Kaskus

Story

lina.whAvatar border
TS
lina.wh
[SFTH] - HASRAT SESAAT
[SFTH] - HASRAT SESAAT

Sumber gambar : di sini


Cinta Sesaat



"Cinta itu tidak perlu dicari. Kalau sudah saatnya, nanti akan datang sendiri."

Begitulah kata-kata mutiaraku untuk diri sendiri. Karena aku bosan, dengan hasrat sesaat yang melintas dan singgah di benakku. Iya, hasrat sesaat saat seorang lelaki mendekatiku dengan segala cumbu rayunya.

Aku terhanyut, kagum. Tapi hanya sesaat saja. Karena cinta dari hatiku belum tumbuh, belum juga terdedikasi. Biarlah cinta itu masih tetap misteri dalam hidupku karena aku yakin cinta tak perlu dicari, nanti akan datang sendiri.

"Aryazkha, bagaimana jika musim libur nanti kita traveling?" kata Caferro yang biasa aku panggil Ceo.

Aku bahagia dan setuju dengan ajakan Ceo. Aku pikir, otakku perlu refreshing saat libur kuliah nanti.

"Boleh, Ceo. Kira-kira ke mana?" aku balik bertanya kepada Ceo, teman baru yang aku kenal dari media sosial yang aku miliki.

Jujur, aku belum tahu latar belakang Ceo. Tapi karena Ceo baik kepadaku, aku pun baik kepadanya.

"Ke Gunungkidul. Di sana banyak wisata alam," jawab Ceo dengan semangat.

Gunungkidul itu daerah asalku, tanah kelahiranku, kampung halamanku dan orang tuaku juga tinggal di sana hingga saat ini. Tapi lebih baik aku pura-pura tidak tahu tentang daerah Gunungkidul.

"Kamu pernah ke sana?" tanyaku kemudian.

"Pernah dan itu sangat menyenangkan!" lanjut Ceo.

Kemudian, Ceo bercerita banyak tentang daerah Gunungkidul. Aku menyimaknya, walaupun aku sebenarnya lebih banyak tahu daripada Ceo.

"Wah, pasti asyik ya di sana. Gak sabar lagi nih," kataku kemudian.

"Aryazkha, benar nih kamu belum punya pacar?" lanjut Ceo di sela perbincangan.

"Belum!" jawabku singkat tetapi jujur.

Kami hanya bercanda di kesempatan pertemuan ke dua itu. Kadang aku ingin tahu banyak tentang Ceo, tetapi Ceo kadang tidak menjawab pertanyaanku dan selalu mengalihkan pembicaraan.

"Ceo, kamu kerja di mana?" tanyaku ingin tahu.

"Aku kerja di perusahaan bonafit. Nanti aku ambil cuti saat liburan kuliahmu, Sayang!" jawabnya sedikit berbelit.

Ah, aku paling tidak suka dengan panggilan alay seperti itu. Tapi aku tak menampakkan.

"Sebonafit apakah itu?" lanjutku.

Ceo tak langsung menjawab pertanyaanku, hanya menatap tajam mukaku. Aku risih dengan tatapan itu, kemudian aku menoleh sedikit ke arah kanan. Entahlah, apa yang aku perhatikan sungguh tak terarah.

"Sebonafit cintaku kepadamu," kata Ceo tiba-tiba.

Sungguh, kata-kata Ceo membuatku risih. Aku tidak suka dan tidak terbiasa.

"Ceo, ini sudah malam. Aku harus kembali ke kost. Peraturan di kost harus aku patuhi," lanjutku saat melihat jam di handphone menunjukkan pukul 20.30.

"Ini masih sore, Aryazkha!"

"Buatmu mungkin masih sore. Tapi peraturan ya tetap peraturan," jawabku tanpa menjelaskan apa saja peraturan di kost yang aku tempati.

"Baiklah!" lanjut Ceo sambil menuju kasir untuk membayar menu yang tadi kami pesan.

Kemudiab Ceo mengantarku ke kost dengan motor sportnya. Aku tak banyak bicara. Tiba-tiba, Ceo melambatkan laju motornya saat jalan sepi.

"Aryazkha, pegangan donk!" katanya sambil meraih tangan kananku dan melingkarkan di perutnya.

