- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#4
Jilid 1 [Part 4]
Spoiler for :
Mengalami hal semacam itu, meskipun terpaksa menahan sakit, Baureksa menjadi bertambah kalap. Ia mengumpulkan segenap tenaganya dan ingin menebus malunya dengan mematahkan leher lawannya. Dengan sekuat tenaga ia menyembunyikan rasa sakitnya, sehingga Mahesa Jenar tak dapat mengukur akibat gempurannya dengan pasti.
Baureksa cepat-cepat menarik diri untuk segera bersiap-siap menyerang, sedangkan Mahesa Jenar pun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Kembali Baureksa menyerang lawannya ke dua arah sekaligus. Tangan kanannya menyodok perut, sedangkan tangan kirinya menghantam pelipis. Mendapat serangan ini Mahesa Jenar segera merendahkan diri serta memutar tubuh. Tetapi ketika Baureksa melihat bahwa Mahesa Jenar mencoba menghindar, segera Baureksa mengubah arah serangannya. Cepat-cepat ia menarik tangannya dan dengan satu gerakan dahsyat ia meloncat dan menendang kepala lawannya.
Mahesa Jenar tidak menduga bahwa Baureksa dapat meloncat secepat itu. Karena itu ia tidak lagi sempat mengelak.
Sebenarnya Mahesa Jenar masih akan menghindari bentrokan-bentrokan secara langsung, sebab sampai sekian ia masih belum dapat menjajagi sampai di mana kekuatan Baureksa yang sebenarnya. Tetapi kali ini, ia harus melawan serangan kaki Baureksa itu. Maka untuk tidak mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki atas dirinya, terpaksa Mahesa Jenar mempergunakan sebagian besar dari tenaganya yang dipusatkan pada siku tangan kanannya.
Ia merendah sedikit sambil memiringkan tubuhnya. Maka, terjadilah suatu benturan yang hebat antara kaki Baureksa dengan siku tangan Mahesa Jenar. Akibatnya hebat pula. Baureksa ternyata telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan ketika ia melihat bahwa Mahesa Jenar tidak sempat mengelakkan serangannya, ia sudah memastikan bahwa orang asing itu akan terpelanting dan tidak akan dapat bangun kembali.
Tetapi dugaan itu ternyata meleset sama sekali. Ketika kaki Baureksa yang sudah mengerahkan seluruh tenaganya itu menyentuh siku tangan Mahesa Jenar, Baureksa merasa bahwa kakinya seolah-olah menghantam dinding batu yang keras sekali. Dan kini tulang-tulang kakinyalah yang bergemeretakan, sedangkan ia terpental oleh kekuatannya sendiri dan dengan kerasnya terbanting di tanah, sehingga tidak sadarkan diri.
Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu, serentak hatinya bergetar, sampai beberapa orang menggigil karena tegang. Beberapa orang tidak dapat mengikuti dengan pandangan matanya tentang apa yang terjadi. Yang mereka ketahui hanyalah Baureksa terbanting di tanah hingga pingsan.
Demang Pananggalan, demikian nama Demang tua itu, hatinya menjadi cemas menyaksikan pertempuran itu. Sebab kalau sampai terjadi sesuatu hal, dia lah yang harus bertanggungjawab.
Cepat-cepat ia mendekati Baureksa yang sedang pingsan. Dirabanya seluruh tubuhnya. Ia menjadi terkejut sekali ketika tangannya meraba kaki Baureksa yang membentur siku Mahesa Jenar. Kaki itu terasa dingin sekali dan di beberapa bagian terasa adanya luka dalam yang berbahaya bila tidak lekas-lekas mendapat pertolongan.
Orang-orang yang berkerumun menjadi terdiam seperti patung. Mereka tidak tahu lagi bagaimana harus menilai kehebatan orang asing itu, yang dengan bermain-main saja telah dapat mengalahkan Gagak Ijo dan kemudian sekaligus Baureksa.
SEMENTARA itu Baureksa dan Gagak Ijo telah diangkat orang ke dalam sambil menunggu Ki Asem Gede. Kini perhatian orang seluruhnya tertumpah kepada Mahesa Jenar yang masih belum bergeser dari tempatnya. Hanya sebentar mereka melirik juga kepada Demang Pananggalan, sambil bertanya-tanya di dalam hati, apakah seterusnya yang akan diperbuat oleh demang tua itu?
