bunga kita. Dan itu artinya kita memiliki musuh baru. Sebenarnya musuh lama, tapi dia baru saja membuka kedoknya."


"Maksud ayah, Rika juga sekarang sudah berani terang-terangan mencelakakan kita?" Tanya istriku.


Aku mengangguk.


"Kalau dari dugaan ayah sih, Rika mungkin kecewa karena perbuatannya yang kemarin gagal untuk mengusir bunda dari pabrik. Sehingga ia akhirnya memilih untuk melakukannya sendiri. Tujuannya bukan lagi untuk menggeser dan mengusir bunda dari pabrik. Tapi sekarang ya bertujuan untuk menyingkirkan bunda selamanya."


Istriku terdiam. Ia kulihat shock dengan dugaan yang aku katakan. mungkin dia tak menyangka bahwa rasa benci Rika akan sedalam itu kepadanya.


"Kok dia bisa sampai sejahat itu ya?" Tanya istriku kepada dirinya sendiri.


Aku sungguh kasihan melihat istriku yang seperti ini.


Aku merangkul pundaknya dan berusaha menghiburnya.


"Itulah sifat manusia, Bun. Kalau di dalam hatinya sudah ada rasa iri dan dengki maka segala cara dan upaya pasti akan dilakukannya. Yang penting bunda sekarang harus kuat menghadapi cobaan ini. karena kalau kata pepatah, semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang pula anginnya. Begitu pula bunda, semakin tinggi jabatan bunda maka akan semakin banyak juga orang yang iri kepada bunda dan berusaha untuk menjatuhkan bunda bagaimanapun caranya. Yang penting kita jangan putus asa, ingat kita punya Allah. selamat jalan kita benar dan juga kita berada di kebenaran maka tidak usah takut dengan apapun oke."


Istriku mengangguk dalam dekapanku.


Tak terasa bus yang kami tumpangi sudah melaju di jalur Pantura. Jalur yang akan membawa kami kepada takdir yang telah ditentukan oleh-NYA.






***
jenggalasunyi
redrices
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 55 lainnya memberi reputasi
56
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.