- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#152
Jilid 5 [Part 108]
Spoiler for :
Quote:
“Tidak mungkin,” potong Ki Ageng Pandan Alas.
“Pasingsingan sejak kau meninggalkan kami masih tetap bersama dengan aku.”
“Pasingsingan sejak kau meninggalkan kami masih tetap bersama dengan aku.”
Gajah Sora menjadi ragu sebentar. Memang tidak mungkinlah bahwa Pasingsingan yang sedang bertempur dengan Ki Ageng Pandan Alas dapat mengambil kedua keris itu. Karena itu katanya kemudian dengan jujur,
Quote:
“Ki Ageng, aku tidak dapat memastikan dengan jelas siapakah yang telah mengambil kedua keris itu. Tetapi aku dapat melihat bahwa orang itu memakai jubah abu-abu pula tepat seperti apa yang dipakai oleh Pasingsingan itu.”
“Apakah orang itu berkedok pula ?,” tanya Pandan Alas.
“Itulah yang tidak jelas,” jawab Gajah Sora.
“Apakah orang itu berkedok pula ?,” tanya Pandan Alas.
“Itulah yang tidak jelas,” jawab Gajah Sora.
Ki Ageng Pandan Alas tampak merenung. Rupa-rupanya ia seding berfikir keras apakah kira-kira yang telah terjadi.
Tiba-tiba terdengarlah Pasingsingan berkata,
Quote:
“Aku dapat mempercayai omonganmu Gajah Sora. Tampaknya kau memang tidak bermaksud membohongi kami. Dan rupa-rupanya karena itu pula kau menyerang aku dengan tombakmu. Nah kalau demikian aku tidak perlu terlalu lama lagi berada disini, sebab kedua keris yang aku kehendaki itu sudah tidak ada lagi. Tak ada gunanya lagi bagiku untuk melayani orang gila macam Pandan Alas. Tetapi meskipun demikian sekali waktu aku ingin bertemu dengan kau kembali.”
PASINGSINGAN tidak menunggu jawaban lagi. Dalam waktu sekejap ia telah hilang dari pandangan mereka.
Maka tinggallah kini Ki Ageng Pandan Alas, Gajah Sora dan Mahesa Jenar yang telah maju pula mendekati Gajah Sora, serta kemudian bersama-sama meloncat dari punggung kuda masing-masing.
Quote:
"Mahesa Jenar…," kata Ki Ageng Pandan Alas,
"aku berharap sekali bahwa aku atau kau berdua dapat menyerahkan kembali pusaka-pusaka itu ke Istana Demak. Tetapi rupa-rupanya keadaan belum mengizinkan."
"aku berharap sekali bahwa aku atau kau berdua dapat menyerahkan kembali pusaka-pusaka itu ke Istana Demak. Tetapi rupa-rupanya keadaan belum mengizinkan."
Gajah Sora dan Mahesa Jenar tidak menjawab sepatah kata pun. Mereka berdua merasa bahwa mereka ternyata tak dapat memenuhi keinginan orang-orang tua.
Tampaklah bahwa Ki Ageng Pandan Alas terguncang pula hatinya. Kepalanya tertunduk dalam-dalam serta beberapa kali ia menghela nafas panjang. Sementara itu dari arah utara tampaklah sebuah bayangan yang seolah-olah melayang di udara mendekati mereka bertiga yang berdiri terpaku diantara kedua batang ringin kurung yang masih saja acuh tak acuh pada keadaan di sekitarnya.
Ternyata bahwa yang datang itu adalah Ki Ageng Sora Dipayana. Ketika dilihatnya bahwa Ki Ageng Pandan Alas berada di situ pula, maka segera ia menyapanya,
Quote:
"Selamat malam Adi Pandan Alas, apakah yang telah terjadi di sini?"
Gajah Sora dan Mahesa Jenar segera membungkuk hormat. Namun dalam dada mereka terasa bahwa jantung mereka berdenyut semakin cepat.
Quote:
"Selamat malam, Kakang," jawab Pandan Alas.
"Aku baru saja bermain-main di sini bersama Pasingsingan."
"Pasingsingan…?" ulang Sora Dipayana sambil mengerutkan keningnya.
"Rupa-rupanya ia datang bersama muridnya Lawa Ijo."
"Rupa-rupanya orang itu benar-benar menginginkan kedua pusaka Demak yang disimpan oleh putramu," jawab Ki Ageng Pandan Alas.
"Tidak hanya Pasingsingan," jawab Sora Dipayana.
"Untunglah bahwa Adi berada pula di sini, sebab aku tadi sedang sibuk melayani tamu dari Lodaya."
"Sima Rodra?" potong Pandan Alas.
"Ya, ia datang bersama menantunya, dengan maksud yang sama."
"Hebat…, hebat sekali," desis Pandan Alas.
"Setan dari Lodaya itu memerlukan datang pula."
"Tetapi…" sambung Pandan Alas setengah berbisik,
"tanyakanlah kepada putramu apa yang telah terjadi."
"Aku baru saja bermain-main di sini bersama Pasingsingan."
"Pasingsingan…?" ulang Sora Dipayana sambil mengerutkan keningnya.
"Rupa-rupanya ia datang bersama muridnya Lawa Ijo."
"Rupa-rupanya orang itu benar-benar menginginkan kedua pusaka Demak yang disimpan oleh putramu," jawab Ki Ageng Pandan Alas.
