- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#141
Jilid 5 [Part 99]
Spoiler for :
SAAT orang-orang itu menyiapkan kuda di halaman, muncullah diantara mereka Arya dengan dua ekor kuda di tangannya. Seekor berwarna hitam mengkilat dan yang seekor lagi berwarna abu-abu.
Arya memandang ayahnya dengan penuh kecewa. Tetapi ia sama sekali tidak berani membantah. Sebab dalam saat-saat yang demikian ayahnya memang dapat bertindak agak keras terhadapnya.
Sementara itu keributan semakin menjadi-jadi. Orang-orang Banyubiru adalah orang-orang yang cukup terlatih di bawah pimpinan Gajah Sora.
Karena itu di beberapa tempat yang juga timbul pertempuran-pertempuran, Laskar Banyubiru segera dapat menguasai keadaan. Tetapi di bagian barat dan utara, ternyata kekuatan mereka tak dapat dianggap ringan.
Di pendapa, Ki Ageng Gajah Sora beberapa kali menerima penghubung-penghubung dari daerah pertempuran, dan dengan cermatnya ia memberikan perintah dan petunjuk-petunjuk.
Tetapi tiba-tiba orang-orang yang berada di pendapa itu bersama-sama digetarkan oleh bunyi kentongan dua-tiga-dua-tiga dari arah utara, sedangkan api tampak semakin menjalar ke beberapa arah.
Mendengar bunyi kentongan itu, kemarahan Gajah Sora tak dapat dikendalikan lagi. Bunyi kentong dua-tiga-dua-tiga mempunyai arti yang sama sekali tidak menyenangkan. Tanda itu mengatakan bahwa Laskar Banyubiru terdesak hebat.
Dengan gigi yang terkatub rapat, Gajah Sora terloncat dari duduknya.
Segera Wanamerta memerintahkan memukul kentongan dua-empat-dua-empat berturut-turut. Bersama dengan itu Gajah Sora meloncat ke atas kudanya.
Mahesa Jenar nampak ragu sebentar. Kalau mereka seluruhnya meninggalkan tempat itu, lalu bagaimanakah dengan keris yang disimpan oleh Gajah Sora?
Rupanya keragu-raguan itu diketahui oleh Gajah Sora.
Sekejap kemudian Gajah Sora mendera kudanya dan lari dengan kencangnya.
Lembu Sora dengan beberapa pengiringnya segera menyusul dan yang paling belakang adalah Mahesa Jenar dengan kuda abu-abu yang dibawa oleh Arya tadi.
Maka segera iring-iringan itu meluncur seperti angin ke arah tempat kebakaran di sebelah utara Banyubiru di kaki bukit Telamaya. Dari tempat yang agak tinggi di luar halaman, mereka dapat melihat dengan jelas api yang berkobar-kobar di beberapa tempat.
Melihat nyala api itu, hati Gajah sora menjadi semakin panas. Ia memacu kudanya lebih laju lagi. Kuda yang telah berlari sekuat tenaga itu menurut perasaan Gajah Sora seperti ular yang merambat di dedaunan. Lambat sekali.
Tetapi akhirnya dengan menahan kekesalan hati, mereka sampai juga di tempat pertempuran. Dari jarak yang cukup, Gajah Sora dengan rombongannya dapat melihat arena pertempuran yang terjadi di pinggir sebuah perkampungan.
Rupanya pertempuran itu telah berlangsung dengan serunya. Di kedua belah pihak telah jatuh beberapa orang korban.
Ternyata, pasukan-pasukan cadangan Banyubiru yang dipimpin oleh Ki Bantaran telah tiba di tempat itu dan telah pula melibatkan diri dalam pertempuran. Dalam pengamatan yang sebentar itu Gajah Sora melihat betapa kuatnya pihak lawan.
Dilihat dari bekas-bekasnya, ternyata bahwa arena pertempuran itu telah bergeser agak jauh mendekati perkampungan. Bahkan beberapa orang dari mereka telah membakar rumah-rumah penduduk yang tak bersalah.
Kemarahan hati Gajah Sora semakin menggelora. Karena itu setelah ia menemukan pertimbangan mengenai keseluruhan pertempuran itu, segera ia memberikan perintah.
Setelah itu iapun segera pergi ke tempat yang telah ditentukan. Ia melingkar menyusup perkampungan untuk kemudian muncul kembali menuju ke jalan kecil di ujung sawah.
Dalam keremangan cahaya api yang menjilat ke udara, arena pertempuran itu seolah-olah sengaja dijadikan daerah yang diterangi oleh ribuan obor di sekitarnya.
