- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#171
Jilid 6 [Part 124]
Spoiler for :
Kembali Gajah Sora terdiam. Dan kembali Gajah Sora menelan ludah beberapa kali. Matanya nampak semakin merah bukan oleh nyala kemarahan.
Mendengar kata-kata itu, bulu tengkuk Mahesa Jenar serasa serentak berdiri. Kata-kata itu langsung menyusup ke perasaannya yang paling dalam. Agaknya perasaan yang demikian pulalah yang menyebabkan dirinya seperti orang yang kehilangan pegangan.
Tetapi Wanamerta dan Panjawi mempunyai tanggapan yang lain. Wajahnya menjadi tegang. Mereka tidak begitu mengerti maksud Gajah Sora. Karena itu Wanamerta segera bertanya,
Kembali mata Ki Ageng Gajah Sora melekat pada Sang Saka Gula Kelapa yang seolah-olah melambaikan tangan-tangannya kepada Gajah Sora, sebagai salam hangat setelah agak lama tidak bertemu. Karena itu hati Ki Ageng Gajah Sora menjadi semakin terkoyak-koyak.
Gajah Sora memandang Wanamerta dengan penuh pengertian dan haru. Tetapi ia sudah mempunyai suatu ketetapan bahwa ia sama sekali tak bermaksud menodai Sang Saka Gula Kelapa. Karena itu katanya,
Wanamerta dan Panjawi menundukkan mukanya dalam-dalam. Di dalam hatinya telah membayang sedikit pengertian akan ucapan pemimpinnya yang sangat dicintainya itu. Namun bagaimanapun, agaknya amat sulit baginya untuk melepas Gajah Sora pergi sebagai seorang terdakwa yang telah melakukan pengkhianatan.
Karena itu Wanamerta masih mencoba bertanya,
Kembali Wanamerta menundukkan kepalanya. Ia kenal betul akan sifat dan watak Gajah Sora. Apabila ia sudah menjatuhkan keputusan, maka tak seorang pun yang akan dapat mengubahnya. Karena itu, dengan perasaan yang tertekan ia terpaksa berdiam diri.
Sebaliknya Panjawi yang masih belum dapat mengendapkan dirinya, berkata menyela,
Mendengar perintah itu, dada Panjawi serasa menerima pukulan yang maha dahsyat, sampai ia memejamkan mata beberapa saat untuk dapat menenangkan perasaannya kembali.
sampai akhirnya tertumbuk pada seekor kuda hitam dengan seorang anak di punggungnya dan tampaknya dengan enaknya melihat dua pasukan yang hampir bertempur itu seperti melihat rombongan pawai prajurit. Melihat hal itu jantung Mahesa Jenar berdesir. Apakah yang terjadi andaikata kedua pasukan itu benar-benar bertempur, sedangkan Arya berada diatas sebuah gundukan tanah dalam garis serangan sayap kanan pasukan Demak. Andaikata sampai terjadi sesuatu atasnya pastilah ia harus mempertanggungjawabkannya.
Maka dengan isyarat Arya dipanggil untuk mendekati ayahnya. Tetapi rupa-rupanya anak itu agak takut, sehingga isyarat itu sampai harus diulangi dua kali.
Ketika Arya telah berada disampingnya, dengan pandangan yang semakin sayu dan kata-kata yang gemetar, Ki Ageng Gajah Sora berkata kepada Arya,
Arya yang tidak tahu masalahnya, mendengar kata-kata ayahnya itu menjadi terkejut dan menduga-duga, tetapi sekejap kemudian ia menjadi kegirangan. Wajahnya berseri-seri dan dengan segera ia maju mendekat.
Sebaliknya adalah Wanamerta, Panjawi dan Mahesa Jenar. Ketika mereka mendengar kata Gajah Sora itu dada mereka bergoncang hebat. Sebab mereka sadar akan arti kata-kata itu. Dengan demikian maka Ki Ageng Gajah Sora telah menyerahkan pemerintahan Banyubiru kepada putra satu-satunya yang belum dewasa.
Mendengar kata-kata itu, bulu tengkuk Mahesa Jenar serasa serentak berdiri. Kata-kata itu langsung menyusup ke perasaannya yang paling dalam. Agaknya perasaan yang demikian pulalah yang menyebabkan dirinya seperti orang yang kehilangan pegangan.
Tetapi Wanamerta dan Panjawi mempunyai tanggapan yang lain. Wajahnya menjadi tegang. Mereka tidak begitu mengerti maksud Gajah Sora. Karena itu Wanamerta segera bertanya,
Quote:
"Bagaimanakah maksud Ki Ageng sebenarnya?"
"Lalu apakah yang akan Ki Ageng lakukan?" sela Panjawi yang menjadi semakin gelisah.
"Aku akan berbicara dengan mereka," jawab Gajah Sora.