Sungguh, aku sangat risih. Kemudian aku menarik paksa tanganku.

"Ceo, please. Jangan begitu. Aku tidak suka," kataku dengan nada sopan.

"Kita sudah dewasa, Sayang!" katanya kemudian.

"Iya, tapi aku tidak terbiasa seperti itu!"

Kemudian Ceo menaikkan kecepatan motor sportnya. Aku tahu maksud Ceo, supaya aku tetap berpegangan. Tapi aku tak melakukan itu.

***

Ceo selalu menelfonku, tepat di saat jam istirahat bagi pekerja. Jika malam tiba, tak henti-hentinya Ceo menelfonku. Kadang, aku meminta mengakhiri pembicaraan karena tugas kuliahku.

"Baiklah, Aryazkha. Selesaikan tugas kuliah," katanya menutup pembicaraan dalam telepon.

Aku mulai banyak bicara kepada Ceo, karena Ceo semakin menunjukkan perhatiannya kepadaku. Tapi benih cinta, belum tumbuh dari hatiku. Aku hanya merasa nyaman dengan Ceo.

Akhir pekan, Ceo mengajakku ketemuan lagi. Tapi aku tidak setuju ajakannya untuk wisata kuliner. Aku tidak enak jika Ceo selalu mentraktirku setiap ketemuan. Yah, walaupun katanya Ceo bekerja di perusahaan bonafit. Tapi entah, perusahaan apa itu. Karena Ceo tak pernah jujur jika aku tanya tentang itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk ketemuan di taman kota saja. Di sana, banyak para remaja, dewasa, bahkan orang tua. Setidaknya, tempat itu sangat ramai. Walaupun aku merasa nyaman dengan Ceo, tapi aku harus jaga diri.

"Aryazkha, maukah kamu jadi pacarku?" kata Ceo sesaat setelah kami sampai di taman kota.

Aku tersenyum. Bukan karena aku suka tetapi karena tebakanku saat ini tentang perasaan Ceo kepadaku ternyata benar.

"Aku belum tahu siapa dirimu, Ceo. Kamu belum pernah menunjukkan identitasnya selama ini. Bahkan saat aku tanya di mana perusahaan tempat kamu kerja, kamu tidak pernah menjawab!" kataku dengan jujur.

Ceo tersenyum tipis. Kemudian memalingkan mukanya dariku.

"Perlukah semua itu?"

"Iya, itu perlu!" jawabku singkat.

"Untuk apa?" lanjutnya dengan penuh keraguan.

Kali ini, gantian aku yang memalingkan muka dari Ceo. Iya, aku nyaman bersama Ceo. Tapi mungkin ini hanya hasrat sesaat saja.

"Untuk mengetahui statusmu. Apakah kamu benar-benar masih single, atau sudah beristri? Karena kalau dilihat, sepertinya usiamu jauh di atasku!"

"Aku mencintaimu, Aryazkha. Cinta itu buta. Jika saling mencinta, apa salahnya?" kata Ceo yang tak kunjung menunjukkan identitas dirinya.

Aku diam sejenak. Supaya aku tidak tergoda dengan rayuan maut Ceo selanjutnya.

"Bagaimana jika ternyata kamu sudah beristri? Aku tak mau punya predikat pelakor!"

Ceo menanggapi kata-kataku dengan muka datar tetapi tatapan matanya tajam.

"Lalu, kenapa kamu bilang nyaman denganku?" tanya Ceo yang masih menatapku tajam.

Aku berdiri sejenak kemudian duduk kembali di tempat semula. Berharap setelah aku berdiri, Ceo akan mengalihkan tatapan tajam matanya ke arah lain. Tetapi ternyata tidak. Ceo tetap menatapku tajam.

"Iya, aku nyaman denganmu. Karena kamu perhatian kepadaku. Tapi nyaman bukan berarti cinta. Ayolah Ceo, tunjukkan salah satu kartu identitasmu. Apa susahnya sih?" lanjutku.

Ceo sepertinya mulai kesal. Kemudian berdiri dan duduk sedikit menjauh dari aku.

"Aku tidak membawa. Dompetku hanya isi uang!"

Jawaban Ceo sungguh tak masuk akal. Ceo datang menjemputmu memakai motor sport. Tentu donk, setidaknya ada STNK atau SIM di dalam dompetnya.