SEPENINGGAL Lembu Sora, Gajah Sora dan Mahesa Jenar berdiri mengawasi medan. Mahesa Jenar adalah bekas prajurit pengawal raja. Karena itu ia mempunyai pandangan yang cukup masak mengenai keadaan medan. Maka segera ia melihat kelemahan Laskar Banyubiru.
Gajah Sora mempertajam pandangannya. Nyala api yang berkobar-kobar di sekitar daerah pertempuran itu membuat ratusan bayangan dari orang-orang yang bertempur itu, beraneka ragam. Ada yang panjang, ada yang besar seperti raksasa yang meloncat-loncat menerkam mangsanya. Karena itu keadaan medan menjadi agak kabur.
Hampir saja Mahesa Jenar meloncat menyerbu. Tetapi tiba-tiba dilihatnya Lembu Sora telah mendahuluinya dari arah belakang. Lembu Sora menyambar dari atas kudanya seperti seekor elang yang sedang marah. Geraknya tangkas dan tangguh. Rupanya ia adalah seorang yang ahli bertempur di atas kuda.
Pandan Kuning, Bantaran, dan lebih dari tujuh orang bertempur bersama-sama melawan dua orang. Tetapi dua orang itu ternyata tangguh sekali. Sehingga sampai sekian lama kedua orang itu masih tampak segar dan lincah.
Sekarang mereka mendapat bantuan Lembu Sora. Ternyata Lembu Sora juga tidak mengecewakan. Ia bersenjatakan sebuah pedang yang panjang dan besar. Pedang itu di tangannya yang kokoh kuat, hanya seperti setangkai lidi yang berputar-putar dan berkilauan kena cahaya api.
Quote:
"Inilah kuda Paman," teriaknya kepada Mahesa Jenar.
Mahesa Jenar terkejut melihat Arya hadir dalam kesibukan itu.
"Kau mau kemana, Arya?" tanya Mahesa Jenar.
"Aku ikut Paman ke tempat kebakaran itu," jawabnya.
"Arya…," potong Gajah Sora,
"Kau jangan menambah kesibukanku dan pamanmu. Masuklah ke dalam. Kalau kau mau pergi juga, seterusnya aku tak mau mengajari kau sama sekali."
Mahesa Jenar terkejut melihat Arya hadir dalam kesibukan itu.
"Kau mau kemana, Arya?" tanya Mahesa Jenar.
"Aku ikut Paman ke tempat kebakaran itu," jawabnya.
"Arya…," potong Gajah Sora,
"Kau jangan menambah kesibukanku dan pamanmu. Masuklah ke dalam. Kalau kau mau pergi juga, seterusnya aku tak mau mengajari kau sama sekali."
Arya memandang ayahnya dengan penuh kecewa. Tetapi ia sama sekali tidak berani membantah. Sebab dalam saat-saat yang demikian ayahnya memang dapat bertindak agak keras terhadapnya.
Sementara itu keributan semakin menjadi-jadi. Orang-orang Banyubiru adalah orang-orang yang cukup terlatih di bawah pimpinan Gajah Sora.
Karena itu di beberapa tempat yang juga timbul pertempuran-pertempuran, Laskar Banyubiru segera dapat menguasai keadaan. Tetapi di bagian barat dan utara, ternyata kekuatan mereka tak dapat dianggap ringan.
Di pendapa, Ki Ageng Gajah Sora beberapa kali menerima penghubung-penghubung dari daerah pertempuran, dan dengan cermatnya ia memberikan perintah dan petunjuk-petunjuk.
Tetapi tiba-tiba orang-orang yang berada di pendapa itu bersama-sama digetarkan oleh bunyi kentongan dua-tiga-dua-tiga dari arah utara, sedangkan api tampak semakin menjalar ke beberapa arah.
Mendengar bunyi kentongan itu, kemarahan Gajah Sora tak dapat dikendalikan lagi. Bunyi kentong dua-tiga-dua-tiga mempunyai arti yang sama sekali tidak menyenangkan. Tanda itu mengatakan bahwa Laskar Banyubiru terdesak hebat.
Dengan gigi yang terkatub rapat, Gajah Sora terloncat dari duduknya.
Quote:
"Setan manakah yang mencoba mengganggu ketenteraman Banyubiru?" katanya geram.
