- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#78
Jilid 3 [Part 60]
Spoiler for :
Quote:
“Kedua ekor naga itu, yang telah berumur 40 hari 40 malam, belum dapat menguasai lawannya. Karena itu pertempuran semakin bertambah sengit. Seluruh penduduk bumi menjadi ketakutan. Tidak ada tempat untuk mengungsikan diri. Sebab pertempuran itu terjadi di seluruh permukaan bumi, di seluruh lautan, dan diseluruh langit. Raja bumi itu pun menjadi bertambah prihatin. Apalagi putrinya setiap hari selalu menangis saja. Tetapi untuk mengabulkan permintaan putri itu, tidak terlintas di dalam pikiran ayahanda raja. Karena itu ia tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Akhirnya ia terpaksa menunggu saja akan kesudahan pertempuran yang maha dahsyat antara laki-laki dari bintang kemukus itu dengan dua ekor naga yang dimintai bantuan.
Demikianlah pertempuran itu masih berlangsung terus, di laut timbul gelombang sebesar gunung, di darat bertiup angin topan yang dahsyat. Sedangkan di udara, petir menyambar-nyambar guruh dan bunga-bunga api yang maha panas. Sampai hari yang ke-100, keadaan masih belum berubah, hati raja bertambah gelisah pula.
Maka pada hari yang ke 101, dengan tidak disangka-sangka menghadaplah seekor naga yang amat sederhana, ke hadapan raja. Naga itu berwarna agak kehitam-hitaman. Matanya berkilat-kilat seperti bintang. Dengan rendah hati naga itu berkata kepada raja, Paduka yang memerintah kerajaan bumi, perkenankanlah hamba mengabdikan diri kepada Paduka serta diperkenankan membantu kedua saudara hamba yang sedang bertempur melawan laki-laki yang berasal dari bintang kemukus."
Demikianlah pertempuran itu masih berlangsung terus, di laut timbul gelombang sebesar gunung, di darat bertiup angin topan yang dahsyat. Sedangkan di udara, petir menyambar-nyambar guruh dan bunga-bunga api yang maha panas. Sampai hari yang ke-100, keadaan masih belum berubah, hati raja bertambah gelisah pula.
Maka pada hari yang ke 101, dengan tidak disangka-sangka menghadaplah seekor naga yang amat sederhana, ke hadapan raja. Naga itu berwarna agak kehitam-hitaman. Matanya berkilat-kilat seperti bintang. Dengan rendah hati naga itu berkata kepada raja, Paduka yang memerintah kerajaan bumi, perkenankanlah hamba mengabdikan diri kepada Paduka serta diperkenankan membantu kedua saudara hamba yang sedang bertempur melawan laki-laki yang berasal dari bintang kemukus."
Quote:
"Tentu saja permintaan itu dikabulkan oleh raja. Maka dengan senang hati, naga itu langsung menuju ke medan pertempuran yang saat itu sedang terjadi di daratan. Kedatangannya menimbulkan perbawa yang luar biasa, sehingga dengan tiba-tiba saja pertempuran itu berhenti sejenak."
"Melihat kedatangan naga ini, mereka bertiga yang sedang bertempur menjadi heran. Maka bertanyalah naga yang bersisik emas, Hai naga yang sangat sederhana, tanpa menunjukkan tanda-tanda kebesaran apapun, apakah maksud kedatanganmu?
Naga itu menjawab, Saudaraku, aku datang untuk membantumu."
"Melihat kedatangan naga ini, mereka bertiga yang sedang bertempur menjadi heran. Maka bertanyalah naga yang bersisik emas, Hai naga yang sangat sederhana, tanpa menunjukkan tanda-tanda kebesaran apapun, apakah maksud kedatanganmu?
Naga itu menjawab, Saudaraku, aku datang untuk membantumu."
Quote:
"Mendengar jawaban itu, naga berbalut intan merasa tidak senang. Lalu katanya, Saudaraku hanyalah mereka yang dapat menunjukkan tanda kebesarannya."
