Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI
PACARKU HIDUP KEMBALI
Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.4K
6.3K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#2420
BAGIAN 32
YAYASAN PUTRI NURHAYATI
part 2

Senja pun menjelang, suasana klinik mulai sepi karena jam operasional telah berakhir. Hayati membereskan meja kerjanya yang terlihat berantakan dengan berkas rekam medik para pasien. Miramareu muncul dengan sapu besarnya untuk membersihkan lantai dari debu dan sampah. Hayati terlihat sangat lelah karena harus melayani para pasien berjam-jam. Walau begitu, Ia juga masih mengerjakan pekerjaan cleaning service dengan membantu Miramareu. Hayati beranjak dari tempat duduknya, lalu mengambil sebuah sapu yang berada pada kotak peralatan yang dibawa oleh Miramareu. Ia pun ikut menyapu lantai yang terlihat berdebu.

“Mal... kamu jangan bantuin aku hari ini... kamu keliatan capek banget”

“Gak apa apa kok Mir... aku masih semangat”

“Tapi kamu bisa sakit Mal... Istirahat sana!!!”

“Gak apa apa Mir... kan ada kamu kalo aku sakit mah hihihi”

“Yaelah... capek deh, aku bukan dokter kali Mal”

“Tapi ramuan saktimu banyak tauu!!”

Akan tetapi, baru sepuluh menit Hayati menyapu lantai, tiba-tiba terdengar suara Tisha yang menggelora dari dalam ruang praktek memanggil dirinya. Hayati pun langsung bergegas pergi menuju ruang praktek Tisha.

“Kamu lagi apa Mal?” tanya Tisha sambil mencatat sesuatu diatas secarik kertas putih diatas meja.

“Aku lagi bantu-bantu Mira nyapu Dok...” jawab Hayati sambil melirik kearah tulisan tangan Tisha.

“Wah... kamu rajin banget Mal, udah cape ngelayani pasien, kamu langsung nyapu-nyapu”

“Ah biasa aja kali Dok... hehe” Hayati tersipu malu.

“Mal... jangan panggil aku ‘Dok’ dong... panggil aku Tisha aja... aku pengen kita jadi temen Mal” protes Tisha.

“Oalaah... kalo gitu aku siap jadi temenmu Tisha” sahut Hayati sambi mengajak Tisha bersalaman.

Tisha kemudian memasukan kertas-kertas catatannya yang berserakan diatas meja ke dalam tasnya yang terlihat berkelas dan berharga tinggi. Hayati pun merasa terpukau melihat tas yang berwarna emas berkilauan. Di sebelah tas terdapat sebuah potret keluarga kecil Tisha, dalam potret itu terdapat sepasang suami istri yang sedang menggendong bayi. Hayati meyakini kalau bayi yang digendong perempuan berpakaian blouse itu adalah Tisha. Akan tetapi, ketika Hayati memperhatikan wajah sang ibu, mendadak memori nya bergejolak. Dia merasa sangat kenal dengan sosok sang ibu.

“Tisha... apa foto ini foto kamu sama keluargamu?”

“Iya Mal... itu foto aku pas jaman bayi”

“Kamu anaknya Maharani?” tanya Hayati.

“Kenapa kamu tau nama mamaku?” Tisha kaget.

“Ehhh... anu... eeehh... maksudku... eee... eee... aku pernah diajarin sama beliau di kampus dulu” Hayati berusaha ngeles.

Perempuan yang ada dalam potret itu adalah sahabat dekat Hayati semasa kuliah kedokteran. Dia adalah Maharani, seorang gadis cantik yang merupakan kakak tingkat Hayati ketika belajar di Fakultas kedokteran. Maharani selalu membimbing Hayati ketika menjalani berbagai perkuliahan. Dia adalah mahasiswi cerdas yang berprestasi, maka tidak heran kalau kali ini dia berprofesi sebagai dosen.

“Ooh... iya Mal, mamaku emang suka ngajar... dia dosen UI... berarti kamu dulu mahasiswa UI yah?”

“Iya Tish”

“Wah... kamu angkatan berapa nih? Kok aku belum pernah liat... secara aku ini dulu adalah ketua himpunan mahasiswa... aku pasti tau semua orang disana”

“Eeeee... ee... aku angkatan 85 “

“Apaaaah 85?”

“Eh... bukan... bukan... aku angkatan 15... 2015 maksudnya hehehe” Hayati kembali ngeles.