"Paman Wanamerta…" kata Gajah Sora kepada Wanamerta,
"Aku akan pergi ke tempat itu. Rupanya kekuatan lawan dipusatkan di sana. Berilah tanda supaya sebagian dari pasukan cadangan dikerahkan ke utara."
"Paman Wanamerta…" kata Gajah Sora kepada Wanamerta,
"Aku akan pergi ke tempat itu. Rupanya kekuatan lawan dipusatkan di sana. Berilah tanda supaya sebagian dari pasukan cadangan dikerahkan ke utara."
Segera Wanamerta memerintahkan memukul kentongan dua-empat-dua-empat berturut-turut. Bersama dengan itu Gajah Sora meloncat ke atas kudanya.
Quote:
"Adi Lembu Sora dan Mahesa Jenar, marilah kita lihat daerah itu," katanya.
Mahesa Jenar nampak ragu sebentar. Kalau mereka seluruhnya meninggalkan tempat itu, lalu bagaimanakah dengan keris yang disimpan oleh Gajah Sora?
Rupanya keragu-raguan itu diketahui oleh Gajah Sora.
Quote:
"Tak seorang pun yang akan dapat mengalahkan Paman Pandan Kuning kalau bukan seorang yang luar biasa hebatnya. Jadi menurut perhitunganku, pimpinan dari gerombolan itu berada di sana. Biarlah rumah ini aku serahkan kepada Paman Wanamerta dan Paman Sawungrana. Aku percaya kepada Paman berdua dengan beberapa orang pasukannya. Berilah aku tanda kalau keadaan memaksa. Ingat Paman, tak seorangpun boleh menginjakkan kakinya di halaman rumah ini."
"Baik Anakmas, aku akan menjaganya," jawab Wanamerta.
"Siapa yang di halaman belakang?" tanya Gajah Sora.
"Panjawi dengan laskarnya," jawab Wanamerta.
"Bagus, aku percaya pula pada anak muda itu. Kelak ia pasti menjadi seorang prajurit pilihan. Nah, Paman… aku akan berangkat."
"Baik Anakmas, aku akan menjaganya," jawab Wanamerta.
"Siapa yang di halaman belakang?" tanya Gajah Sora.
"Panjawi dengan laskarnya," jawab Wanamerta.
"Bagus, aku percaya pula pada anak muda itu. Kelak ia pasti menjadi seorang prajurit pilihan. Nah, Paman… aku akan berangkat."
Sekejap kemudian Gajah Sora mendera kudanya dan lari dengan kencangnya.
Lembu Sora dengan beberapa pengiringnya segera menyusul dan yang paling belakang adalah Mahesa Jenar dengan kuda abu-abu yang dibawa oleh Arya tadi.
Maka segera iring-iringan itu meluncur seperti angin ke arah tempat kebakaran di sebelah utara Banyubiru di kaki bukit Telamaya. Dari tempat yang agak tinggi di luar halaman, mereka dapat melihat dengan jelas api yang berkobar-kobar di beberapa tempat.
Melihat nyala api itu, hati Gajah sora menjadi semakin panas. Ia memacu kudanya lebih laju lagi. Kuda yang telah berlari sekuat tenaga itu menurut perasaan Gajah Sora seperti ular yang merambat di dedaunan. Lambat sekali.
Tetapi akhirnya dengan menahan kekesalan hati, mereka sampai juga di tempat pertempuran. Dari jarak yang cukup, Gajah Sora dengan rombongannya dapat melihat arena pertempuran yang terjadi di pinggir sebuah perkampungan.
Rupanya pertempuran itu telah berlangsung dengan serunya. Di kedua belah pihak telah jatuh beberapa orang korban.
Ternyata, pasukan-pasukan cadangan Banyubiru yang dipimpin oleh Ki Bantaran telah tiba di tempat itu dan telah pula melibatkan diri dalam pertempuran. Dalam pengamatan yang sebentar itu Gajah Sora melihat betapa kuatnya pihak lawan.
Dilihat dari bekas-bekasnya, ternyata bahwa arena pertempuran itu telah bergeser agak jauh mendekati perkampungan. Bahkan beberapa orang dari mereka telah membakar rumah-rumah penduduk yang tak bersalah.
Kemarahan hati Gajah Sora semakin menggelora. Karena itu setelah ia menemukan pertimbangan mengenai keseluruhan pertempuran itu, segera ia memberikan perintah.
Quote:
"Lembu Sora… bawalah anak buahmu ke sebelah kiri. Lingkari arena ini, dan kau harus dapat menguasai jalan kecil di ujung sawah itu. Kalau aku berhasil mendesak mereka, usahakan jangan dibiarkan mereka lolos. Aku ingin tahu siapa mereka. Bawalah beberapa orang bersamamu."