"Alangkah sedih hati naga yang kehitam-hitaman itu, ditambah lagi laki-laki dari bintang kemukus itu memakinya pula. Kau yang mirip sebatang pohon roboh itu akan turut serta dalam permainan ini…?"
"Alangkah sedih hati naga yang kehitam-hitaman itu, ditambah lagi laki-laki dari bintang kemukus itu memakinya pula. Kau yang mirip sebatang pohon roboh itu akan turut serta dalam permainan ini…?"
Quote:
"Tetapi disabarkannya hati naga yang sederhana itu. Jwabnya, Terserahlah kata-kata kalian atas diriku. Tetapi aku ingin menunjukkan pengabdianku.
Kalau demikian kerjakanlah itu sendiri, kata naga bersisik emas.
Ya, kerjakanlah sendiri, sahut naga yang bersalutkan intan.
Baiklah, jawab naga yang kehitam-hitaman itu. Silakan kalian beristirahat.
Mendengar kata-kata Naga Hitam itu, alangkah marahnya laki-laki bintang yang merasa dirinya sangat sakti. Maka tanpa mengucapkan sepatah kata pun langsung diserangnya naga hitam itu dengan kedua belah tangannya yang memegang petir. Tetapi apa yang disaksikannya sangatlah mengagumkan. Naga hitam itu melingkar cepat sekali dan dengan sekali menggerakkan ekornya kedua petir itu pun telah dapat direbutnya, dan dengan suara menggelegar petir-petir itu dibantingnya di punggung gunung sampai pecah berserakan."
Kalau demikian kerjakanlah itu sendiri, kata naga bersisik emas.
Ya, kerjakanlah sendiri, sahut naga yang bersalutkan intan.
Baiklah, jawab naga yang kehitam-hitaman itu. Silakan kalian beristirahat.
Mendengar kata-kata Naga Hitam itu, alangkah marahnya laki-laki bintang yang merasa dirinya sangat sakti. Maka tanpa mengucapkan sepatah kata pun langsung diserangnya naga hitam itu dengan kedua belah tangannya yang memegang petir. Tetapi apa yang disaksikannya sangatlah mengagumkan. Naga hitam itu melingkar cepat sekali dan dengan sekali menggerakkan ekornya kedua petir itu pun telah dapat direbutnya, dan dengan suara menggelegar petir-petir itu dibantingnya di punggung gunung sampai pecah berserakan."
Quote:
"Laki-laki bintang itu terkejut menyaksikan hal yang demikian. Tetapi ia pun tidak kurang saktinya. Segera kedua tangannya itu bergerak menangkap guruh yang sedang berkeliaran di langit. Maka dengan sekuat tenaga, guruh itu pun dihantamkan ke kepala lawannya. Naga itu melihat guruh yang dengan suara gemuruh mengarah ke kepalanya, segera menyemburkan angin kencang dari mulutnya, sehingga guruh itu pun terlontar kembali ke arah laki-laki bintang itu."
"KARENA kecepatannya menghindar, laki-laki itu tidak hancur karena senjatanya sendiri. Dengan kejadian-kejadian itu, laki-laki bintang kemukus yang merasa dirinya tak terkalahkan itu menjadi marah sekali. Dikeluarkannya segala kesaktian serta kepandaiannya yang terakhir untuk menyerang naga hitam itu. Maka segera terjadilah pertempuran yang tak terkira dahsyatnya.
Tidak hanya lautan menjadi bergolak, topan mengalir dengan derasnya, serta petir menyambar-nyambar, tetapi segera hutan-hutan menjadi terbakar. Lautan mendidih serta gunung-gunung terlempar berserak-serakan. Kedua lawan yang sedang mengadu tenaga itu telah mempergunakan apa saja yang dapat dipegangnya untuk dijadikan senjata."
"KARENA kecepatannya menghindar, laki-laki itu tidak hancur karena senjatanya sendiri. Dengan kejadian-kejadian itu, laki-laki bintang kemukus yang merasa dirinya tak terkalahkan itu menjadi marah sekali. Dikeluarkannya segala kesaktian serta kepandaiannya yang terakhir untuk menyerang naga hitam itu. Maka segera terjadilah pertempuran yang tak terkira dahsyatnya.
