- Beranda
- Berita Luar Negeri
Dari PEMERKOSAAN sampai STERILISASI, Ini Pengakuan Muslim Uighur yang Berhasil Bebas
...
TS
ex.babuCCP
Dari PEMERKOSAAN sampai STERILISASI, Ini Pengakuan Muslim Uighur yang Berhasil Bebas
Quote:
"Saya dibelenggu, dipukuli dan diberi suntikan misterius di dalam kamp Uighur di China. Saya juga disterilisasi supaya saya tidak bisa punya anak lagi," ujar Zumret Dawut dikutip The Sun, Selasa (28/7/2020).
Mimpi buruk Zumret dimulai pada Maret 2018, ketika menerima panggilan telepon yang memerintahkannya melapor ke pos polisi terdekat karena masalah penting yang mendesak.
Ketika berada di pos polisi, dia diinterogasi selama berjam-jam tentang riwayat perjalanannya, transaksi finansialnya dan telepon-teleponnya ke dan dari luar negeri.
Saat itu, Zumret memang seorang pebisnis ekspor-impor bersama suaminya yang berasal dari Pakistan. Mereka juga telah memiliki 3 orang anak.
Zumret mengaku tidak menjawab dengan jujur dalam interogasi tersebut, "Mereka sepertinya tidak puas dengan jawaban saya,"
Tak lama, Zumret ditahan di sebuah pusat medis, di mana iris matanya dipindai, rekam sidik jarinya diambil dan dipaksa untuk memberikan sampel darah.
Zumret pun dibawa ke kamp konsentrasi China, "Mereka menyebutnya pusat re-edukasi, tapi nyatanya seperti neraka," ujar Zumret dikutip The Sun.
Quote:
Dipaksa telanjang di hadapan para lelaki
Ketika baru tiba di kamp konsentrasi, Zumret diminta mengganti pakaian dengan seragam tahanan di hadapan beberapa pria.
Jika dia tidak melakukannya, dia akan dipukuli.
"Saya menangis saat itu, sangat tidak manusiawi dan melecehkan," ujar Zumret. Dia kemudian dilempar ke sebuah sel tahanan sempit dan bau dengan 30 wanita lainnya.
Di atas mereka, kamera pengintai dipasang di setiap sudut.
"Hanya ada 1 toilet di dalam sel," ujar Zumret, "(Pintunya) terbuka dan kamera bisa melihat ketika seseorang menggunakannya."
Quote:
Dipaksa minum pil berwarna putih
Selama 24 jam pertamanya di balik tahanan, perasaan Zumret tersiksa membayangkan anak-anak dan suaminya pulang tak menemukan dirinya di rumah.
Namun, pada hari berikutnya, dia dipaksa menelan pil putih yang akibatnya membuat dia tidak memiliki 'emosi'.
"Mereka memerintahkan kami untuk membuka mulut dan memeriksa apakah kami menelan pil atau tidak," kenang Zumret dengan sedih.
"Mereka bilang, semua orang harus meminumnya. Setelah itu, saya tidak merasa cemas sama sekali atau pun khawatir. Saya seperti mati rasa."
Dan rupanya itu bukan satu-satunya tindakan medis invasif yang dipaksakan kepada para tahanan.
Meski klaim Zumret tentang suntikan per minggu yang menghentikan menstruasi tidak bisa dikonfirmasi, terdapat laporan dari penyintas lainnya bahwa selepas diberi suntikan, mereka tidak mengalami menstruasi seperti Zumret dan para tahanan pria menjadi impoten.
Zumret juga mengklaim bahwa dirinya secara rutin disemprot cairan sanitasi, diperintahkan untuk memberi sampel darah dan rambutnya dipotong di sebuah ruang khusus.
"Tadinya rambut saya panjang," ratap Zumret.
Quote:
Dihajar habis-habisan karena berbuat baik
Zumret menceritakan bahwa dia dan para tahanan lain diberi makan sedikit. Suatu hari, dia berbagi rotinya dengan seorang wanita lansia yang menderita penyakit bawaan. Namun aksi baiknya itu 'terpergok' para penjaga.
"Para penjaga tiba-tiba datang masuk dan memukuli saya dengan tongkat pemukul karet," ujarnya, "Mereka menghajar saya selama setengah jam, saya sampai tidak bisa berdiri keesokan harinya."
Pada salah satu serangan fisik yang diterimanya, Zumret berteriak, "Ya Allah!" Mendengar itu, para penjaga mencibir, "Jika Tuhanmu punya kekuatan, suruh dia datang menyelamatkanmu!"
Lalu, Zumret dipukuli lagi habis-habisan.
Mengenang itu, Zumret merasa emosional selama wawancara dengan The Sun. Dia kemudian menarik napas dan melanjutkan ceritanya.
Menurut Zumret, tahanan lain ditelanjangi dan dipukuli karena hanya memakai pakaian Islami, sementara beberapa dari mereka dibawa pergi saat malam hari dan menerima kekerasan lain yang tidak diketahuinya.
