sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#83
Bab 38: Identitas yang Terungkap
JOJO

Di depan layar laptopnya, Jojo tengah sibuk menulis sesuatu. Ide-ide di kepalanya tengah liar. Sedari beberapa jam yang lalu, dia tengah sibuk mengerjakan project pribadinya. Buku yang tengah dia tulis sudah sampai setengah perjalanan.

Ponsel pintar Jojo berdering ketika ia tengah terfokus menyusun kata-kata. Sebuah notifikasi pesan baru terpampang jelas di layar Jojo. Ia sudah dapat menebak bahwa pesan itu berasal dari Rara.

Rara hanya sekadar berbasa-basi menanyakan kabar Jojo. Seringkali, pertanyaan-pertanyaan yang kurang penting ia lontarkan. Jojo bisa memaklumi hal tersebut. Dia sendiri senang karena mendapat perhatian khusus dari Rara.

Sejenak, Jojo menghentikan aktivitasnya. Jari jemarinya yang tadi asyik mengetik perlahan meraba ponsel pintarnya dan menelpon Rara. Entahlah, ia mendadak kangen mendengar suaranya.

“Halo, Ra,”
“Halo, Jo. Kamu lagi ngapain?”
“Ehm… lagi sibuk nulis. Kamu?”
“Sedang gabut aja. Kamu nggak kangen aku, Jo?” tanya Rara dari seberang sana diselingi gelak tawa yang tak terlalu kencang.
“Gimana, ya? Kangen sih kangen, tapi…”
“Tapi, kenapa?”
“Pake banget, hehe,”
“Kamu ini bikin aku deg-degan aja,”

Perbincangan mereka kemudian melebar kemana-mana. Mereka membicarakan rutinitas yang membosankan juga beberapa hal yang menarik untuk diceritakan, seperti topik yang tengah viral belakangan ini.

“Disambung lain kali, ya, Ra. Ada yang harus aku selesaikan ini,” ucap Jojo.

Percakapan singkat itu pun selesai. Jojo kembali meneruskan ceritanya yang sempat terjeda karena telepon tadi.
***
Meja belajar Jojo terlihat agak kacau. Kertas-kertas berserakan di lantai. Buku-buku pun tidak tertata rapi. Ia lupa menaruh buku catatan kuliah di semester lalu. Kebetulan ia saat ini tengah membutuhkan catatan tersebut karena ada tugas yang berkaitan dengan materi di semester lalu.

Hampir satu jam mencari ke seluruh sudut kamarnya, tetap saja ia tidak menemukan buku catatan tersebut. Mungkin, buku catatan itu sudah ditaruh di tempat lain oleh ibunya.

Ketika ia hendak pergi ke gudang penyimpanan, perhatian Jojo tiba-tiba teralihkan oleh buku bersampul boneka beruang. Ia tidak ingat pernah memiliki buku semacam itu. Lagipula, buku itu tidak mungkin miliknya.

Jojo mengambil buku itu pelan-pelan. Barangkali, buku itu milik salah satu teman kelasnya yang ikut terbawa tanpa sengaja. Diamatinya buku itu lamat-lamat sebelum ia membuka lembar pertama buku tersebut.

Rara. Nama itulah yang pertama kali menyita perhatian Jojo. Ia tidak ingat sama sekali pernah membawa buku itu. Firasatnya entah mengapa kurang enak ketika hendak membaca buku tersebut.

Karena ia tidak yakin sepenuhnya, Jojo memutuskan untuk menyimpan buku itu terlebih dahulu. Ia harus mempersiapkan semua kemungkinan. Dan ia butuh waktu untuk itu.

***

Malam ini, Jojo duduk di teras rumah sembari menatap malam yang mulai pekat. Sudah pukul sebelas malam dan ia tidak bisa tidur. Dengan ditemani secangkir kopi dan rokok favoritnya, ia kembali merenung sambil menatap buku bersampul boneka beruang yang dia temukan kemarin.