Tidak hanya lautan menjadi bergolak, topan mengalir dengan derasnya, serta petir menyambar-nyambar, tetapi segera hutan-hutan menjadi terbakar. Lautan mendidih serta gunung-gunung terlempar berserak-serakan. Kedua lawan yang sedang mengadu tenaga itu telah mempergunakan apa saja yang dapat dipegangnya untuk dijadikan senjata."
Quote:
"Maka semakin ketakutanlah segenap penduduk negeri bumi itu. Pada hari yang ketujuh, pertempuran itu bertambah seru dan cepat. Laki-laki bintang kemukus itu telah mengalami perkelahian 100 hari melawan dua ekor naga yang cukup sakti. Tetapi tenaganya masih tetap segar."
"Sekarang ia baru tujuh hari bertempur melawan seekor naga yang dikatakannya sebagai sebatang pohon yang roboh saja, namun ia merasa bahwa tenaganya telah mulai kendor. Ia telah mencoba mengerahkan segala kesaktiannya, tetapi tidaklah banyak hasilnya."
"Sekali waktu ia berhasil menangkap ekor naga hitam itu. Lalu dengan tangannya yang kokoh kuat itu, diputarnya naga itu di udara, sehingga menimbulkan angin putaran yang luar biasa. Baik di darat maupun di lautan. Banyak gunung dan pulau-pulau yang terangkat dan terlempar bertebaran."
"Tetapi naga itu tidak pula kehilangan akal. Tubuhnya yang kehitam-hitaman itu tiba-tiba menyala-nyala, sehingga ketika tangan laki-laki bintang itu merasa panas, terpaksa naga itu dilepaskan dan terlontar ke udara. Timbullah suatu pemandangan yang mengerikan. Suatu lingkaran api berputar-putar di udara."
"Sekarang ia baru tujuh hari bertempur melawan seekor naga yang dikatakannya sebagai sebatang pohon yang roboh saja, namun ia merasa bahwa tenaganya telah mulai kendor. Ia telah mencoba mengerahkan segala kesaktiannya, tetapi tidaklah banyak hasilnya."
"Sekali waktu ia berhasil menangkap ekor naga hitam itu. Lalu dengan tangannya yang kokoh kuat itu, diputarnya naga itu di udara, sehingga menimbulkan angin putaran yang luar biasa. Baik di darat maupun di lautan. Banyak gunung dan pulau-pulau yang terangkat dan terlempar bertebaran."
"Tetapi naga itu tidak pula kehilangan akal. Tubuhnya yang kehitam-hitaman itu tiba-tiba menyala-nyala, sehingga ketika tangan laki-laki bintang itu merasa panas, terpaksa naga itu dilepaskan dan terlontar ke udara. Timbullah suatu pemandangan yang mengerikan. Suatu lingkaran api berputar-putar di udara."
Quote:
"Sebentar kemudian berubahlah naga itu menjadi gumpalan api yang bergulung-gulung menghantam lawannya. Laki-laki bintang itu menjadi agak kebingungan. Maka segera ia menghindar dengan terjun ke dasar Samodra. Namun api-api itu pun menyusulnya ke dasar samodra, dengan api masih tetap menyala, sehingga air lautan menjadi mendidih karenanya. Segera laki-laki itu meninggalkan lautan, dan terbang ke udara. Naga itu juga tetap mengejarnya.
Kemana laki-laki itu pergi, gumpalan api itu tetap menyusul di belakangnya, sehingga akhirnya laki-laki bintang kemukus itu merasa bahwa ia tak mampu lagi menandingi naga hitam yang dapat menyalakan api dari tubuhnya, jauh lebih panas daripada api yang keluar dari mulut naga yang bersisik emas, dan jauh lebih berbahaya dari sorot beracun di kedua belah mata naga yang berbalut intan permata."
Kemana laki-laki itu pergi, gumpalan api itu tetap menyusul di belakangnya, sehingga akhirnya laki-laki bintang kemukus itu merasa bahwa ia tak mampu lagi menandingi naga hitam yang dapat menyalakan api dari tubuhnya, jauh lebih panas daripada api yang keluar dari mulut naga yang bersisik emas, dan jauh lebih berbahaya dari sorot beracun di kedua belah mata naga yang berbalut intan permata."
Quote:
"Maka tidak ada jalan lain, kecuali kembali ke asalnya. Segera laki-laki bintang itu pun terbang lebih tinggi, dan akhirnya lenyaplah ia berlindung di balik kabut beracun yang memancarkan cahaya yang menyilaukan, yang menyelubungi dunianya, yaitu bintang kemukus."
"Setelah melihat lawannya kembali ke asalnya, naga hitam itu merasa bahwa tugasnya telah selesai. Segera ia turun kembali ke bumi untuk menemui kedua naga yang bersisik emas dan berbalut intan. Mudah-mudahan setelah ia menunjukkan jasanya, sudilah kiranya kedua naga itu mengaku sebagai saudara."
"Tetapi alangkah kecewanya, ketika ia sampai di bumi, kedua ekor naga itu sudah tidak ada lagi.
Maka menghadaplah naga hitam itu kepada baginda raja bumi untuk menanyakan kalau-kalau kedua ekor naga itu sudah mendahuluinya menghadap. Di sepanjang jalan, naga hitam itu selalu bersyukur di dalam hati, mereka dalam keadaan telah hampir pulih kembali. Orang-orang sudah tidak lagi ketakutan."
"Setelah melihat lawannya kembali ke asalnya, naga hitam itu merasa bahwa tugasnya telah selesai. Segera ia turun kembali ke bumi untuk menemui kedua naga yang bersisik emas dan berbalut intan. Mudah-mudahan setelah ia menunjukkan jasanya, sudilah kiranya kedua naga itu mengaku sebagai saudara."
"Tetapi alangkah kecewanya, ketika ia sampai di bumi, kedua ekor naga itu sudah tidak ada lagi.
Maka menghadaplah naga hitam itu kepada baginda raja bumi untuk menanyakan kalau-kalau kedua ekor naga itu sudah mendahuluinya menghadap. Di sepanjang jalan, naga hitam itu selalu bersyukur di dalam hati, mereka dalam keadaan telah hampir pulih kembali. Orang-orang sudah tidak lagi ketakutan."
Quote:
"Agak berbanggalah hatinya kalau ia mendengar beberapa orang menyebut-nyebutnya sebagai pahlawan yang berhasil mengusir laki-laki bintang kemukus yang membawa bencana wabah berbahaya. Tetapi kebanggaan itu disimpannya dalam hati, sebab ia merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah amal pengabdian semata."
"Ketika ia menghadap raja bumi, alangkah terkejutnya waktu ia melihat upacara penyambutan yang luar biasa. Ia bahkan menjadi malu dan kaku."
"Ketika ia menghadap raja bumi, alangkah terkejutnya waktu ia melihat upacara penyambutan yang luar biasa. Ia bahkan menjadi malu dan kaku."
Quote:
"Ketika ia berkesempatan menghadap baginda, yang pertama ditanyakan adalah kedua ekor naga yang bersisik emas dan berbalut intan. Tetapi dengan menyesal, baginda bersabda, Naga Hitam.., kedua saudaramu itu telah meninggalkan kerajaan bumi di luar pengetahuan kami, seorang menteri yang melihatnya, menanyakan kemana mereka pergi. Naga bersisik emas menjawab bahwa ia akan pergi tanpa tujuan, sebab ia telah merasa bersalah menghinakan engkau. Sedangkan naga yang berbalut intan berkata bahwa ia minta maaf kepadamu. Juga mereka merasa malu sekali bahwa mereka tak dapat memenuhi janjinya, mengusir laki-laki dari bintang itu."
"Naga hitam itu menjadi sedih sekali. Hampir saja ia meneteskan air mata. Untunglah bahwa ia sadar, kalau ia sedang berada diantara mereka yang menyambutnya dengan penuh kebesaran."