Mendengar jawabnya itu Wanamerta dan Panjawi saling memandang dengan kebingungan.
"Mereka tidak datang untuk berbicara," jawab Panjawi kemudian,
"Tetapi mereka datang dengan gelar perang."
"Lalu apakah yang akan Ki Ageng lakukan?" sela Panjawi yang menjadi semakin gelisah.
"Aku akan berbicara dengan mereka," jawab Gajah Sora.
Mendengar jawabnya itu Wanamerta dan Panjawi saling memandang dengan kebingungan.
"Mereka tidak datang untuk berbicara," jawab Panjawi kemudian,
"Tetapi mereka datang dengan gelar perang."
Kembali mata Ki Ageng Gajah Sora melekat pada Sang Saka Gula Kelapa yang seolah-olah melambaikan tangan-tangannya kepada Gajah Sora, sebagai salam hangat setelah agak lama tidak bertemu. Karena itu hati Ki Ageng Gajah Sora menjadi semakin terkoyak-koyak.
Quote:
"Kalau mereka tidak dapat berbicara," kata Gajah Sora Sora selanjutnya,
"aku akan menyertai mereka ke Demak. Sebab aku percaya bahwa pemerintahan berjalan dalam garis-garis hukum. Bagaimanapun juga masalah ini adalah masalah kita bersama yang harus dapat kita selesaikan, tanpa pertumpahan darah."
Wanamerta dan Panjawi agaknya masih belum begitu mengerti maksud Gajah Sora, sehingga terdengar suara Wanamerta agak tertahan,
"Anakmas, kami adalah orang-orang yang bersedia dibujur-lintangkan untuk keselamatan Anakmas."
"aku akan menyertai mereka ke Demak. Sebab aku percaya bahwa pemerintahan berjalan dalam garis-garis hukum. Bagaimanapun juga masalah ini adalah masalah kita bersama yang harus dapat kita selesaikan, tanpa pertumpahan darah."
Wanamerta dan Panjawi agaknya masih belum begitu mengerti maksud Gajah Sora, sehingga terdengar suara Wanamerta agak tertahan,
"Anakmas, kami adalah orang-orang yang bersedia dibujur-lintangkan untuk keselamatan Anakmas."
Gajah Sora memandang Wanamerta dengan penuh pengertian dan haru. Tetapi ia sudah mempunyai suatu ketetapan bahwa ia sama sekali tak bermaksud menodai Sang Saka Gula Kelapa. Karena itu katanya,
Quote:
"Paman…, aku tahu kesetiaan Paman dan segenap laskar Banyubiru. Tetapi aku harap Paman juga mengetahui kesetiaanku kepada bendera itu, Sang Saka Gula Kelapa, sebagai lambang kesatuan negara. Termasuk Banyubiru. Sebab Banyubiru sendiri tak ada artinya di muka bumi ini, kalau tidak bersama-sama dengan daerah-daerah lainnya berkembang di taman sarinya. Negara kita ini. Sebaliknya, negara kita ini tidak pula akan tegak melawan badai sejarah kalau tidak berakar di dalam jiwa rakyat di daerah-daerah, termasuk Paman dan seluruh rakyat Banyubiru."
Wanamerta dan Panjawi menundukkan mukanya dalam-dalam. Di dalam hatinya telah membayang sedikit pengertian akan ucapan pemimpinnya yang sangat dicintainya itu. Namun bagaimanapun, agaknya amat sulit baginya untuk melepas Gajah Sora pergi sebagai seorang terdakwa yang telah melakukan pengkhianatan.
Karena itu Wanamerta masih mencoba bertanya,
Quote:
"Anakmas, tidakkah Anakmas dapat berbicara dengan mereka dalam kesempatan lain yang lebih baik, sehingga Anakmas tidak dianggap sebagai seorang tangkapan?"
'Tak akan ada lagi kesempatan kecuali ini, Paman. Sebab kalau aku tidak mempergunakan kesempatan ini, pasti akan terjadi pertumpahan darah sesama kita yang tak ada artinya," jawab Ki Ageng Gajah Sora.
'Tak akan ada lagi kesempatan kecuali ini, Paman. Sebab kalau aku tidak mempergunakan kesempatan ini, pasti akan terjadi pertumpahan darah sesama kita yang tak ada artinya," jawab Ki Ageng Gajah Sora.
Kembali Wanamerta menundukkan kepalanya. Ia kenal betul akan sifat dan watak Gajah Sora. Apabila ia sudah menjatuhkan keputusan, maka tak seorang pun yang akan dapat mengubahnya. Karena itu, dengan perasaan yang tertekan ia terpaksa berdiam diri.