"Baik Kakang," jawab Lembu Sora.
"Baik Kakang," jawab Lembu Sora.
Setelah itu iapun segera pergi ke tempat yang telah ditentukan. Ia melingkar menyusup perkampungan untuk kemudian muncul kembali menuju ke jalan kecil di ujung sawah.
Dalam keremangan cahaya api yang menjilat ke udara, arena pertempuran itu seolah-olah sengaja dijadikan daerah yang diterangi oleh ribuan obor di sekitarnya.
SEPENINGGAL Lembu Sora, Gajah Sora dan Mahesa Jenar berdiri mengawasi medan. Mahesa Jenar adalah bekas prajurit pengawal raja. Karena itu ia mempunyai pandangan yang cukup masak mengenai keadaan medan. Maka segera ia melihat kelemahan Laskar Banyubiru.
Quote:
"Kakang, menurut pengamatanku, letak kesalahan Laskar Banyubiru adalah, beberapa orang yang cukup masak berkumpul di dalam satu titik. Sehingga di bagian-bagian lain banyak terdapat kelemahan," kata Mahesa Jenar.
Gajah Sora mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau benar Adi Mahesa Jenar. Aku melihat pula kelemahan itu. Tetapi pastilah mereka menghadapi keadaan darurat. Bahkan Bantaran pun telah terlibat dalam perkelahian di titik itu," jawabnya.
"Siapakah yang bersenjatakan pedang panjang serta melompat-lompat dengan lincahnya itu?" tanya Mahesa Jenar.
"Itulah Pandan Kuning," jawab Gajah Sora.
"Yang bersenjata tombak itu adalah Bantaran. Lainnya adalah orang-orang pilihan dari Laskar Banyubiru."
"Kakang…" tiba-tiba Mahesa Jenar berkata agak terkejut,
"Rupanya mereka hanya melawan satu orang saja."
Gajah Sora mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau benar Adi Mahesa Jenar. Aku melihat pula kelemahan itu. Tetapi pastilah mereka menghadapi keadaan darurat. Bahkan Bantaran pun telah terlibat dalam perkelahian di titik itu," jawabnya.
"Siapakah yang bersenjatakan pedang panjang serta melompat-lompat dengan lincahnya itu?" tanya Mahesa Jenar.
"Itulah Pandan Kuning," jawab Gajah Sora.
"Yang bersenjata tombak itu adalah Bantaran. Lainnya adalah orang-orang pilihan dari Laskar Banyubiru."
"Kakang…" tiba-tiba Mahesa Jenar berkata agak terkejut,
"Rupanya mereka hanya melawan satu orang saja."
Gajah Sora mempertajam pandangannya. Nyala api yang berkobar-kobar di sekitar daerah pertempuran itu membuat ratusan bayangan dari orang-orang yang bertempur itu, beraneka ragam. Ada yang panjang, ada yang besar seperti raksasa yang meloncat-loncat menerkam mangsanya. Karena itu keadaan medan menjadi agak kabur.
Quote:
"Aku kira tidak hanya seorang, Adi, tetapi dua orang," jawab Gajah Sora.
"Ya, dua orang," sambung Mahesa Jenar hampir berteriak,
"Dan aku pernah mengenal kedua orang itu."
"Ya, dua orang," sambung Mahesa Jenar hampir berteriak,
"Dan aku pernah mengenal kedua orang itu."
Hampir saja Mahesa Jenar meloncat menyerbu. Tetapi tiba-tiba dilihatnya Lembu Sora telah mendahuluinya dari arah belakang. Lembu Sora menyambar dari atas kudanya seperti seekor elang yang sedang marah. Geraknya tangkas dan tangguh. Rupanya ia adalah seorang yang ahli bertempur di atas kuda.
Pandan Kuning, Bantaran, dan lebih dari tujuh orang bertempur bersama-sama melawan dua orang. Tetapi dua orang itu ternyata tangguh sekali. Sehingga sampai sekian lama kedua orang itu masih tampak segar dan lincah.
Sekarang mereka mendapat bantuan Lembu Sora. Ternyata Lembu Sora juga tidak mengecewakan. Ia bersenjatakan sebuah pedang yang panjang dan besar. Pedang itu di tangannya yang kokoh kuat, hanya seperti setangkai lidi yang berputar-putar dan berkilauan kena cahaya api.
fakhrie... dan 9 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas