Thread ini terinspirasi dari temen ane yang punya 5 anak yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat menginginkan anak perempuan. Pada kehamilan kelima yang terjadi tanpa direncanakan (apalagi dikonsultasikan dan diprogramkan untuk mempunyai bayi perempuan dokter), akhirnya kembali melahirkan bayi laki-laki.

Bila ku mati
Kau juga mati
Walau tak ada cita
Sehidup semati

Penggalan syair lagu Posesif dari band Naif itu hampir selalu mengingatkannya pada sosok artis dalam video klipnya, Avi.

Artis video klip  yang memiliki nama asli  Joko Wiryanto Suwito atau yang dikenal dengan nama beken  Jeanny Stavia atau Avi, kini telah almarhum dan ketika meninggal dia  ingin jasadnya diperlakukan sebagai jasad seorang laki-laki, seperti jenis kelaminnya saat terlahir ke dunia. Meski Avi selalu berpenampilan seperti wanita, semasa hidupnya.


Avi

Keinginan untuk berpenampilan seperti lawan jenis memang disebabkan banyak hal, antara lain

1. Faktor Genetik

Namanya saja genetik. Pastinya hal ini tidak bisa dilawan oleh individunya sendiri. Kita sering mengatakannya sebagai takdir. Ada penyimpangan-penyimpangan gen sex yang menimbulkan berbagai akibat.

Sindrome klinefelter
Bisanya disimbolkan dengan XXY. Lahir sebagai seorang lelaki yang seharusnya berkromosom (XY). Penambahan satu kromosom X akan menyebabkan individunya mempunyai sikap kewanita-wanitaan. 

Sindrome turner
Meskipun kromosom sexnya hanya X (harusnya XX), wanita dengan sindrome ini tak mengalami kelainan orientasi seksual, hanya saja biasanya mengalami keterlambatan pertumbuhan badan dan menstruasi.



2. Faktor Hormonal

Faktor kesimbangan hormonal berpengaruh terhadap perilaku individu. Hormon estrogen sebagai hormon wanita, pastinya membawa pengaruh pada individu untuk berperilaku seperti wanita. Kebalikannya adalah hormon androgen umumnya lebih dominan pada pria dibanding wanita.

Bagaimana jika keseimbangan hormon ini terganggu? Bisa saja timbul keinginan-keinginan untuk berperilaku seperti lawan jenis. Bukan tidak mungkin perilaku yang ingin ditunjukkannya itu mempengaruhi psikisnya, misalkan orang itu malu, sehingga timbul kontradiksi dalam dirinya atau yang disebut pertentangan batin. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan stress atau depresi.

Dalam kedokteran jiwa, orang-orang seperti ini memerlukan terapi jiwa. 


Millen Cyrus

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan menurut ane juga termasuk faktor yang tak kalah pentingnya dalam menjerumuskan seorang individu untuk berperilaku seperti lawan jenis. 

Lingkungan bagi anak-anak yang pertama tentu saja rumah/ keluarga. Bagaimana orang tua memperlakukan anak, bahkan juga saudara-darudaranya memperlakukaannya, akan sangat berpengaruh pada kesalahan pengenalan gender. Misalkan perlakuan yang sering saya lihat adalah, mendandani anak laki-laki seperti anak perempuan. Pertama rambut. Di Indonesia umumnya anak kecil laki-laki memiliki rambut pendek. Dengan membiarkan anak kecil laki-laki mempunyai rambut panjang dan mendandani rambutnya begitu rupa, itu merupakan tindakan yang bisa mengacaukan identifikasi anak tentang gendernya. Apalagi jika ditambah memakaikannya jilbab, memberi lipstik dan bedak, kemudian memotretnya. Meskipun itu buat lucu-lucuan, ane rasa itu bisa berpengaruh pada perkembangan psikologi anak. Apalagi jika tindakan itu dilakukan berulang-ulang. 


Dinda Syarif bersama kedua orang tuanya

Untuk mengupayakan jenis kelamin pada janin di era modern ini sudah sangat memungkinkan, meskipun membutuhkan dana yang lumayan. Untuk pasangan-pasangan yang menginginkan anak perempuan tapi belum diberi, ane anjurkan untuk membuat janji dengan dokter kandungan dan membicarakan masalah keinginan anda. Ada berbagai cara yang bisa diupayakan sesuai dengan budget yang anda miliki. Tetapi, jika tetap anak lelaki yang didapat, jangan pernah menjadikannya seperti perempuan hanya karena Anda sangat menginginkannya.



Ditulis oleh @cattleyaonly 

Referensi
Opini pribadi
Sumber
Sumber