“Ooh... tapi kenapa ya, aku gak pernah liat kamu Mal?” tanya Tisha yang mengernyitkan dahinya.

“Aku ini mahasiswa kupu-kupu Tish hehehe” jawab Hayati.

“Maksudnya apa?”

“Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang... gitu Tish”

“Oh... hahahahahaha... kamu lucu deh Mal, pinter ngelawak... udah lama aku gak ngakak kayak gini”

Tisha merasa sangat terhibur dengan kehadiran Hayati yang selalu riang dan melontarkan candaannya yang mengocok perut. Sementara, pikiran Tisha tentang pekerjaannya sedikit terlupakan.

Diatas meja kerja Tisha terdapat dua potret, Hayati memandang ada suatu keanehan antara dua potret itu. Keanehannya adalah sosok ayah yang berbeda. Pada potret pertama tampak seorang pria tampan yang mengenakan setelan jas yang rapi tampak tersenyum kepada kamera, sedangkan pada potret kedua tampak seorang pria berjanggut lebat dan berkacamata tengah berpose dengan serius. Dalam potret itu sang pria tak tersenyum sama sekal. Ia tampak mengenakan baju batik khas Cirebon.

“Tish... aku mau nanya nih, tentang foto keluargamu”

“Oh iya... kenapa?”

“Aku liat, foto ayahmu pas masih bayi dan kamu balita kok beda orang yah?”

“Emang beda Mal... kalo foto pas aku bayi, itu adalah ayah kandungku... tapi pas foto kedua ini, dia bukan ayahku”

“Apaaaah!!! Kok bisa?”

“Ketika aku berumur setahun, ayahku meninggal... lalu mamaku nikah lagi sama temennya yang juga seorang dokter pas aku berumur tiga tahun”

“Jadi dia bapak tirimu?”

“Iya Mal... sekarang aku jadi punya adik cowok... namanya Steve, dia mahasiswa teknik di Bandung... kamu pernah ketemu kan sama dia”

“Kapan yah?”

“Masa kamu lupa sih!!... pas dulu kamu ngambil tempat sampah di ruanganku”

“Aduh lupa lagi ah!”

“Alah... kamu mah masih muda udah pelupa... hehe”

“Hehe... maaf Tish”

“Yaudah, sekarang kamu ikut aku yuk!!”

“Kemana?”

“Kita dinner bareng malam ini” aku pengen ngobrol penting sama kamu”

Hayati kembali menuju pantry untuk membereskan semua barang-barangnya kedalam tas. Dia pun memberitahu Miramareu tentang ajakan dinner dari Tisha. Hayati sangat antusias kala itu, senyumnya selalu tercurah dari wajahnya yang manis. Tak lama berselang, Tisha tiba-tiba masuk kedalam pantry untuk mengajaknya pergi.

Hayati dan Tisha jalan bersama menuju tempat parkir. Mata Hayati kembali tertarik dengan tas jinjing milik Tisha yang terlihat sangat berkelas. Sesekali, ia curi-curi pandang sambil berjalan menyusuri koridor klinik. Ketika tiba di lapangan parkir, mereka pun langsung memasuki sebuah mobil Jeep yang terparkir di sudut timur.

“Mobilmu bagus banget Tish” sanjung Hayati.

“Makasih Mal... tapi ini sebenernya mobil adekku si steve... dia gak pernah mau pake” kata Tisha sambil menyalakan mesin mobilnya.

“Emang kenapa adikmu gak mau pake mobil ini? Padahal kan ini mobil bagus”

“Dia itu orangnya sederhana Mal, dia gak mau keliatan kaya... dari jaman SMA sampe sekarang, dia cuman pake motor mio nya yang udah jelek banget”

“Wah... keren dong adekmu Tish! Aku suka sama cowok sederhana”

“Yaelah, kamu bisa aja... hahaha... nanti aku kenalin kamu deh sama adekku, kebetulan dia lagi galau dan depresi... ya semoga kalo dikenalin sama kamu, adekku bisa normal lagi”

“Kenapa bisa gitu?”

“Dia baru kehilangan pacarnya Mal... katanya kena banjir bandang sampe mayatnya gak ditemuin”

“Duh!! Tragis banget”

“Iya Mal, aku kasihan banget sama dia... kalo gak salah namanya tuh... eee... eee... aduh siapa ya? Ee... Ra... Rayati... iya... iya namanya Rayati”

“Oalah... mirip sama nama belakangku yah”

“Emang nama belakangmu apa?”

“Hayati...”

“Iya, mirip juga yah... tapi kok namamu kayak nama yayasan punya bapakku yah? Namanya yayasan Putri Nurhayati?”

Mendengar perkataan Tisha tentang hal itu, Hayati mendadak terhenyak. Pikirannya langsung tertuju kepada suatu ingatan yang terpendam dalam sel-sel otaknya. Ia pernah mendengar perkataan itu keluar dari mulut Asnawi ketika pertama kali mereka bertemu. Tentunya ribuan pertanyaan datang menghujani ruang pikir Hayati. Kenapa omongan Tisha dan asnawi bisa sama? Apakah Tisha ini adalah kakaknya asnawi yang dokter itu? Tapi Tisha menyebutkan nama adiknya adalah Steve, bukan Asnawi? Hayati pun terlihat bengong sambil memandang jalanan. Tisha merasa heran dengan tingkah Hayati kali ini, dia pun menyadarkan sang asistennya itu dari lamunannya.

“WOY !! NGELAMUN AJA!!” seru Tisha sambil menepuk lengan kanan Hayati.

“Maaf... maaf Tish, aku lagi mikirin adek kamu” sahut Hayati yang terkaget-kaget.

Mobil pun mulai keluar dari tempat parkir, lalu melaju di jalanan Ibukota yang selalu padat dipenuhi oleh orang-orang yang memiliki kesibukan tersendiri. Tisha akan mengajak Hayati pergi makan malam di rumahnya. Sambil mengemudikan mobil Jeep Rubicon yang berukuran besar, Tisha kembali mengajak Hayati untuk berbincang. Dia sangat ingin mengenali sosok gadis cantik berdada besar yang berada disebelahnya itu.

“Mal... kamu asli mana sih?”

“Aku lahir di Jakarta... tapi mendiang kedua orang tuaku berasal dari Banyumas”

“Kamu yatim piatu Mal?”

“Iya... bapakku seorang tentara, dia meninggal kena stroke dan ibuku meninggal karena leukemia”

“Duh kasihan banget sih Mal... aku jadi ikut sedih”

“Makasih Tish, atas simpatimu”

Mereka memasuki sebuah areal apartemen yang terlihat cukup mewah. Hayati sampai terpukau dengan keberadaan gedung-gedung tinggi, dimana salah satu ruangannya adalah tempat tinggal Tisha. Begitu tiba di drof-off area, Tisha dan Hayati keluar dari mobil. Tisha memberikan kunci mobilnya kepada petugas keamanan untuk diparkirkan di tempat yang sudah tersedia untuk penghuni. Sebelum masuk, Hayati diperkisa ketat oleh petugas keamanan untuk mencegah hal-hal yang bisa menggangu kemanan.

Setelah diperiksa, Tisha mengajak Hayati menaiki elevator menuju lantai sepuluh. Hayati masih bertanya-tanya dalam hatinya, mau dibawa kemana ini? Apakah gedung ini adalah restoran? Tak lama kemudian pintu elevator pun terbuka. Tisha dan Hayati langsung menyaksikan hamparan karpet merah yang memanjang menutupi lantai sepanjang koridor dihadapan mereka. Merekapun melangkahkan kaki untuk menyusuri koridor itu. Tisha kemudian membuka salah satu pintu yang berada disamping kirinya.

“Selamat datang di rumahku Mala”

Hayati terpukau dengan rumah Tisha yang sangat mewah. Ruangan apartemennya telihat sangat besar dengan dilengkapi berbagai perabotan yang modern dan mahal. Hayati jadi ingat rumah Cascade ketika dulu pertama kali diajak Asnawi mengunjungi rumahnya di malam Natal. Hayati kemudian dipersilakan duduk di sebuah sofa.

“Sekarang kita dinner disini yah Mal... pacarku lagi masakin makanan buat kita” kata Tisha sambil membnuka jas dokternya, lalu ia menyimpannya begitu saja diatas kursi.

“Pacarmu koki?”tanya Hayati.

“Oh enggak lah Mal, tapi dia punya hobby masak... enak lho”

“Kamu serumah sama pacarmu Tish?”