Sebaliknya Panjawi yang masih belum dapat mengendapkan dirinya, berkata menyela,
Quote:
"Ki Ageng…, sebenarnya kami lebih senang apabila Ki Ageng memerintahkan kepada kami untuk menghunus pedang kami daripada melepaskan Ki Ageng pergi sebagai seorang tawanan."
GAJAH SORA tersenyum pahit. Lalu jawabnya,
“Aku bukanlah tawanan prajurit yang kalah perang, Panjawi. Hal ini pasti disadari pula oleh orang-orang Demak itu, bahwa aku masih tegak di hadapan pasukanku yang belum pasti dapat mereka kalahkan.”
“Karena itu berikanlah kepada kami perintah, Ki Ageng,” sahut Panjawi yang agaknya masih berdarah panas.
“Panjawi…” jawab Gajah Sora,
“Memang di dalam tubuhmu mengalir darah jantan sejati. Tetapi dengarlah perintahku baik-baik. Kau dan Wanamerta tetap berada di tempatmu. Jagalah bahwa tak seorang pun dalam pasukan ini yang berkisar dari tempatnya.”
GAJAH SORA tersenyum pahit. Lalu jawabnya,
“Aku bukanlah tawanan prajurit yang kalah perang, Panjawi. Hal ini pasti disadari pula oleh orang-orang Demak itu, bahwa aku masih tegak di hadapan pasukanku yang belum pasti dapat mereka kalahkan.”
“Karena itu berikanlah kepada kami perintah, Ki Ageng,” sahut Panjawi yang agaknya masih berdarah panas.
“Panjawi…” jawab Gajah Sora,
“Memang di dalam tubuhmu mengalir darah jantan sejati. Tetapi dengarlah perintahku baik-baik. Kau dan Wanamerta tetap berada di tempatmu. Jagalah bahwa tak seorang pun dalam pasukan ini yang berkisar dari tempatnya.”
Mendengar perintah itu, dada Panjawi serasa menerima pukulan yang maha dahsyat, sampai ia memejamkan mata beberapa saat untuk dapat menenangkan perasaannya kembali.
Quote:
"Adi Mahesa Jenar…" kata Gajah Sora kepada Mahesa Jenar yang selama itu dengan penuh pergolakan di dalam dadanya memperhatikan setiap kata-kata Gajah Sora.
"Wanamerta dan Panjawi, Di manakah Arya?"
Pertanyaan ini mengejutkan benar, sebab untuk beberapa saat Mahesa Jenar telah melupakan anak ini.
"Bukankah tadi anak itu datang di belakang Adi?" sambung Gajah Sora.
"Benar, Kakang," jawab Mahesa Jenar agak gugup sambil melayangkan pandangannya berkeliling,
"Wanamerta dan Panjawi, Di manakah Arya?"
Pertanyaan ini mengejutkan benar, sebab untuk beberapa saat Mahesa Jenar telah melupakan anak ini.
"Bukankah tadi anak itu datang di belakang Adi?" sambung Gajah Sora.
"Benar, Kakang," jawab Mahesa Jenar agak gugup sambil melayangkan pandangannya berkeliling,
sampai akhirnya tertumbuk pada seekor kuda hitam dengan seorang anak di punggungnya dan tampaknya dengan enaknya melihat dua pasukan yang hampir bertempur itu seperti melihat rombongan pawai prajurit. Melihat hal itu jantung Mahesa Jenar berdesir. Apakah yang terjadi andaikata kedua pasukan itu benar-benar bertempur, sedangkan Arya berada diatas sebuah gundukan tanah dalam garis serangan sayap kanan pasukan Demak. Andaikata sampai terjadi sesuatu atasnya pastilah ia harus mempertanggungjawabkannya.
Maka dengan isyarat Arya dipanggil untuk mendekati ayahnya. Tetapi rupa-rupanya anak itu agak takut, sehingga isyarat itu sampai harus diulangi dua kali.
Ketika Arya telah berada disampingnya, dengan pandangan yang semakin sayu dan kata-kata yang gemetar, Ki Ageng Gajah Sora berkata kepada Arya,
Quote:
"Arya…, kau telah pernah mempergunakan tombakku yang sakti ini. Karena itu, pada hari ini tombak ini aku hadiahkan kepadamu."
Arya yang tidak tahu masalahnya, mendengar kata-kata ayahnya itu menjadi terkejut dan menduga-duga, tetapi sekejap kemudian ia menjadi kegirangan. Wajahnya berseri-seri dan dengan segera ia maju mendekat.
Sebaliknya adalah Wanamerta, Panjawi dan Mahesa Jenar. Ketika mereka mendengar kata Gajah Sora itu dada mereka bergoncang hebat. Sebab mereka sadar akan arti kata-kata itu. Dengan demikian maka Ki Ageng Gajah Sora telah menyerahkan pemerintahan Banyubiru kepada putra satu-satunya yang belum dewasa.
fakhrie... dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
Tutup