"Oh, begitu!" jawabku dengan senyum tipis.

"Ya sudahlah aku antar kamu ke kost saja. Ribet sekali kamu ini. Diajak pacaran saja perlu identitas. Memangnya mau melamar kerja apa!" kata Ceo dengan kesal.

"Kalau kamu cinta, tunjukkan donk salah satu identitasmu. Apa susahnya sih? Lalu aku ribet di mana?" balasku.

Ceo kelihatan semakin kesal. Entahlah, mungkin ada sesuatu yang ditutupi dari aku. Sehingga untuk menunjukkan identitas diri saja tidak mau.

"Buat apa identitas itu?"

"Supaya aku tahu, statusmu yang sebenarnya. Karena aku tidak mau jadi pelakor, jika ternyata kamu ternyata sudah beristri!"

Ceo semakin kesal dan tidak menjawab kata-kata yang baru saja aku ucapkan. Aku semakin yakin jika Ceo tidak jujur kepadaku.

"Berarti kamu menolak cintaku? Berarti kamu menolak menjadi pacarku? Aku sayang kamu, Aryazkha. Bagaimana aku bohong, jika setiap hari aku menelfonmu hanya untuk menanyakan kabar," kata Ceo setelah lama terdiam.

"Simpan saja dulu, Ceo. Aku hanya minta satu syarat itu!" lanjutku.

"Ah, kamu membosankan!"

"Terserah apa katamu. Aku mau kembali ke kost!"

Kemudian Ceo meraih tangan kananku. Menahanku untuk tidak berjalan.

"Baiklah Aryazkha, aku akan mengantarmu ke kost!" pinta Ceo dan aku menyetujuinya.

***

Hari-hari berikutnya, tak ada lagi kabar Ceo. Bahkan aku diblokir dari media sosial miliknya. Nomor handphone juga diblokir.

Entahlah, siapa Ceo sebenarnya. Aku akan melupakannya dan tak akan mencarinya lagi. Ceo tidak mau jujur kepadaku, itu yang membuatku tak mau membalas cintanya.

"Ya, cinta itu tidak perlu dicari. Kalau sudah saatnya, nanti akan datang sendiri. Aku tidak mau terjebak dalam hasrat sesaat. Karena itu hanya akan menciptakan luka. Sungguh, aku benci dengan luka. Luka sayatan pisau saat masak saja sakit, bagaimana jika hati yang terluka? Pasti lebih sakit. Jika luka karena sayatan pisau saat masak, bisa ditangani dengan P3K. Lalu, jika yang luka hatinya?"


Selesai...

Lina WH

Cibubur, 030719

[SFTH] - HASRAT SESAAT


Diubah oleh lina.wh 14-08-2020 23:15
RexHTPAvatar border
nomoreliesAvatar border
Yunie87Avatar border
Yunie87 dan 35 lainnya memberi reputasi
34
5.3K
188
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
lina.whAvatar border
TS
lina.wh
#81
Kupu-kupu Terindah
kaskus-image

Sumber gambar : di sini



Ricky, adalah sosok pemuda gagah yang bertubuh atletis. Wajahnya biasa saja, tetapi pesona atletisnya membuat beberapa remaja perempuan mengaguminya dalam diam. Ups, kenapa harus mengagumi dalam diam. Bisa kok diungkapkan. Ah, namanya juga remaja perempuan pemalu, pastilah mereka lebih memilih memendam rasa daripada mengungkapkan rasa.

Tetapi tingkah laku remaja perempuan itu terlalu over untuk menarik perhatian Ricky. Mereka berdandan ala artis, memakai sandal berwarna mencolok dan mondar-mandir di depan Ricky biasa duduk menyendiri. Berharap Ricky akan menyapanya lalu meminta kenalan. Tetapi, boro-boro Ricky menyapanya. Melirik pun juga tidak. Ah, menjadikan mereka berfikir lebih keras untuk mencari cara menarik perhatian Ricky.

Namun tiba-tiba, perhatian Ricky tertuju kepada sesosok perempuan bertubuh ramping, berambut panjang diikat ekor kuda dan nambah menggandeng anak laki-laki kecil yang kelihatan lucu dan menggemaskan. Ricky menyangka, perempuan tersebut adalah seorang kakak yang sedang mengasuh adik laki-lakinya.

