rainydwiAvatar border
TS
rainydwi
Siapakah Yang Patut Disalahkan?


Gambar diambil dari: pinterest.com

Menceritakan kembali perbincangan Emak dengan seseorang saat menjemput keponakan di sekolah sekitar akhir Nopember 2018.
_____

Pukul 10:15, saatnya menjemput Radin. Emak bergegas mengeluarkan motor matic-nya. Beliau sudah memperhitungkan waktu yang ditempuh agar tidak terlambat tiba disana.

Radin adalah siswa kelas B Taman Kanak-kanak Al Ma'ruf di bilangan Bekasi. Menjemput cucu dari anak bungsunya ini merupakan salah satu kegiatan Emak dan Bapak setiap hari, kecuali hari libur.

"Itung-itung biar nggak kebanyakan diem di rumah," kata beliau.

Lima menit berselang, Emak sudah tiba di tempat yang dituju. Setelah memarkir si kuda besi, beliau memilih duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang.

Seorang perempuan muda berparas cukup manis duduk di samping Emak. Tak lama, keduanya terlibat perbincangan serius.

"Saya capek, Buk. Setiap hari harus mengasuh tiga anak sekaligus," keluhnya.

"Ibuknya kerja di toko emas di mal. Pergi pagi, pulangnya udah lewat jam sepuluh malam. Si bapak malah jarang pulang."

Rupanya, perempuan ini adalah seorang asisten rumah tangga paruh waktu. Tugasnya adalah mengasuh tiga orang anak yang masih kecil-kecil: satu di sekolah menengah pertama, satu di taman kanak-kanak, dan bayi berusia sembilan bulan.

Tak hanya itu, ia diberi kepercayaan untuk memasak makanan bagi ketiganya. Setiap hari sang majikan memberikan sejumlah uang. Untuk masak dan jajan anak-anak.

"Si Ibuk ngasih cuma tiga puluh ribu. Dua puluh untuk masak, sepuluh untuk jajan si Adit," paparnya.

Perempuan itu juga cerita kalau dua anak majikannya sering tidak mau makan.

"Uang segitu mana cukup untuk makan dua kali, Buk? Saya bingung harus masak apa. Terpaksa telor lagi telor lagi. Kalau enggak, saya beliin aja kacang panjang. Ditumis dengan bawang putih satu, dicincang, tambahin garem. Bodo amat, ah!"

"Ya terang aja mereka nggak mau makan, Mbak. Bosen kali." Emak memberi pendapatnya.

"Ya habis mau bagaimana lagi, Buk? Majikan saya cuma ngasih segitu. Belum lagi, si Adit nih. Pulang dari sini, pasti minta jajan macem-macem. Ya es krim, lah. Beli mainan di abang-abang, lah. Tiap harinya saya nombok, Buk. Pusing saya." Terdengar nada kesal dari suaranya.

"Ya Mbak bilang aja sama si majikan, kalo uang yang dikasih nggak cukup, malah sering nombok." Emak memberi saran. Lanjutnya, "Denger cerita Mbak barusan, saya kasihan sama anak-anak kalo makannya kayak begitu setiap hari."

"Udah, Buk. Tapi majikan saya selalu beralasan cuma punya segitu," terang si Mbak. "Pingin deh, saya bikin kesalahan biar diberhentiin."

"Kalo nggak betah bilang langsung aja, Mbak. Jangan dilampiaskan ke anak-anaknya. Kasihan, mereka nggak tau apa-apa."

"Iya, Buk. Enggak, kok."

"Terus ini, adek yang sembilan bulan, di rumah sama siapa?" tanya Emak penuh selidik.

"Ada kakaknya yang es em pe, Buk. Dia sekolahnya masuk siang."

"Sekolah ini 'kan, bubar jam setengah sebelas. Mbak dari jam berapa udah ada disini?"

"Jam sepuluh, Buk," jawabnya enteng.

"Loh, kepagian, Mbak. Kasihan ah, si bayi. Nanti kalo mau pipis, pup, atau nangis, gimana?" Emak bertanya, mulai gregetan.

"Bodo amat ah, saya capek. Lagian, ada kakaknya ini."

"Tapi, dia kan masih kecil juga, Mbak."

Si Mbak tidak bersuara. Dia hanya memilin ujung kerudungnya. Tak terlihat sama sekali mimik rasa bersalah atas apa yang sudah dia lakukan terhadap anak-anak asuhannya.

Bel tanda usainya kegiatan sekolah akhirnya terdengar. Para penjemput bergegas menyambut anak-anak.

Sebelum berpisah, Emak sekali lagi berpesan kepada si Mbak.

"Mbak, kalo udah nggak betah, bilang aja sama majikan. Jangan dilampiaskan ke anak-anak itu. Saya mohon, ya Mbak? Kasihan, mereka nggak tau apa-apa."

"Iya Buk." Ia hanya menjawab singkat.
_____

Cerita di atas merupakan kejadian nyata. Saya hanya menuliskan kembali apa yang Emak ceritakan saat itu dengan penuh emosi. Beliau gregetan, Gaes, tapi nggak bisa berbuat apa-apa.

Waktu mendengarkan cerita Emak, jujur, saya merasa kasihan. Miris, sedih, nggak rela, walaupun mereka bukanlah anak-anak saya. Semua orangtua pasti menginginkan buah hatinya mendapat yang terbaik. Entah itu pendidikan, perlakuan, ataupun asupannya.

Untuk kasus di atas, siapakah yang patut disalahkan? Apakah si pengasuh? Ataukah, orangtua anak-anak tersebut? Jujur, saya agak geram dan speechless. Andai boleh memilih, saya tak ingin mendengar cerita macam ini.

Para orang tua hendaknya tidak lepas tangan begitu saja dalam hal pengasuhan anak-anak. Bila memungkinkan, mintalah bantuan salah seorang famili untuk menemani. Maaf, bukannya tidak percaya, tapi kalau melihat kasus di atas, kok saya pribadi jadi paranoid, ya?

Saya yakin, tak hanya mereka yang mengalami hal ini. Pasti banyak di luar sana yang mengalami nasib seperti ketiga anak tersebut.

Meski kejadiannya sudah terjadi agak lama, tetapi menurut saya hal ini masih valid untuk dibagikan agar bisa dijadikan pembelajaran untuk kita semua.

Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dengan tulisan saya di atas. Niat saya hanya sharing.

Terima kasih sebelumnya buat yang sudah berkenan mampir. Sampai jumpa lagi di topik yang berbeda. 😊

Bekasi, 15 Juni 2020.

Sumber: opini pribadi
Referensi: cerita Emak
Diubah oleh rainydwi 17-06-2020 12:25
081364246972
abellacitra
firsaf05
firsaf05 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
1.9K
287
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread•82.9KAnggota
Tampilkan semua post
081364246972Avatar border
081364246972
#54
Entahlah, keduanya harus komunikasi
rainydwi
rainydwi memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.