"Tidak hanya Pasingsingan," jawab Sora Dipayana.
"Untunglah bahwa Adi berada pula di sini, sebab aku tadi sedang sibuk melayani tamu dari Lodaya."
"Sima Rodra?" potong Pandan Alas.
"Ya, ia datang bersama menantunya, dengan maksud yang sama."
"Hebat…, hebat sekali," desis Pandan Alas.
"Setan dari Lodaya itu memerlukan datang pula."
"Tetapi…" sambung Pandan Alas setengah berbisik,
"tanyakanlah kepada putramu apa yang telah terjadi."
Tampaklah Ki Ageng Sora Dipayana menarik alisnya sehingga hampir bertemu.
Quote:
"Ada apa Gajah Sora…? Agaknya telah terjadi sesuatu?" tanya Ki Ageng Sora Dipayana kepada Gajah Sora.
Maka segera Gajah Sora menceriterakan tentang apa yang telah dilihatnya pada saat lenyapnya Nagasasra dan Sabuk Inten dari rumahnya.
Mendengar keterangan Gajah Sora, hati Ki Ageng Sora Dipayana terguncang hebat, sampai tubuhnya menggigil. Wajahnya yang bening itu segera menjadi seolah-olah diaduk oleh kemarahannya.
Quote:
"Setan manakah yang telah mengganggu kami itu?" geramnya.
"Adi Pandan Alas…" katanya kemudian,
"bukankah kau tidak melepaskan Pasingsingan itu barang sekejap?"
"Tidak, Kakang," jawab Pandan Alas.
"Ia tetap dalam pengawasanku."
"Adi Pandan Alas…" katanya kemudian,
"bukankah kau tidak melepaskan Pasingsingan itu barang sekejap?"
"Tidak, Kakang," jawab Pandan Alas.
"Ia tetap dalam pengawasanku."
Kembali keadaan menjadi sunyi. Kesunyian yang tegang. Masing-masing dikuasai oleh perasaan yang bercampur baur diantara marah, kesal dan kecewa.
Akhirnya berkatalah Ki Ageng Sora Dipayana,
Quote:
"Gajah Sora dan Mahesa Jenar… memang apa yang terjadi adalah diluar kemampuanmu berdua. Apalagi kalian, kami yang tua-tua inipun menjadi pusing karenanya. Mungkin ada sesuatu yang tak beres pada Pasingsingan itu. Bukankah begitu Adi Pandan Alas?"
Pandan Alas mengangguk mengiyakan. Lalu ia berkata,
"Aku menjadi sulit untuk mengatakan tentang Pasingsingan. Rasa-rasanya memang ada sesuatu yang tidak wajar. Meskipun demikian aku masih belum berani meyakinkan bahwa ada lebih dari satu Pasingsingan."
"Kalau begitu marilah kita lihat rumah itu," ajak Sora Dipayana.
"Barangkali ada sesuatu yang dapat menunjukkan tanda-tanda siapakah yang telah mengambil kedua keris itu."
Pandan Alas mengangguk mengiyakan. Lalu ia berkata,
"Aku menjadi sulit untuk mengatakan tentang Pasingsingan. Rasa-rasanya memang ada sesuatu yang tidak wajar. Meskipun demikian aku masih belum berani meyakinkan bahwa ada lebih dari satu Pasingsingan."
"Kalau begitu marilah kita lihat rumah itu," ajak Sora Dipayana.
"Barangkali ada sesuatu yang dapat menunjukkan tanda-tanda siapakah yang telah mengambil kedua keris itu."
Maka segera berangkatlah mereka menuju ke rumah Gajah Sora, setelah Gajah Sora memungut kembali pusakanya. Mereka menjadi terkejut ketika mereka melihat kesibukan yang luar biasa. Segera mereka meloncat lebih cepat untuk segera dapat mengetahui apakah yang telah terjadi. Ternyata di Pringgitan, mereka melihat Wanamerta dan Sawungrana menggeletak tak sadarkan diri, sedang di sudut yang lain Panjawi yang luka parah menggeletak tak berdaya. Ketika mereka melangkah memasuki bagian dalam rumah Gajah Sora, mereka melihat Nyai Ageng Gajah Sora duduk bersimpuh, sedang di pangkuannya terletak kepala Arya yang masih pingsan.
Melihat kejadian itu semua, kembali Gajah Sora tergugah kemarahannya. Tetapi ia tidak mampu berbuat apa-apa, sehingga karena itu giginya terdengar gemeretak dan nafasnya berjalan semakin cepat.
Sebenarnya ketika Sora Dipayana menyaksikan kejadian itu, hatinya tergetar pula.
Tetapi wajahnya nampak tenang-tenang saja. Perlahan-lahan Sora Dipayana membungkuk, meraba dada Arya dan meneliti bagian-bagian tubuhnya yang lain. Dari ceritera Gajah Sora, ia sudah tahu apakah yang menyebabkan Arya luka-luka. Tetapi tentang Wanamerta, Sawungrana, Panjawi serta beberapa orang pengawal yang lain, belumlah diketahuinya.
Di depan ruang tidur Gajah Sora masih menggeletak sesosok tubuh yang masih belum dikenal.
Quote:
"Apakah yang sudah terjadi dengan Paman Wanamerta dan yang lain-lain?"
Tiba-tiba terdengar suara Gajah Sora gemetar.
Tiba-tiba terdengar suara Gajah Sora gemetar.
uken276 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas