- Beranda
- Berita dan Politik
Pengamat: Parpol di Solo Bernyali Kecil Lawan PDIP, Gibran Bakal Lawan Kotak Kosong
...
TS
ikardus
Pengamat: Parpol di Solo Bernyali Kecil Lawan PDIP, Gibran Bakal Lawan Kotak Kosong

Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Suara Pembaruan / Joanito De Saojoao)
Semarang, Beritasatu.com – Calon Wali Kota Solo yang diusung PDI Perjuangan (PDIP) Gibran Rakabuming Raka berpeluang besar melawan kotak kosong dalam Pilkada Solo atau Pilwalkot Solo 9 Desember mendatang. Hal itu dikarenakan tidak ada partai politik yang berani mengusung calon lain untuk melawan Gibran.
‘’Parpol di Solo bernyali kecil untuk mengusung calon lain sebagai lawan tanding Gibran dalam kontestasi Pilkada, akibatnya Gibran melenggang bebas menjadi calon tunggal dan berpeluang besar melawan kotak kosong,’’ tegas pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, M Yulianto, kepada Beritasatu.com, Selasa (21/7).
Menurut Yulianto, ciutnya nyali parpol di Solo bukan tanpa sebab. Secara historis, kekuatan politik di Solo sejak tahun 1950-an selalu didominasi oleh partai nasionalis. Sehingga, tak heran, saat PDIP menetapkan calon yang akan diusung dalam Pilkada, maka praktis parpol-parpol lainnya ikut merapat dan memberi dukungan pada calon yang diusung partai berlambang moncong putih tersebut.
Dikatakan, kalau pun ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang melawan arus sendirian karena tak memiliki rekan koalisi, menurut Yulianto, hal itu tidak lebih sebagai pencitraan dari partai tersebut, yang mencoba selalu tampil beda dan mengambil posisi berseberangan dengan pemerintah atau partai pendukung pemerintah, dalam kapasitas sebagai partai oposisi.
Yulianto menegaskan, dipilihnya Gibran untuk maju dalam Pilkada Solo merupakan bagian dari membangun dinasti politik baru di Solo, yakni keluarga Jokowi. Fenomena Gibran adalah efek domino dari kharisma politik sang ayah yang juga presiden. Namun, Gibran harus membuktikan kapabilitas manajemen politik dan pemerintahan dalam proses Pilkada, juga kapasitas personal dalam membangun komunikasi sosial dengan masyarakat Solo yg amat beragam.
‘’Hal itu bukan perkara mudah bagi Gibran, yang amat minim pengalaman. Meski bisa berargumentasi bahwa kepemimpinan bisa dipelajari dalam perjalanan nanti, tapi dia akan menghadapi dinamika sosial politik Kota Solo yang cukup tinggi dan dinamis, sebagai salah satu barometer kota di Indonesia selama ini,’’ tegas dosen Fisip Undip itu.
Menurut Yulianto, Gibran berpeluang menjadi calon tunggal dan bakal melawan kotak kosong. Pertanyaannya sekarang, bukan berapa persen suara yang bakal diperoleh Gibran, tapi berapa persen suara yang diperoleh kotak kosong.
"Jumlah suara dalam kotak kosong itu yang akan membuktikan seberapa besar Gibran diterima oleh masyarakat Kota Solo. Persentase suara di kotak kosong menjadi antitesa dari realitas politik saat ini, dengan hadirnya dinasti politik, yang sejatinya kurang baik bagi demokrasi,’’ tandasnya.
Sumur
https://www.beritasatu.com/politik/6...n-kotak-kosong
Wkwk jangankan solo, si gibran dijadikan gubernur jateng aja menang dia. Jateng lumbung suara pdip disana 70%.pdip itu besar gegara jokowi juga.
Anak sby si ibas sejak 2009 udah di dpr. mulan jamela aja skrg bs jadi anggota dpr atau pasha ungu aja bisa jadi kepala daerah knp gibran kaga bisa..
Meremehkan bgt ini pengamat, gibran pengusaha sukses kuliner,, otaknya dipolitik bs jago kyk bapaknya. Solo sejak ditinggal jokowi makin ga karuan..
Dinasti politik apanya, rakyat solo yg menentukan kok.. rakyat solo kaga suka kepemimpinan jokowi slama ini ya anaknya jg bakal kaga kepilih. Anaknya jokowi yg cewek aja kaga dikasi lulus pns biarpun bokapnya presiden..
Selagi partai sebesar pdip mau usung, kapan lagi kalo kaga skrg.. Nunggu bapaknya kaga jabat 4,5 tahun lagi? Wkwk kadrun tolol..
Ini dinasti politik kaga droon..?



Diubah oleh ikardus 23-07-2020 12:06
tien212700 dan 33 lainnya memberi reputasi
20
8.5K
270
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
691.2KThread•54.9KAnggota
Tampilkan semua post
krukov
#111
apa bedanya orde baru dan era kabinet maju, anak menantu, anak wakil presiden ikut pemilu
calon tunggal dia nggak ada lawannya, dia juga punya kuasa di politik, pilkada tapi yg pilih kandidat walikota partai di pusat, bukan partai cabang di daerah solo sendiri yg paham kadernya. Ini demokrasi apa otoriter.
dia datang tiba tiba buat semua kacau, bukan kader kog minta jadi calon walikota di PDI P. datang ke megawati ngemis2 akhirnya disetujui. pak achmad purnomo yg kader loyal resmi menjabat tahun 2013 sampai sekarang malah disingkirkan.
Seharusnya yang menunjuk calon walikota bukan pusat biarkan dewan cabang daerah yang pilih, karena kita yang di daerah yang lebih tahu calonnya. sudah lama buat rencana hancur karena pusat, betapa kecewanya pak rudy dan achmad purnomo
boikot pilkada solo
calon tunggal dia nggak ada lawannya, dia juga punya kuasa di politik, pilkada tapi yg pilih kandidat walikota partai di pusat, bukan partai cabang di daerah solo sendiri yg paham kadernya. Ini demokrasi apa otoriter.
dia datang tiba tiba buat semua kacau, bukan kader kog minta jadi calon walikota di PDI P. datang ke megawati ngemis2 akhirnya disetujui. pak achmad purnomo yg kader loyal resmi menjabat tahun 2013 sampai sekarang malah disingkirkan.
Seharusnya yang menunjuk calon walikota bukan pusat biarkan dewan cabang daerah yang pilih, karena kita yang di daerah yang lebih tahu calonnya. sudah lama buat rencana hancur karena pusat, betapa kecewanya pak rudy dan achmad purnomo

boikot pilkada solo

rizaldi.sarpin memberi reputasi
1
Tutup