Hatinya sudah siap atas seagala kemungkinan. Ia tidak takut jika buku itu mengantarkan dia pada kenyataan yang sangat sulit diterima.

Lembar demi lembar, Jojo membuka buku tersebut pelan. Mencoba menelisik apa yang ingin disampaikan Rara kepada dirinya. Tak ada yang spesial karena itu hanya lembar yang berisi catatan biasa. Hingga ia sampai pada pertengahan bukut. Terdapat sebuah amplop kecil yang sepertinya disisipkan ke dalam buku itu dengan sengaja.

Jojo menyobek amplop itu pelan. Ia menatap isi amplop itu dengan serius. Isi amplop itu adalah sebuah foto dan juga selembar kertas yang berisi pengakuan dari Rara. Dalam foto itu, Rara terlihat sangat bahagia ketika dipeluk oleh seseorang lelaki. Sosok yang ada di foto itu sama persis dengan sosok yang dia temui di Jogja ketika ia dan ketiga sahabatnya hendak pulang.

Kemudian, Jojo membaca tulisan singkat Rara tentang hubungan spesial dia dengan lelaki itu yang juga berkaitan dengan Jojo.

Dear Jojo

Ketika kamu membaca surat ini, berarti kamu sudah menemukan buku bersampul boneka beruang yang dulu sempat kusembunyikan di salah satu titik di dalam kamarmu. Aku minta maaf karena aku tidak bisa bercerita secara langsung karena aku takut kamu marah dan semua yang kita bangun akhir-akhir ini sia-sia.

Sebelumnya aku minta maaf karena meninggalkanmu sepihak saat itu. Mungkin ini terdengar menyakitkan, tetapi aku harus jujur demi kebaikan kita berdua. Aku dulu meninggalkanmu karena ada orang lain yang menggantikan peranmu, Jo. Aku mencintai dia lebih dari aku mencintaimu. Karena dialah aku bersedia meninggalkanmu waktu itu dan memilih menjalin hubungan baru. Lelaki itu bernama Vino. Dia adalah cinta pertamaku, Jo.

Dulu, kami memang sempat putus sebelum akhirnya aku menjalin hubungan baru denganmu saat SMA. Memang sulit untuk kuakui bahwa aku sangat susah melupakan Vino. Meskipun aku bersamamu, tetap saja sosok Vino masih menghantuiku, Jo.

Sayangnya, saat ini aku sudah berpisah dengan Vino. Dia ternyata sudah berubah dan lebih memilih perempuan lain. Katanya, aku sudah tidak berarti lagi bagi dia. Aku hancur dan harapanku pupus. Tak ada lagi tempat bercerita. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk menghubungimu lagi, Jo. Aku baru sadar, hanya kamu yang mampu mengerti aku, Jo. Aku menyesal pernah meninggalkanmu waktu itu.

Andai aku bisa memutar kembali waktu, aku tidak akan sebodoh itu meninggalkanmu, Jo. Aku harap kamu mengerti ~ Rara



Tak ada yang bisa menggambarkan perasaan Jojo usai membaca tulisan tersebut. Sedih, kecewa, marah, muak, dan segala emosi negatif bercampur aduk menjadi satu. Ia tidak pernah menyangka bahwa selama ini dia bukanlah yang menjadi prioritas utama bagi Rara. Ada sosok lain yang ternyata lebih dicintai Rara.

Jojo kembali termenung. Hatinya dipenuhi rasa sumpek. Karena emosi yang meluap-luap, ia membakar foto dan juga kertas tersebut dengan korek api miliknya. Ia membiarkan kertas itu terbakar habis hingga menjadi abu dan membiarkannya terbang tertiup angin malam.

Paling tidak, hal itu cukup mengurangi sesak di dadanya, meskipun hanya sedikit. Rokok yang tadi masih tersisa beberapa batang, dihabiskan Jojo hanya dalam hitungan menit. Ia hisap rokok itu dua sekaligus untuk melampiaskan emosinya.

fransjabrik
coxi98
avent37
avent37 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.