Baureksa cepat-cepat menarik diri untuk segera bersiap-siap menyerang, sedangkan Mahesa Jenar pun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Kembali Baureksa menyerang lawannya ke dua arah sekaligus. Tangan kanannya menyodok perut, sedangkan tangan kirinya menghantam pelipis. Mendapat serangan ini Mahesa Jenar segera merendahkan diri serta memutar tubuh. Tetapi ketika Baureksa melihat bahwa Mahesa Jenar mencoba menghindar, segera Baureksa mengubah arah serangannya. Cepat-cepat ia menarik tangannya dan dengan satu gerakan dahsyat ia meloncat dan menendang kepala lawannya.
Mahesa Jenar tidak menduga bahwa Baureksa dapat meloncat secepat itu. Karena itu ia tidak lagi sempat mengelak.
Sebenarnya Mahesa Jenar masih akan menghindari bentrokan-bentrokan secara langsung, sebab sampai sekian ia masih belum dapat menjajagi sampai di mana kekuatan Baureksa yang sebenarnya. Tetapi kali ini, ia harus melawan serangan kaki Baureksa itu. Maka untuk tidak mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki atas dirinya, terpaksa Mahesa Jenar mempergunakan sebagian besar dari tenaganya yang dipusatkan pada siku tangan kanannya.
Ia merendah sedikit sambil memiringkan tubuhnya. Maka, terjadilah suatu benturan yang hebat antara kaki Baureksa dengan siku tangan Mahesa Jenar. Akibatnya hebat pula. Baureksa ternyata telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan ketika ia melihat bahwa Mahesa Jenar tidak sempat mengelakkan serangannya, ia sudah memastikan bahwa orang asing itu akan terpelanting dan tidak akan dapat bangun kembali.
Tetapi dugaan itu ternyata meleset sama sekali. Ketika kaki Baureksa yang sudah mengerahkan seluruh tenaganya itu menyentuh siku tangan Mahesa Jenar, Baureksa merasa bahwa kakinya seolah-olah menghantam dinding batu yang keras sekali. Dan kini tulang-tulang kakinyalah yang bergemeretakan, sedangkan ia terpental oleh kekuatannya sendiri dan dengan kerasnya terbanting di tanah, sehingga tidak sadarkan diri.
Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu, serentak hatinya bergetar, sampai beberapa orang menggigil karena tegang. Beberapa orang tidak dapat mengikuti dengan pandangan matanya tentang apa yang terjadi. Yang mereka ketahui hanyalah Baureksa terbanting di tanah hingga pingsan.
Demang Pananggalan, demikian nama Demang tua itu, hatinya menjadi cemas menyaksikan pertempuran itu. Sebab kalau sampai terjadi sesuatu hal, dia lah yang harus bertanggungjawab.
Cepat-cepat ia mendekati Baureksa yang sedang pingsan. Dirabanya seluruh tubuhnya. Ia menjadi terkejut sekali ketika tangannya meraba kaki Baureksa yang membentur siku Mahesa Jenar. Kaki itu terasa dingin sekali dan di beberapa bagian terasa adanya luka dalam yang berbahaya bila tidak lekas-lekas mendapat pertolongan.
Orang-orang yang berkerumun menjadi terdiam seperti patung. Mereka tidak tahu lagi bagaimana harus menilai kehebatan orang asing itu, yang dengan bermain-main saja telah dapat mengalahkan Gagak Ijo dan kemudian sekaligus Baureksa.
SEMENTARA itu Baureksa dan Gagak Ijo telah diangkat orang ke dalam sambil menunggu Ki Asem Gede. Kini perhatian orang seluruhnya tertumpah kepada Mahesa Jenar yang masih belum bergeser dari tempatnya. Hanya sebentar mereka melirik juga kepada Demang Pananggalan, sambil bertanya-tanya di dalam hati, apakah seterusnya yang akan diperbuat oleh demang tua itu?
Diubah oleh nandeko 01-08-2020 19:24
fakhrie... dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Kutip
Balas