"Hai, boleh kenalan?" sapa Ricky yang langsung menodong meminta kenalan.

Tetapi perempuan berambut panjang tersebut hanya tersenyum manis sambil tetap menggandeng laki-laki kecil tersebut.

Lalu Ricky mengulurkan tangannya, meminta bersalaman.

"Aku Ricky," jawab Ricky dengan tegas.

"Aku Alona," jawab perempuan tersebut yang ternyata bernama Alona.

"Ini adik kamu?" tanya Ricky selanjutnya.

"Bukan. Ini anak majikanku," jawab Alona tanpa malu.

"Loh, kamu sudah bekerja? Usiamu berapa tahun? Lalu orang tuamu ke mana?" tanya Ricky yang tanpa basa-basi langsung menginterogasi Alona.

"Iya, aku sudah bekerja. Usiaku 16 tahun. Ayah dan Ibuku ada di rumah."

"Lalu, kenapa kamu harus kerja?" lanjut Ricky

"Kami tidak mampu. Di bawah garis kemiskinan. Tapi aku juga sekolah, kok. Lulus SMP, aku lanjut kejar paket C. Yah, tidak mengapa hanya kejar paket C. Daripada tidak sama sekali," jawab Alona tanpa merasa malu.

"Bagus, itu! Rencanamu setelah lulus kejar paket C, apa?" lanjut Ricky menyelidik.

"Mau lanjut kuliah. Tapi mungkin hanya bisa di Universitas Terbuka."

"Itu bagus. Aku kagum denganmu!" puji Ricky kepada Alona.

"Terimakasih," kata Alona dengan senyum manisnya.

"Mbak Alona, ayo main ayunan di sana," rengek Deo, anak dari majikan Alona.

"Iya, Mas Deo. Kak Ricky, aku pergi dulu ya," pamit Alona dengan sopan kepada Ricky.

"Sampai jumpa besok. Aku biasa ngadem di sini. Mungkin masih sekitar seminggu lagi singgah di tempat kakakku!"

"Iya, Kak. Aku pamit dulu ya!" kata Alona yang sudah ditarik tangannya oleh Deo.

Ricky sebenarnya ingin mengobrol banyak kepada Alona. Entahlah, Ricky menganggap banyak aura dari Alona. Padahal Alona remaja perempuan yang sederhana dan bersandal jepit. Sungguh jauh dari para remaja perempuan borju yang memakai pakaian mewah untuk menarik perhatian Ricky.

Tiba-tiba Ricky pun mencoba menyusul Alona. Dan kemudian bermain perosotan bersama Deo. Nampaknya Deo juga nyaman bermain bersama Ricky, laki-laki dewasa yang baru saja dikenalnya.

"Deo, ayo istirahat dulu. Capek, nih!" kata Ricky kepada Deo yang kemudian disetujui oleh Deo.

Lalu Deo mengambil 2 buah botol minuman air mineral kemasan gelas. Satu untuk dirinya sendiri, dan satu untuk Ricky.

"Kak Ricky, ini untukmu. Pasti Kakak haus kan?" kata Deo yang masih berusia 5 tahun tersebut kepada Ricky.

"Terimakasih Deo. Buat Mbak Alona, mana?" tanya Ricky sambil menerima kemasan air mineral yang diberikan oleh Deo.

"Mbak Alona bisa ambil sendiri, kok!" jawab Deo cuek.

"Deo, ambilkan juga untuk Mbak Alona," pinta Ricky kepada Deo.

Deo lalu mengambilkan dan memberikan kemasan air mineral kepada Alona. Dengan senang hati, Alona menerimanya.

Ricky masih mengeluarkan banyak pertanyaan untuk Alona. Banyak hal yang Ricky ingin tahu.

"Kak, maaf ya. Aku tidak enak jika nanti Mas Deo mengadu ke Ibu. Jadi bisa dilanjut lain kali saja ya," tolak Alona dengan halus.

"Baiklah! Kalau begitu, aku bisa minta nomor handphone kamu?" pinta Ricky selanjutnya.

"Boleh! Tapi handphone saya jadul. Hanya bisa telfon dan SMS menggunakan pulsa regular saja."

"Tidak masalah," jawab Ricky sambil memberikan nomor handphone kepada Alona.

***

"Alona, kapan kamu sekolah?" tanya Ricky melalui sambungan telepon.

"Hari Senin dan Kamis saja, Kak! Hari ini keluarga Ibu juga sedang liburan keluar kota hingga beberapa hari ke depan. Jadi aku hendak ke perpustakaan daerah nanti. Maaf, aku gak bisa ke taman bermain lagi," jawab Alona melalui sambungan telepon.

"Baiklah. Aku antar kamu ya?"

"Antar? Aku hanya sekolah kejar paket C. Memangnya gak malu?"

"Tidak! Kenapa malu?"

"Kalau Kakak gak malu, aku yang malu!" kata Alona yang langsung mematikan sambungan teleponnya.

Kemudian Alona pun bergegas memakai sepatu dan memastikan semua pintu dan jendela terkunci dengan benar. Dan betapa kagetnya Alona ketika Ricky sudah berada di depan pintu gerbang, dengan motor gedenya.

Ricky merayu untuk mengantar Alona dengan berbagai macam rayuan sopan. Akhirnya Alona pun luluh. Jam pelajaran jejar paket C hanya sebentar. Tidak seperti orang sekolah di sekolahan formal pada umumnya. Namun, rencana Alona untuk ke perpustakaan daerah pun harus pupus, karena terlalu asik mengobrol dengan Ricky.

"Alona, kenapa kamu mau sekolah sambil bekerja?" tanya Ricky.

"Karena aku tidak mau keturunanku hidup miskin seperti aku. Aku mau keturunan yang hidupnya enak, tidak seperti aku," jawab Alona jujur.

Tanpa sadar, akhirnya Alona pun menceritakan tentang keluarganya. Keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun, semangat Alona untuk merubah hidup sungguh luar biasa. Ricky terharu, dan mulai simpati terhadap Alona.

"Lalu, bagaimana dengan kamu Kak?" tanya Alona yang juga ingin tahu tentang Ricky.

"Aku di sini sedang prepare untuk ke Melbourne. Aku sekolah pilot di sana. Dua tahun lagi, aku lulus!" jawab Ricky singkat.

Alona tidak menaruh simpati apapun kepada Ricky. Alona hanya kagum.

"Alona, kamu mau menunggu Kakak dua tahun lagi?" lanjut Ricky yang membuat Alona tidak mengerti.

"Maksudnya?"

"Tunggu Kakak hingga Kakak selesai sekolah pilot. Kakak mau melamarmu setelah Kakak kerja nanti," kata Ricky.

"Ah, terlalu tinggi bercandamu, Kak! Dan aku tidak terkecoh oleh kata-katamu," jawab Alona santai.

"Aku tidak bercanda. Aku kagum denganmu. Jarang remaja sekarang berpola pikir sepertimu. Aku serius denganmu, Alona!"

"Ah, Kakak! Ibarat kupu-kupu, aku hanya kupu-kupu terkecil dan berbulu gatal. Sedangkan Kakak kupu-kupu besar bersayap indah penuh warna. Gak bakalan cocok. Gak imbang. Dan kupu-kupu tersebut hanya satu habitat, tetapi beda species!" jawab Alona dengan santai tanpa rasa apapun.

"Tapi kamu kupu-kupu terindah untukku. Aku akan tetap terbang mengejarmu!"

"Aku tidak bisa terbang tinggi seperti kupu-kupu besar yang indah dan penuh warna."

"Nanti aku akan mengajakmu terbang tinggi bersama pesawat yang aku piloti!" jawab Ricky.

Alona hanya diam. Tidak menanggapi serius apa kata Ricky. Bagaimanapun, Alona orang miskin yang tidak akan pernah berharap dari sesuatu yang tidak pasti. Apalagi masalah cinta.

"Alona, aku tidak tahu. Kenapa rasa ini tiba-tiba singgah dan menetap di hatiku. Hatiku sudah dan akan tetep memilih kamu. Percayalah Alona. Tunggu aku hingga dua tahun lagi. Dan saat itu aku akan kembali di sini, menggandengmu dan mengikatmu dengan ikatan suci."


Selesai...

Lina WH


kaskus-image
Diubah oleh lina.wh 15-08-2020 00:58
ismilaila
nomorelies
sakiem
sakiem dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.