Agustus dalam Kenangan

Assalamualaikum Agan dan Sista.
Merdeka!!! Kata yang sering digaungkan saat mendekati perayaan tujuh belas Agustus. Hal yang paling diingat ketika momen Agustusan adalah upacara yang berbeda dari upacara hari Senin dan berbagai macam lomba yang diadakan.

Berikut saya akan berbagi kenangan ketika menjadi pengawal siswa mengikuti lomba parade Agustusan. Ahhh, kangen rasanya kembali ke masa itu. Secara sekarang sudah resign dan fokus mengurus rumah.



Ini kenangan ketika perayaan HUT Kemerdekaan RI tahun 2013. Jadi waktu itu kota kami mengadakan lomba parade Agustusan dengan tema "Budaya dalam Barang Bekas". Lomba ini diikuti oleh berbagai instansi yang ada di kota kami.

Kami bersiap di balaikota sejak pukul enam pagi. Acara mulai pukul tujuh. Sebelum mulai jalan, panitia mengatur setiap rombongan agar bisa tertib dan teratur. Kami diberi arahan rute dan atraksi yang harus pentaskan ketika sampai di panggung walikota.



Saya dan beberapa guru yang lain mengatur anak-anak yang berjumlah kurang lebih tiga puluh orang agar bisa tertib. Tak lupa kami mengecek kondisi kesehatan masing-masing siswa, memastikan mereka kuat berjalan sesuai rute yang ditentukan.

"Bu, ini tasnya simpan di mana?" Salah satu murid bertanya ketika saya menghampirinya.

Saya yang melihat ia dengan kostum yang cukup rumit menawarkan diri untuk untuk membawanya. Namun, saat menerima tas tersebut. Masya Allah, berat sekali tas ini.

"Berat banget, ini isinya apa?" tanyaku.

"Anu itu teman-teman tadi nitip minum, Bu. Hehehehe," katanya sambil menggaruk kepala yang tertutup topeng.

Saya langsung membuka resleting. Benar saja, ada sekitar sepuluh botol air mineral di dalam sana. Tapi demi mereka tak apalah, toh nanti akan habis juga.

Perjalanan dimulai, peserta yang begitu banyak membuat kami harus berjalan dengan perlahan. Belum lagi panas terik membuat kami seperti dipanggang.

Kami terus berjalan, sedikit demi sedikit. Kaki mulai terasa panas, ingin rasanya lepas sepatu dan berendam di air dingin. Sambil berkeliling mengecek kondisi siswa, saya merasakan ada yang aneh. Ternyata sepatu jebol. Sempat panik, karena perjalanan baru setengah dari rute yang harus ditempuh.

Akhirnya sepatu yang jebol itu dipaksa untuk dipakai berjalan. Dapat dibayangkan gaya jalan saya saat itu, hampir mirip suster ngesot. Sambil berharap akan menjumpai warung atau toko yang menjual sandal.

Akhirnya, lem di sepatu telah terlepas sempurna. Sepatu saya lebih lapar dari yang punya ternyata. Bersyukur, tak jauh dari situ ada toko yang menjual sendal. Sepasang sendal jepit akhirnya melekat di kaki. Lega sekali rasanya.

Perjalanan dilanjutkan dan tak terasa sudah sampai di garis finish. Tas ransel titipan siswa masih terasa berat, air minum utuh. Karena dari pihak sekolah ada petugas lain yang membawakan minum. Dan tentunya anak-anak lebih senang mengambil minum yang telah disediakan dari pada harus mencari guru yang tertinggal di belakang karena sepatu jebol. Hahaha.

Sungguh kenangan Agustusan yang tak terlupakan. Meskipun merana karena sepatu jebol dan pundak sakit. Namun, hati puas karena telah ikut berpartisipasi meramaikan HUT RI. Merdeka!!!