"Dari baginda, naga hitam itu mendapat hadiah sebuah gua yang indah sekali, yang berdinding emas dan bertahtakan intan berlian. Tetapi naga hitam itu masih saja senang berkeliaran di rawa-rawa dan hutan-hutan, sebagai daerah permainannya masa kanak-kanak."
"Sekali waktu masih terasa kesedihan hatinya mengenang kedua ekor naga yang pergi meninggalkannya."
"Naga hitam itu menjadi sedih sekali. Hampir saja ia meneteskan air mata. Untunglah bahwa ia sadar, kalau ia sedang berada diantara mereka yang menyambutnya dengan penuh kebesaran."
"Dari baginda, naga hitam itu mendapat hadiah sebuah gua yang indah sekali, yang berdinding emas dan bertahtakan intan berlian. Tetapi naga hitam itu masih saja senang berkeliaran di rawa-rawa dan hutan-hutan, sebagai daerah permainannya masa kanak-kanak."
"Sekali waktu masih terasa kesedihan hatinya mengenang kedua ekor naga yang pergi meninggalkannya."
KI ARDI menghentikan ceritanya sejenak. Ia membetulkan duduknya sambil kembali mengamat-amati pahatannya, seolah-olah ingin memahami kesesuaian antara bentuk pahatannya serta isi ceriteranya.
Sagotra meskipun orang yang kasar, namun rupanya ia gemar juga mendengarkan dongeng tentang kesaktian-kesaktian. Karena itu ketika beberapa saat Ki Ardi masih belum melanjutkan ceriteranya, ia berkata,
Quote:
“Ki Ardi ceriteramu bagus sekali. Tetapi rupanya kau sengaja menjengkelkan kami dengan memutus-mutus ceritera itu.”
Sekali lagi Ki Ardi tertawa terkekeh-kekeh. Lalu jawabnya,
“Sabarlah Sagotra, pastilah ceritera itu aku lanjutkan…. Nah dengarlah baik-baik.”
Sekali lagi Ki Ardi tertawa terkekeh-kekeh. Lalu jawabnya,
“Sabarlah Sagotra, pastilah ceritera itu aku lanjutkan…. Nah dengarlah baik-baik.”
Quote:
“Naga hitam itu sepanjang waktunya masih dipergunakan untuk mengharap pada suatu saat bertemu kembali dengan kedua Naga yang dirasanya senasib. Apalagi setelah keduanya mengaku bersalah terhadapnya.”
“Tetapi akhirnya yang paling menyedihkan adalah, ketika ia mendengar kabar bahwa terjadilah kerusuhan-kerusuhan di istana raja bumi. Banyak bangsawan dan kesatria saling bertengkar, bertempur, bahkan saling membunuh. Soalnya adalah karena mereka berebut untuk mendapatkan putri baginda yang pernah jatuh cinta pada laki-laki bintang kemukus. Sedemikian hebatnya perebutan itu sehingga para bangsawan dan kesatria tidak malu-malu lagi mempergunakan laskar pengikut masing-masing untuk mencapai maksudnya. Sehingga memang kadang-kadang terjadilah pertempuran-pertempuran kecil diantara mereka.”
“Tetapi akhirnya yang paling menyedihkan adalah, ketika ia mendengar kabar bahwa terjadilah kerusuhan-kerusuhan di istana raja bumi. Banyak bangsawan dan kesatria saling bertengkar, bertempur, bahkan saling membunuh. Soalnya adalah karena mereka berebut untuk mendapatkan putri baginda yang pernah jatuh cinta pada laki-laki bintang kemukus. Sedemikian hebatnya perebutan itu sehingga para bangsawan dan kesatria tidak malu-malu lagi mempergunakan laskar pengikut masing-masing untuk mencapai maksudnya. Sehingga memang kadang-kadang terjadilah pertempuran-pertempuran kecil diantara mereka.”
Quote:
“Hampir saja naga hitam itu marah, dan mengambil keputusan untuk memusnahkan sekalian bangsawan dan kesatria, malahan kerajaan bumi sekaligus. Tetapi untunglah bahwa ia dapat menyabarkan diri. Sebab ia pun pernah merasa berjuang untuknya.”
“Adapun naga yang bersisik emas serta naga yang bersalut intan memang sebenarnya pergi meninggalkan kerajaan bumi karena menyesal dan malu. Mereka pergi merantau tanpa arah dan tujuan, dengan maksud untuk bertapa dan menjauhkan diri dari masalah-masalah lahiriah. Sebab ternyata tanda-tanda kebesaran yang mereka miliki tidaklah dapat dipergunakan untuk mengatasi lawan yang cukup sakti, bahkan tidak berguna sama sekali.”
“Kabar kepergian kedua ekor naga itu menggemparkan kerajaan-kerajaan di luar bumi. Yaitu kerajaan di bawah tanah, di bawah lautan dan di lapisan-lapisan langit. Serentak mereka menyebar panglima-panglimanya untuk menemukan serta membujuk kedua ekor naga untuk berpihak kepada mereka masing-masing.”
“Dengan perhitungan kesaktian kedua ekor naga itu digabungkan dengan kesaktian-kesaktian yang telah ada pastilah dapat mengalahkan kerajaan bumi, walaupun dibantu oleh naga hitam yang sakti.”
“Pada suatu saat sampailah ia di suatu daerah yang kelam. Daerah yang sama sekali tak dikenal.”
“Adapun naga yang bersisik emas serta naga yang bersalut intan memang sebenarnya pergi meninggalkan kerajaan bumi karena menyesal dan malu. Mereka pergi merantau tanpa arah dan tujuan, dengan maksud untuk bertapa dan menjauhkan diri dari masalah-masalah lahiriah. Sebab ternyata tanda-tanda kebesaran yang mereka miliki tidaklah dapat dipergunakan untuk mengatasi lawan yang cukup sakti, bahkan tidak berguna sama sekali.”
“Kabar kepergian kedua ekor naga itu menggemparkan kerajaan-kerajaan di luar bumi. Yaitu kerajaan di bawah tanah, di bawah lautan dan di lapisan-lapisan langit. Serentak mereka menyebar panglima-panglimanya untuk menemukan serta membujuk kedua ekor naga untuk berpihak kepada mereka masing-masing.”
“Dengan perhitungan kesaktian kedua ekor naga itu digabungkan dengan kesaktian-kesaktian yang telah ada pastilah dapat mengalahkan kerajaan bumi, walaupun dibantu oleh naga hitam yang sakti.”
“Pada suatu saat sampailah ia di suatu daerah yang kelam. Daerah yang sama sekali tak dikenal.”
Kembali Ki Ardi berhenti. Dan kembali pula ia memandangi pahatannya. Sebentar kemudian katanya,
Quote:
"Nah, pada bagian inilah ceritera itu aku ambil sebagai bahan pahatanku ini. Daerah kelam itu dikuasai oleh dua ekor harimau raksasa yang berkulit hitam legam. Ternyata kedua ekor harimau ini pun ingin dapat menguasai kedua ekor naga itu. Baik secara halus ataupun secara kasar.”
“Ketika ternyata kedua ekor naga itu menolak bekerja sama dengan mereka, terjadilah suatu perselisihan. Sehingga akhirnya pertempuranpun tak dapat dihindarkan. Sebenarnya kedua ekor harimau itu tak dapat menguasai lawannya, kalau saja daerah mereka tidak menguntungkan.
Daerah kelam yang penuh rahasia itu sangat membingungkan kedua ekor naga itu. Sehingga akhirnya naga itu pun hanya bertahan apabila diserang. Tetapi setelah ia terjebak ke dalam daerah itu, sulit bagi mereka untuk mencari jalan keluar.”
“Ketika ternyata kedua ekor naga itu menolak bekerja sama dengan mereka, terjadilah suatu perselisihan. Sehingga akhirnya pertempuranpun tak dapat dihindarkan. Sebenarnya kedua ekor harimau itu tak dapat menguasai lawannya, kalau saja daerah mereka tidak menguntungkan.