“Enggak atuh Mal, dosa itu namanya... pacarku ini emang sering maen ke rumahku, dia punya kunci rumahku”

Ketika mereka sedang mengobrol di ruang tamu, tiba tiba sesosok pria berbadan tegap, berwajah menawan dengan rambut hitam yang disisir rapi menghampiri mereka sambil membawa sepiring masakan yang mengeluarkan uap beraroma lezat. Hayati terperangah ketika melihat sosok tampan menghampirinya sambil menebar senyuman.

“Sayang... kamu udah dateng?” sapa pria itu kepada Tisha.

“Iya Sayang... sibuk banget nih hari ini, pasienku bejibun parah” jawab Tisha sambil mencicipi makanan yang dibawa pria itu.

“Oh iya, kenapa akhir-akhir ini pasienmu selalu banyak Yang?”

“Hmm... aku juga heran Yang... tapi Alhamdulillah lah, berarti penghasilanku sebagai dokter jadi ikut bertambah hehehe”

“Ah kamu pikirannya selalu duit mulu Yang” pria itu mencubit hidung Tisha yang tengah tertawa.

Hayati tampak baper melihat adegan romantis antara Tisha dengan pacarnya yang sangat tampan. Ia seakan terhipnotis dengan suasana itu dan mata kuningnya terus memandangi gerak-gerik pria itu. Merasa dipandangi oleh Hayati, pria itu pun balas memandangnya sambil bertanya.

“Eh... ada tamu ternyata!” kata pria itu sambil melontarkan senyum kepada Hayati.

Hayati semakin berdebar-debar jantungnya ketika pria itu menghampirinya sambi menjulurkan tangan. Ia hendak menhgajaknya bersalaman.

“Oh iya... lupa Yang, ini asistenku, namanya Mala... kenalin!!”

“Mala... hmmm, nama yang bagus... kenalin! Namaku Wongso Suseno... tapi kamu panggil aku Wong saja” kata Wongso yang masih menggengam tangan Hayati.

“I... i... iy... iya... mm... Maaas... Mas Wong, salam kenal” sahut Hayati yang mendadak grogi dan gagap.

“Eh, wait a minute!!... aku pernah liat kamu deh di klinik, kapan yah?” tanya Wongso.

“Dia udah pernah kerja sebelumnya di klinik Yang, tapi sebagai cleaning service” sambar Tisha.

“Be... beebb... betul... betul... Mas, a... aaku... pe... per... penah ke... kee... kerja... di... di...saana” jawab Hayati dengan susah payah.

“Kamu kenapa sih Mal? Kok jadi aneh gitu... kamu jadi gagap” Tisha terheran-heran ketika melihat tingkah aneh Hayati.

“Mungkin asistenmu ini grogi liat aku kali Yang... hehehe... yaudah kita makan malem yuk!!” sambung Wongso sambil menyerahkan sebuah kain putih dari sakunya kepada Hayati.

“Bu... buat... aa... apa?” tanya Hayati sambil kebingungan.

“Buat ngelapin darah yang keluar dari hidungmu Mal” jawab Wongso.

Sontak, Tisha langsung tertawa ketika melihat Hayati mimisan. Wongso pun ikut tertawa. Hayati baru menyadari kalau banyak darah keluar dari hidungnya. Dia langsung mengelap darah yang ada di lubang hidung dan mulutnya dengan sapu tangan milik Wongso yang sangat wangi dan halus. Wongso kembali pergi menuju dapur untuk menyajikan masakannya, sedangkan Tisha duduk disebelah Hayati sambil tetap menertawakannya.

“Kamu kenapa sih Mal? Pake mimisan segala... Gara-gara liat pacarku yah?” tanya Tisha.

“Iya Tish...”

“Ganteng yah?”

“Banget!!!... kamu beruntung banget bisa dapetin cowok kayak gitu”

“Hahahaha... makasih Mal, butuh usaha keras buat dapetin Wongso”

“Pastinya Tish... mantanku juga dulu adalah cowok terganteng di kampus”

“Siapa Mal? Barangkali aku tau”

“Rahasia dong! Hehehe”

“Yaelah...capek deh...Hmm... oh iya, sambil nunggu masakan siap, aku mau ngomong sesuatu sama kamu Mal”

“Ngomong apa?”

“Kamu tahu kan yayasan yang aku sebut tadi di mobil?”

“Yayasan Putri Nurhayati?”

“Iya Mal... kamu tau gak yayasan itu kayak gimana?”

