- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#165
Jilid 6 [Part 118]
Spoiler for :
Gajah Sora yang dapat menanggapi keadaan serta kebijaksanaan Arya Palindih segera menjawab,
Arya Palindih mendengarkan ucapan Gajah Sora itu sambil mengangguk-anggukkan kepala. Di dalam hatinya menjalar suatu pengertian yang berpengaruh. Akhirnya dengan kata-kata yang lunak ia berkata,
Baik Gajah Sora, Arya Palindih, Mahesa Jenar dan semuanya yang hadir di pendapa itu menyadari, bila sampai terjadi suatu bentrokan, akibatnya pasti akan jelek sekali. Sebab Laskar Banyubiru tidak dapat dianggap remeh. Laskar yang berakar pada jiwa rakyat yang setia. Mungkin Demak akan dapat mengatasinya dengan tidak banyak kesukaran.
Tetapi korbannya pasti akan banyak sekali. Tidak saja korban jiwa, tetapi korban yang lebih besar artinya bagi negara yang pada saat itu sedang terancam oleh kekuasaan penjajahan Portugis yang sudah membangun pangkalannya di Malaka. Maka usaha yang pertama, yang harus diutamakan adalah memperkuat garis armada Banten – Jakarta – Cirebon – Demak – terus ke timur – Supit Urang – langsung ke Hitu dan Ambon, sebagai garis utama untuk melumpuhkan usaha Portugis, terutama di bidang perniagaan laut dan kesiap-siagaan armada, yang setiap saat dapat menerobos ke wilayah Demak.
Bersandarkan pada kesadaran itulah, maka kemudian Arya Palindih yang tegas namun bijaksana itu berkata,
Meskipun Gajah Sora mencoba menahannya, Arya Palindih sudah memutuskan untuk segera pulang ke Demak dan melaporkan apa yang sudah terjadi, dengan harapan bersama bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan baik.
Sepeninggal Arya Palindih, segera Gajah Sora mengadakan pertemuan dengan segenap pembantunya serta Mahesa Jenar. Namun banyak hal yang tak dapat mereka selesaikan.
Sebab kuncinya terletak pada kedua keris yang hilang itu. Tetapi adalah menjadi kewajiban Gajah Sora untuk memerintahkan kepada semua laskarnya agar tidak berbuat hal-hal yang dapat mengeruhkan suasana.
Tetapi bagaimanapun, setelah peristiwa kedatangan utusan dari Demak itu, Gajah Sora menjadi perenung. Mahesa Jenar yang semula bermaksud meninggalkan Banyubiru, kemudian menjadi tidak sampai hati. Karena itu ditahankannya dirinya untuk tetap tinggal di Banyubiru sebagai kawan berunding dan berbincang Gajah Sora.
Hiburan yang utama bagi Gajah Sora adalah anaknya yang kini sudah hampir pulih kembali. Bahkan sudah mulai lagi dengan tingkahnya yang aneh-aneh dan diluar kebiasaan anak-anak yang sebaya dengan Arya Salaka, yang kadang-kadang sangat memusingkan kepala ayahnya. Meskipun pada umumnya Arya tidak berani membantah peringatan-peringatan ayahnya, tetapi kadang-kadang diluar pengawasan ia melakukan hal-hal yang berbahaya.
BEBERAPA hari kemudian tidak terjadi hal-hal yang luar biasa. Rakyat dengan tenang dan tenteram bekerja di sawah serta ladang mereka. Padi-padi yang sudah mulai menguning, bahkan ada diantaranya yang sudah masak untuk dipetik. Berduyun-duyunlah wanita turun kesawah serta saling menolong memotong padi, sedang laki-laki bergotong royong bekerja menyiapkan sawah-sawah yang telah dituai untuk ditanami kembali. Rumah-rumah yang terbakar pada saat penyerbuan gerombolan-gerombolan liar itu, secara gotong royong telah dibangun kembali. Bahkan tampak lebih kokoh dan lebih baik daripada yang semula.
Kehidupan yang aman damai telah memancar kembali menjiwai daerah Perdikan Banyubiru.
Tetapi, tidak demikian halnya dengan perasaan Gajah Sora. Meskipun sehari-hari ia tampak tenang dan segar, serta seperti biasanya ia ikut serta bekerja dengan rakyat Banyu Biru untuk kesejahteraan daerahnya, namun didalam hatinya tersimpan duri yang selalu menusuk-nusuk perasaannya.
Bagaimanapun, ia tidak dapat melupakan, bahwa akan datang saatnya ia harus mempertanggungjawabkan hilangnya kembali keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Meskipun ia dapat mengharapkan etikad baik dari Arya Palindih, namun bagaimanapun usaha-usaha dari pihak ketiga pasti masih selalu ada. Usaha-usaha dari golongan yang tidak ingin melihat kehidupan damai di Banyubiru khususnya, dan Demak pada umumnya. Tidak aneh kalau hal ini didalangi oleh orang-orang yang sengaja merongrong kebesaran Demak untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Sebab di dalam lingkungan mereka ada orang-orang yang cukup tangkas otaknya. Pasingsingan, Bugel Kaliki, Sima Rodra tua dapat mewayangkan orang-orang dalam yang tidak teguh imannya.
Karena itu, karena kecurigaannya kepada golongan-golongan yang ingin dengan sengaja mengeruhkan suasana. Gajah Sora telah mengambil kebijaksanaan untuk mengirimkan beberapa orang kepercayaannya ke Demak untuk mengetahui perkembangan keadaan. Orang-orang itu bertugas untuk mendengarkan desas-desus tentang keadaan Banyu Biru yang tersiar dipusat pemerintahan itu, serta kalau perlu mengadakan perlawanan dengan menceriterakan keadaan yang sebenarnya kepada kalangan yang seluas-luasnya.
Tetapi akhirnya, dengan dada yang gemuruh Gajah Sora mendengar laporan dari salah seorang kepercayaannya itu, bahwa di Demak telah berkembang keadaan yang sama sekali tak menguntungkan. Di Demak dengan tak diketahui sumbernya, telah tersiar berita bahwa kini di Banyubiru telah diadakan latihan keprajuritan secara teratur dan besar-besaran, sebagai salah satu usaha untuk tetap mempertahankan Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten.
Orang-orang Gajah Sora yang tidak seberapa jumlahnya itu telah berusaha untuk menyebarkan berita yang sebenarnya, namun rupanya arus kabar yang sengaja mengeruhkan suasana itu tak dapat dibendungnya. Bahkan akhirnya telah mempengaruhi beberapa pejabat Istana Demak.
Belum lagi Gajah Sora sempat mendalami serta mengupas masalah itu, datanglah orangnya yang kedua dengan suatu berita yang lebih mengejutkan lagi, yaitu, bahwa Demak telah mengirim satu pasukan untuk meneliti keadaan di Banyubiru.
Mendengar berita ini, pikiran Gajah Sora seolah-olah menjadi gelap. Karena itu segera ia memanggil pembantu-pembantunya beserta Mahesa Jenar. Apakah yang sebaiknya mereka lakukan apabila pasukan dari Demak itu benar-benar mendatangi Banyubiru.
Persoalan ini kemudian menjadi buntu. Tak seorangpun yang dapat memberikan ketetapan pendirian. Tetapi bagaimanapun, mereka merasa bahwa sebenarnya mereka sama sekali tak bersalah dengan hal ini. Gajah Sora hanyalah berbuat suatu kekhilafan yang sebenarnya tak begitu besar seandainya akibatnya menjadi lain.
Akhirnya, ketika tak seorangpun yang berhasil memecahkan persoalan itu dengan sebaik-baiknya, maka satu-satunya kemungkinan adalah menunggu sampai pasukan dari Demak itu datang, dan kemudian bersama-sama memperbincangkan masalahnya. Gajah Sora sadar bahwa ia tidak boleh tergesa-gesa mengambil sikap, sebab kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan selalu akan terjadi. Maka yang dapat dilakukan sekarang adalah mempertinggi kewaspadaan.
Diantara mereka yang selalu gelisah karena keadaan, maka yang paling gelisah adalah Mahesa Jenar, karena ia dapat melihat kebenaran sikap masing-masing.
Ia tidak dapat menyalahkan Ki Ageng Gajah Sora seandainya orang itu tetap merasa tak bersalah. Sebab ia sendiri telah berjuang mati-matian untuk merampas keris-keris itu, dan kemudian dengan sekuat tenaga pula telah dipertahankannya. Juga orang-orang Gajah Sora pasti akan mempertahankan kepala daerah mereka yang mereka segani dan cintai itu.
Tetapi sebaliknya, ia mengerti juga alasan Sultan Demak seandainya Baginda murka. Sebab Baginda merasa bahwa yang paling berhak atas kedua pusaka itu adalah pemerintah.
Quote:
"Paman, aku sejak semula memang percaya bahwa Paman selalu bertindak bijaksana. Meskipun demikian aku akan selalu berusaha untuk meyakinkan Paman bahwa aku telah berkata dengan jujur. Aku berjanji bahwa aku akan berusaha sekuat tenaga serta kemampuan yang ada di daerah ini, berusaha menemukan kembali kedua keris yang hilang itu sebagai bukti kesetiaanku kepada negara."
Arya Palindih mendengarkan ucapan Gajah Sora itu sambil mengangguk-anggukkan kepala. Di dalam hatinya menjalar suatu pengertian yang berpengaruh. Akhirnya dengan kata-kata yang lunak ia berkata,
Quote:
"Anakmas…, Anakmas adalah bekas prajurit pilihan pada masa Anakmas masih muda. Bagaimanapun juga aku tidak bisa mengerti peristiwa yang terjadi menurut ceritera Anakmas, namun aku percaya bahwa oleh jiwa kepahlawanan yang tersimpan di dalam dada Anakmas itu, maka Anakmas telah berlaku sebenarnya."
Baik Gajah Sora, Arya Palindih, Mahesa Jenar dan semuanya yang hadir di pendapa itu menyadari, bila sampai terjadi suatu bentrokan, akibatnya pasti akan jelek sekali. Sebab Laskar Banyubiru tidak dapat dianggap remeh. Laskar yang berakar pada jiwa rakyat yang setia. Mungkin Demak akan dapat mengatasinya dengan tidak banyak kesukaran.
Tetapi korbannya pasti akan banyak sekali. Tidak saja korban jiwa, tetapi korban yang lebih besar artinya bagi negara yang pada saat itu sedang terancam oleh kekuasaan penjajahan Portugis yang sudah membangun pangkalannya di Malaka. Maka usaha yang pertama, yang harus diutamakan adalah memperkuat garis armada Banten – Jakarta – Cirebon – Demak – terus ke timur – Supit Urang – langsung ke Hitu dan Ambon, sebagai garis utama untuk melumpuhkan usaha Portugis, terutama di bidang perniagaan laut dan kesiap-siagaan armada, yang setiap saat dapat menerobos ke wilayah Demak.
Bersandarkan pada kesadaran itulah, maka kemudian Arya Palindih yang tegas namun bijaksana itu berkata,
Quote:
"Anakmas, aku kira tugasku kali ini sudah selesai, meskipun tidak seperti yang aku harapkan. Dengan demikian aku akan minta diri, dan mudah-mudahan perkembangan selanjutnya tidak akan menyulitkan Anakmas dan kami."
Meskipun Gajah Sora mencoba menahannya, Arya Palindih sudah memutuskan untuk segera pulang ke Demak dan melaporkan apa yang sudah terjadi, dengan harapan bersama bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan baik.
Sepeninggal Arya Palindih, segera Gajah Sora mengadakan pertemuan dengan segenap pembantunya serta Mahesa Jenar. Namun banyak hal yang tak dapat mereka selesaikan.
Sebab kuncinya terletak pada kedua keris yang hilang itu. Tetapi adalah menjadi kewajiban Gajah Sora untuk memerintahkan kepada semua laskarnya agar tidak berbuat hal-hal yang dapat mengeruhkan suasana.
Tetapi bagaimanapun, setelah peristiwa kedatangan utusan dari Demak itu, Gajah Sora menjadi perenung. Mahesa Jenar yang semula bermaksud meninggalkan Banyubiru, kemudian menjadi tidak sampai hati. Karena itu ditahankannya dirinya untuk tetap tinggal di Banyubiru sebagai kawan berunding dan berbincang Gajah Sora.
Hiburan yang utama bagi Gajah Sora adalah anaknya yang kini sudah hampir pulih kembali. Bahkan sudah mulai lagi dengan tingkahnya yang aneh-aneh dan diluar kebiasaan anak-anak yang sebaya dengan Arya Salaka, yang kadang-kadang sangat memusingkan kepala ayahnya. Meskipun pada umumnya Arya tidak berani membantah peringatan-peringatan ayahnya, tetapi kadang-kadang diluar pengawasan ia melakukan hal-hal yang berbahaya.
BEBERAPA hari kemudian tidak terjadi hal-hal yang luar biasa. Rakyat dengan tenang dan tenteram bekerja di sawah serta ladang mereka. Padi-padi yang sudah mulai menguning, bahkan ada diantaranya yang sudah masak untuk dipetik. Berduyun-duyunlah wanita turun kesawah serta saling menolong memotong padi, sedang laki-laki bergotong royong bekerja menyiapkan sawah-sawah yang telah dituai untuk ditanami kembali. Rumah-rumah yang terbakar pada saat penyerbuan gerombolan-gerombolan liar itu, secara gotong royong telah dibangun kembali. Bahkan tampak lebih kokoh dan lebih baik daripada yang semula.
Kehidupan yang aman damai telah memancar kembali menjiwai daerah Perdikan Banyubiru.
