Aku hanya berada dibarisan tengah, menyaksikan jagoan kami beradu senjata tajam dengan jagoan mereka tadi.
Suara besi-besi saling beradu serta caci maki lantang terdengar, 'bug' bunyi yang terdengar saat senjata tajam saling menghantam tubuh mereka. Tanpa sedikitpun darah yang keluar dari tubuh mereka, diluar nalar dan logika.

Jagoan mereka sangat lihat dan ahli dalam pertempuran ini, kami dengan jumlah sebanyak ini pun terdesak.

' lempar batu ke mereka cepat-cepat, molotovnya mana ini lempar. 'komando pak Ainun yang sedang beradu senjata tajam dengan jagoan mereka.

Kami yang berada dibarisan belakang para jagoan kami ini, segera melaksanakan perintahnya. Batu-batu kami lempar tak lupa molotov juga, yang membuat mereka mundur.
Kami yang merasa di atas angin terus membabi buta mengejar mereka, tapi kami salah.

Pasukan mereka dengan tiba-tiba menyerang kami dari samping, ternyata mereka sudah bersembunyi di situ seolah menunggu momen yang tepat, tebasan Senjata tajam pun tak bisa kami hindari, banyak dari kami yang terkena.

Kami pun mundur dan kocar-kacir dibuatnya. Tapi dibelakang ada rombongan beberapa orang, yang dengan santai maju kedepan membantu jagoan kami menahan laju mereka.
Tapi tetap sama saja, mereka seperti batu.

' ayo maju, kamu backing aku ya.' ajak elang padaku.

Aku hanya menganggukan kepala, dan kami pun maju.
Elang dengan mengendap-endap maju ke tengah musuh, dari arah samping kiri, yang banyak semak belukar.

Aku masih mengikuti dibelakangnya sebagai backing nya.
Elang pun menangkap, satu orang yang berada ditengah mereka, yang dia perkirakan adalah levelnya.

Elang menangkap dengan sarungnya, dan menyeret nya ke arah kami.

' awas Lang 'teriaku ketika pihak musuh kami berusaha menyelamatkan temannya yang diseret elang, aku pun membacok kepala nya dengan Mandau ku. Tapi berhasil dihindarinya.

Kemudian aku berlari dan menubruknya, dia terjatuh dan senjata tajam nya aku ambil dengan cepat, dia berusaha lari, tapi aku dengan reflek mengayunkan senjata tajamnya yang kuambil.

' mati kau ba*i .' teriaku padanya.

Kemudian darah segar mengalir membasahi bagian belakang tubuhnya, darah yang membuat baju Koko nya yang putih menjadi berwarna.

'astgafirullah....... ' ucapku sambil bergetar tubuhku, ini baru pertama kali aku membacok seseorang.
Aku kemudian berlari ke arah pasukan kami, aku melihat elang sedang mengayunkan senjata tajamnya berkali-kali, ke orang yang dia tangkap tadi.
Bukan hanya elang, banyak pasukan kami yang mengeroyok orang itu, bahkan didepan mataku ususnya terburai ditusuk tombak.
Hal yang baru pertama kali dalam hidup ku melihat hal seperti ini.

Orang itu bernasib naas, ia kehilangan nyawanya begitu tragis, dengan tubuh yang penuh luka, dan wajah yang hancur karna di bacok bertubi-tubi.

Hal yang menjadi mimpi burukku sampai saat ini, karna menyaksikan kekejian atas ego kami di waktu itu.

Beberapa jagoan mereka pun mulai tumbang, dan beberapa jagoan kami pun juga tumbang.
Belum ada yang mau kalah atau mengalah.

Kami masih bertekad menjemput jenazah, pak Salih pulang.
Rentetan tembakan mulai terdengar, pihak kepolisian pun membubarkan kami.
Kami mau tak mau mundur secara perlahan, kearah titik awal kumpul kami.

Tetua-tetua kami pun dipanggil dan dikumpulkan oleh kepolisian, untuk mediasi damai dengan mereka.
Kami pun masih bertahan dititik awal kami berkumpul.

Fajar mulai berganti, menjadi malam.
Gelap mulai menyapa, kami masih menunggu hasil apa yang akan di bawa pulang tetua-tetua kami.

' saudara-saudara mari berkumpul kemari.' ucap salah seorang pemimpin dari desa sebrang, Pak Toni.

' pemuda-pemuda sebagian, siapa saja yang berani saja. Mari kita serang dan masuki perkampungan mereka, mumpung sedang ada mediasi. Kita bakar kampung mereka .' ajak pak Toni.

Dan aku pun ikut dalam rombongan tsb, kami dengan mengendap-endap, menyusuri jalan menuju belakang kampung mereka, walau harus berjalan jauh.
Kami hanya melihat beberapa pemuda dari musuh kami yang berada dibelakang perkampungan mereka, tanpa pikir panjang kami pun langsung merangsek masuk, dengan membabi buta kami, menyerang mereka.

Para pemuda itu pun kaget, dan memberi sedikit perlawanan.
Ada seorang pemuda musuh kami yang terkena bacok di kaki nya, oleh Rasyid temanku, kemudian oleh Rasyid di lempar kebelakang kearah ku.

Dengan sigap aku injak-injak dia, ' ampun bang ampun bang, aku tidak ikut-ikutan bang. ' rintih pemuda itu.
Tapi entah jin mana yang merasuki ku, bukannya aku kasihan, aku malah mengeluarkan mandauku dari sarangnya.

'mati kau pecundang, pulang ke pulau mu sana ' hardiku sembari membacokinya. Entah inspirasi dari mana, aku kemudian memenggal kepalanya, tanpa pikir panjang.

Jackpot kataku dalam hati berhasil mendapatkan kepala pertama kali menggunakan Mandau ku ini.

Aku kemudian bergerak maju, mengetuk setiap pintu rumah dan mendobraknya. Rumah yang kosong pun aku dan pasukan kami bakar.

Sampai di suatu rumah, ketika aku melihat orang didalamnya aku bergegas merangsek mencarinya.
Dan disini, kakiku terasa lemas, betapa tidak didepanku orang itu tetiba kepalanya terpenggal tanpa ada yang menyentuhnya.

Tepat didepan mataku.
Tidak ada orang lain, tidak ada senjata tajam yang terbang secara ghaib.
Orang itu terpenggal kepalanya.

Aku kemudian keluar, untuk mencari lagi musuh, tak terasa aku dijegal dan jatuh.

'MATI KAU' kata yang terdengar di telingaku.