“Gak tau”

“Jadi gini... Papi tiriku tuh punya semacam yayasan amal yang suka ngobatin orang-orang miiskin dengan gratis, beroperasinya itu setiap hari sabtu... Papi ku ini orangnya hampir sama kaya Steve, dia sederhana... dulu ketika Papi menikahi mamiku, dia mendirikan yayasan ini atas wasiat temennya yang kehilangan anaknya, namanya itu Putri Nurhayati... Papi mendedikasikann hidupnya untuk yayasan ini Mal, aku juga gak pernah dikasih tau temannya itu siapa dan sosok si Putri Nurhayati pun aku gak tau, Papi ngerahasiain semuanya dari keluarga, termasuk Mami dan Steve”

“Oalah... bapakmu hebat banget Tish, bisa punya yayasan amal, mulia banget”

“Iya Mal... bagus banget, tapi sekarang... sejak aku resmi jadi dokter umum... yayasan itu diserahin ke aku... katanya Papi udah capek ngurusin yayasan ini, dia pengen aku yang nerusin usaha amal ini Mal”

“Bagus dong!!... berarti kamu juga sama –sama mulianya dong karena udah ngejalanin yayasan ini”

“Hmmm... iya sih, tapi sekarang aku hampir gak bisa ngejalanin kegiatan yayasan ini mal”

“Lho kenapa?”

“Ya karena pasienku makin banyak Mal... aku ini kerja di tiga tempat sekaligus... ditambah yayasan, berati jadi empat... aku ngalamin keterbatasan Mal, makanya aku pengen minta tolong kamu”

“Tolongin apa?”

“Bantu aku ngejalanin yayasan ini yuk!! Gampang kok Mal, penyakit pasien disana ringan-ringan dan setiap sebulan sekali selalu ada sunat gratis”

“OkeTish... aku bisa kayaknya”

“Alhamdulillah... kalo gitu sabtu sekang kita bisa mulai yah Mal, soalnya jadwal sunatan masal... aku males banget kalo udah ada acara itu Mal... jijik banget, bikin aku Ilfil”

“Lha kenapa bisa males dan ilfil? Pesertanya kan anak-anak”

“Aku ilfil bukan sama yang disunatnya, tapi sama bapak-bapak yang nganter Mal, mereka itu genit-genit dan suka godain aku”

“Oalaaaah... jadi kamu gak suka digodain?”

“Iya... emang kamu suka digodain bapak-bapak?”

“Enggak juga sih, tapi aku kadang suka godain balik kalo mereka keterlaluan... aku bisa godain mereka sampe klepek-klepek hehehehe”

“Hiiih!! Kamu serem juga yah... kayak kunti”

“Aku emang dulunya kunti... hihihihihi”

“Apaaaaah!!... kamu kunti??”

“Errr... anu... errrr... maksudku aku... aku dulu pernah meranin jadi kunti pas pentas drama di sekolah... gitu lho Tish”

“Kirain kamu kunti lho Mal... syukur deh kalo gitu, soalnya aku takut banget sama kunti”

“Maafin aku Tish... hehe”

Wongso kemudian menghampiri mereka kembali untuk mengajak makan malam. Kali ini Tisha dan Hayati pun langsung mengikutinya. Hayati sangat terkesima dengan makanan yang disajikan diatas meja makan. Lidahnya pun secara tak sadar menjulur seperti anjing ketika melihat potongan ayam bakar yang disiram dengan madu.

Acara makan malam pun dimulai, Wongso mepersilakan Hayati untuk mengambil makanan terlebih dahulu sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamu. Akan tetapi Hayati membalas perlakuan sopan itu dengan tindakan yang sama sekali tak beradab. Dia langsung mengambil piring dan mengambil lima potong ayam sekaligus. Tanpa basa-basi, ia pun langsung melahapnya dengan sangat mengerikan. Tisha dan Wongso pun dibuat terkejut dan terheran-heran dengan tingkah laku Hayati yang sangat buas. Akhirnya mereka pun menertawakan Hayati.
.....................................................

HAYATI TELAH MEMASUKI KEHIDUPAN TISHA DAN IA JUGA BERKENALAN DENGAN WONGSO
APAKAH DIA AKAN BERTEMU KEMBALI DENGAN ASNAWI?..............................KITA REHATV SEJENAK PEMIRSAAAAAAH emoticon-Betty

Diubah oleh Martincorp 04-08-2020 05:20
OkkyVanessaM
g.azar
symoel08
symoel08 dan 52 lainnya memberi reputasi
53
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.