Tetapi, tidak demikian halnya dengan perasaan Gajah Sora. Meskipun sehari-hari ia tampak tenang dan segar, serta seperti biasanya ia ikut serta bekerja dengan rakyat Banyu Biru untuk kesejahteraan daerahnya, namun didalam hatinya tersimpan duri yang selalu menusuk-nusuk perasaannya.
Bagaimanapun, ia tidak dapat melupakan, bahwa akan datang saatnya ia harus mempertanggungjawabkan hilangnya kembali keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Meskipun ia dapat mengharapkan etikad baik dari Arya Palindih, namun bagaimanapun usaha-usaha dari pihak ketiga pasti masih selalu ada. Usaha-usaha dari golongan yang tidak ingin melihat kehidupan damai di Banyubiru khususnya, dan Demak pada umumnya. Tidak aneh kalau hal ini didalangi oleh orang-orang yang sengaja merongrong kebesaran Demak untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Sebab di dalam lingkungan mereka ada orang-orang yang cukup tangkas otaknya. Pasingsingan, Bugel Kaliki, Sima Rodra tua dapat mewayangkan orang-orang dalam yang tidak teguh imannya.
Karena itu, karena kecurigaannya kepada golongan-golongan yang ingin dengan sengaja mengeruhkan suasana. Gajah Sora telah mengambil kebijaksanaan untuk mengirimkan beberapa orang kepercayaannya ke Demak untuk mengetahui perkembangan keadaan. Orang-orang itu bertugas untuk mendengarkan desas-desus tentang keadaan Banyu Biru yang tersiar dipusat pemerintahan itu, serta kalau perlu mengadakan perlawanan dengan menceriterakan keadaan yang sebenarnya kepada kalangan yang seluas-luasnya.
Tetapi akhirnya, dengan dada yang gemuruh Gajah Sora mendengar laporan dari salah seorang kepercayaannya itu, bahwa di Demak telah berkembang keadaan yang sama sekali tak menguntungkan. Di Demak dengan tak diketahui sumbernya, telah tersiar berita bahwa kini di Banyubiru telah diadakan latihan keprajuritan secara teratur dan besar-besaran, sebagai salah satu usaha untuk tetap mempertahankan Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten.
Orang-orang Gajah Sora yang tidak seberapa jumlahnya itu telah berusaha untuk menyebarkan berita yang sebenarnya, namun rupanya arus kabar yang sengaja mengeruhkan suasana itu tak dapat dibendungnya. Bahkan akhirnya telah mempengaruhi beberapa pejabat Istana Demak.
Belum lagi Gajah Sora sempat mendalami serta mengupas masalah itu, datanglah orangnya yang kedua dengan suatu berita yang lebih mengejutkan lagi, yaitu, bahwa Demak telah mengirim satu pasukan untuk meneliti keadaan di Banyubiru.
Mendengar berita ini, pikiran Gajah Sora seolah-olah menjadi gelap. Karena itu segera ia memanggil pembantu-pembantunya beserta Mahesa Jenar. Apakah yang sebaiknya mereka lakukan apabila pasukan dari Demak itu benar-benar mendatangi Banyubiru.
Persoalan ini kemudian menjadi buntu. Tak seorangpun yang dapat memberikan ketetapan pendirian. Tetapi bagaimanapun, mereka merasa bahwa sebenarnya mereka sama sekali tak bersalah dengan hal ini. Gajah Sora hanyalah berbuat suatu kekhilafan yang sebenarnya tak begitu besar seandainya akibatnya menjadi lain.
Akhirnya, ketika tak seorangpun yang berhasil memecahkan persoalan itu dengan sebaik-baiknya, maka satu-satunya kemungkinan adalah menunggu sampai pasukan dari Demak itu datang, dan kemudian bersama-sama memperbincangkan masalahnya. Gajah Sora sadar bahwa ia tidak boleh tergesa-gesa mengambil sikap, sebab kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan selalu akan terjadi. Maka yang dapat dilakukan sekarang adalah mempertinggi kewaspadaan.
Diantara mereka yang selalu gelisah karena keadaan, maka yang paling gelisah adalah Mahesa Jenar, karena ia dapat melihat kebenaran sikap masing-masing.
Ia tidak dapat menyalahkan Ki Ageng Gajah Sora seandainya orang itu tetap merasa tak bersalah. Sebab ia sendiri telah berjuang mati-matian untuk merampas keris-keris itu, dan kemudian dengan sekuat tenaga pula telah dipertahankannya. Juga orang-orang Gajah Sora pasti akan mempertahankan kepala daerah mereka yang mereka segani dan cintai itu.
Tetapi sebaliknya, ia mengerti juga alasan Sultan Demak seandainya Baginda murka. Sebab Baginda merasa bahwa yang paling berhak atas kedua pusaka itu adalah pemerintah.
fakhrie... dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
Tutup