Quote:
Serangan seks yang mengerikan
Mantan tahanan juga mengklaim para wanita di penjara itu mendapatkan kekerasan seksual. Salah satunya bahkan dirudapaksa oleh polisi di hadapan 200 tahanan karena dinyatakan "pendosa".
"Sementara mereka merudapaksa wanita itu, mereka memeriksa bagaimana kami bereaksi," ungkap Sayragul Sauytbay kepada harian Haaretz Oktober tahun lalu.
"Orang-orang yang memalingkan kepala atau menutup mata mereka, atau yang tampak marah dan syok, dibawa keluar dan kami tidak pernah melihat mereka lagi."
Meski pun Zumret tidak menyaksikan atau mengalami sekali pun kekerasan seksual, dia mengatakan, "Di dalam tradisi kami, jika itu terjadi, wanita tidak akan menceritakan kepada siapa pun."
Dia mengaku kalau para wanita banyak yang diambil malam hari. Mereka tidak bilang apa pun, hanya terus menangis. "Beberapa wanita yang kembali hanya mengatakan kalau mereka hendak bunuh diri."
Sementara itu menurut penuturan Sayragul, "para pendosa" di kamp konsentrasi itu juga disiksa dalam ruangan yang disebut 'kamar hitam'. Di sana mereka disiksa dengan sadis.
Quote:
Pencucian otak
Setiap hari di kamp, Zumret mengatakan bahwa para tahanan dibawa ke sebuah ruang kelas di mana mereka diajari propaganda Komunis dan didoktrin bahwa agama yang mereka anut "adalah ideologi beracun seperti virus".
"Kami duduk beralaskan tanah yang sangat dingin," kenangnya.
"Para guru biasanya duduk di dalam semacam sangkar dengan jeruji besi. Sepertinya mereka berusaha melindungi diri mereka dari kami."
"Kursus ini akan berlangsung sekitar tiga hingga empat jam setiap hari. Ada gadis-gadis yang sangat muda dan wanita yang sangat tua."
Dia menambahkan,"Setelah kelas selesai, sebelum kami keluar dari pintu, kami harus mengatakan, 'Tidak ada Tuhan'. Padahal di dalam hati, kami mengatakan 'Tuhan maafkan kami'."
Quote:
Bagaimana Zumret bisa bebas?
Suami Zumret tentu merasa syok begitu tahu istrinya lenyap tiba-tiab. Dia melancarkan kampanye pencarian terhadap Zumret dengan gencar dengan menghubungi pihak Kedutaan Pakistan di Beijing dan menghubungi wartawan.
Pada Juni 2018, Zumret berhasil dibebaskan.
Dia dikawal keluar dari penjara dengan tudung hitam di kepala dan dipaksa menandatangani surat-surat yang menyatakan bahwa dia menghadiri kamp secara sukarela dan berjanji tidak akan pernah mengungkapkan apa pun yang terjadi di dalamnya.
Meski sudah dibebaskan, teror masih berlanjut. Beberapa bulan kemudian, dia dipaksa untuk membayar denda sebanyak 18.400 Yuan China (sekitar Rp 39 juta) karena memiliki anak ketiga.
Dia juga dipaksa disterilkan.
Berdasarkan investigasi The Associated Press baru-baru ini, sterilisasi adalah sebuah kampanye kejam yang dilakukan pemerintah China dalam mengekang populasi Muslim Uighur.
Pada Januari 2019, Zumret melarikan diri ke Pakistan bersama keluarganya setelah memberitahu pejabat setempat bahwa ayah mertuanya sakit parah. Dia berjanji akan kembali ke China dalam beberapa minggu namun tidak pernah melakukannya.
Kini, keluarga Zumret tinggal di Amerika Serikat (AS) setelah mendapatkan visa. Keluarga Zumret mengajukan suaka dan mengatakan, "Saya merasakan kebebasan dan kedamaian di sini tapi saya hidup dalam kecemasan."
Pasalnya, ibu Zumret kerap mendapat teror telepon dan ancaman untuk tetap diam. Akan tetapi, Zumret sendiri berjanji dia tetap bertekad untuk terus berbicara meski banyak ancaman yang diterima
Source
tepsuzot dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.4K
Kutip
66
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
80KThread•13KAnggota
Tampilkan semua post
suryahendro
#18
Quote:
Original Posted By ex.babuCCP►
Kok ga mirip si jink pig?
Kok ga mirip si jink pig?
Mirip mamaknya kali ....
Mamaknya Penghibur tentara china..
https://medan.tribunnews.com/2020/06...or-satu-china.
Sebelum bertemu Peng Liyuan, Xi Jinping adalah duda tanpa anak, setelah istri pertamanya meninggalkannya.
Melansir south china morning post, istri pertama Xi Jinping, Ke Lingling, adalah putri bungsu mantan Duta Besar China untuk Inggris Ke Hua.
Ke Lingling meninggalkan Xi Jinping dan pindah ke Inggris pada awal 1980-an.
Diubah oleh suryahendro 02-08-2020 14:28
tepsuzot memberi reputasi
1
Kutip
Balas
Tutup