Daerah kelam yang penuh rahasia itu sangat membingungkan kedua ekor naga itu. Sehingga akhirnya naga itu pun hanya bertahan apabila diserang. Tetapi setelah ia terjebak ke dalam daerah itu, sulit bagi mereka untuk mencari jalan keluar.”
Sampai sekian Ki Ardi menarik nafas dalam-dalam. Nampaknya legalah hatinya, seolah-olah ia telah melahirkan suatu rahasia yang selama ini disimpannya.
Tetapi sementara itu Sagotrapun mendesak,
Quote:
“Tidakkah Ki Ardi akan mengakhiri dongeng itu?”
“Mengakhiri…? Bagaimana aku akan mengakhiri? Kejadian itu memang baru sampai sekian,” jawab Ki Ardi.
“Baru sampai sekian…?” tanya Sagotra heran.
“Mengakhiri…? Bagaimana aku akan mengakhiri? Kejadian itu memang baru sampai sekian,” jawab Ki Ardi.
“Baru sampai sekian…?” tanya Sagotra heran.
Mahesa Jenar pun tidak kalah herannya. Apalagi ketika dilihatnya perubahan garis wajah Ki Ardi. Kesan-kesan kejenakaan yang selama ini selalu tersembul diantara tawanya, lenyap sama sekali. Bahkan ketika Mahesa Jenar memandang matanya, yang sejak semula sudah mengagumkan, kini seakan-akan dunia ini ada di dalamnya.
Tetapi rupanya Sagotra tidak melihat perubahan itu, sehingga masih saja ia mendesak,
Quote:
“Ki Ardi… katakanlah akhir dari dongeng itu. Nanti aku akan memuji pahatanmu itu pula.”
Ki Ardi tersenyum, tetapi senyumnya kosong. Malahan tiba-tiba ia berkata sambil berdiri,
“Tunggulah Sagotra, akhir dari cerita ini masih agak lama. Sekarang aku akan masuk sebentar. Kawanilah Tuan ini.”
Ki Ardi tersenyum, tetapi senyumnya kosong. Malahan tiba-tiba ia berkata sambil berdiri,
“Tunggulah Sagotra, akhir dari cerita ini masih agak lama. Sekarang aku akan masuk sebentar. Kawanilah Tuan ini.”
Rupanya Sagotra ingin lekas-lekas mendengar akhir ceritera itu sehingga ia menggerutu tak habis-habisnya. Meskipun demikian Ki Ardi seolah-olah tidak mau lagi mendengarkan. Ia berjalan perlahan- lahan masuk ke dalam goa dan sejenak kemudian lenyaplah ia ditelan gelap.
Mahesa Jenar yang melihat perubahan itu, menjadi curiga. Tetapi ia sama sekali tak menunjukkan kecurigaannya. Hanya saja karena mungkin segala sesuatu dapat terjadi, maka haruslah ia bersiaga.
Apalagi ketika sampai beberapa lama, Ki Ardi masih juga belum muncul. Kecurigaan Mahesa Jenar semakin bertambah. Kembali terasa betapa bodohnya, sehingga ia dapat dipermainkan oleh keadaan. Ataukah ia sudah berubah menjadi seorang penakut, yang selalu diliputi oleh perasaan was-was dan curiga…?
Sagotra pun akhirnya merasa tidak sabar, hanya masalahnya yang berbeda. Maka segera ia pun berdiri dan memanggil-manggil Ki Ardi. Tetapi tidak ada terdengar orang menyahut.
Tampaknya Sagotra telah terbiasa bergaul dengan Ki Ardi. Tampaknya telah pula Sagotra terbiasa masuk-keluar rumahnya. Maka, ketika panggilannya tiada mendapat sambutan, segera Mahesa Jenar pun berdiri dan melangkah menuju ke mulut goa. Dan sejenak kemudian ia pun telah lenyap ditelan gelap.
fakhrie... dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas