Kaskus

Story

djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
Pernikahan Sementara
Pernikahan Sementara

"Aku ingin batas pernikahan ini tiga bulan." Freya Elvina.

PROLOG


Ketika harus menikah dengan mantan yang meninggalkanmu beberapa tahun lalu. Apa yang harus dilakukan?

Seorang Adelio Owen yang telah lama menyibukkan diri demi melupakan sang mantan. Namun, kini ia tak bisa mengelak takdir. Sang mantan yang pergi tiba-tiba, kini menjadi istrinya. 

"Ini kontrak pernikahan kita." Owen menyerahkan berkas yang sudah ditanda tangani.

"Setahun?" Freya bertanya lirih. Ditatapnya pria yang tengah menghidu aroma secangkir kopi.

"Kenapa? Kamu ingin berlama-lama denganku?"

"Aku ingin batas pernikahan ini tiga bulan."

"Apa?! Secepat itu?! Kalau orang tua kita tahu ...."

"Aku akan bicara dengan mereka saat itu. Selama itu, tolong bantuannya." Freya beranjak dari kursi di ruang makan.

"Oh, iya! Tolong direvisi lagi kontraknya. Aku ingin, kewajibanku sebagai istri tidak dihalangi. Namun, bukan berarti kita akan sekamar."

"Kenapa?"

"Cuma ingin belajar menjadi istri yang baik."

"Jangan-jangan, setelah bercerai, kamu akan menikah lagi?"

"Mungkin. Anggap saja, saat ini kita latihan selama tiga bulan. Sebagai pasangan yang baik." Owen terdiam.

"Atau jangan-jangan kamu takut akan jatuh cinta lagi padaku? Setelah bersusah payah melupakanku."

Owen menetralkan emosinya. Ia mencoba bersikap dingin. "Kata siapa sulit? Kenangan kita cuma debu. Sekali hembus langsung pergi."

Freya menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Kemudian ia tersenyum.

"Kalau begitu, tolong kerja samanya." Freya mengulurkan tangannya. Owen pun menjabatnya dengan tatapan yang aneh.

Setelah itu, Freya berjalan memasuki kamar. Menutup pelan pintu kamar pelan, berjalan kembali menuju nakas dan membuka laci. Di mana ada banyak obat-obatan di dalamnya.

Sedangkan Owen, sibuk menatap cangkirnya. "Gadis jahat." Ia mengatakannya dengan pelan. 

"Mau kemana?" Owen bertanya pada Freya yang sudah mengganti baju dengan gamis.

"Ke rumah sakit. Menjenguk seseorang."

"Menjenguk atau menemui dia? Bukannya kamu yang bilang tadi ingin menjadi istri yang baik."

"Lalu?"

"Lepas lipstik tebalmu dan aku melarangmu ke sana." Owen berdiri dan membawa cangkir dengan tatakannya ke sink.

"Aku tak akan pergi." Freya mendekati Owen.

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Mencuci cangkirnya."

"Tidak usah! Biar aku saja."

"Kalau gitu, ini termasuk pelanggaran kontrak."

"Kata siapa?" Owen menaikkan satu alisnya.

"Tak ada salahnya suami membantu pekerjaan istri."

"Okeh, baiklah. Tapi, sepertinya kamu ... mas harus bersiap. Karena aku lupa, kalau, kita belum belanja untuk kebutuhan dapur. Jadi, gimana malam ini setelah belanja, kita makan diluar?"

"Iya juga, ya. Ya sudah."

Owen segera ke kamarnya dan bersiap. Sedangkan Freya mengirim pesan ke Gibran. "Aku nggak bisa ke sana."

"Lo mau mati?!" Gibran membalasnya sepersekian detik, setelah pesan dibaca.

"Siapa? Gibran?" Owen yang baru keluar dari kamar bertanya.

"Iya. Dia nanya, aku mau mati." 

"Ya sudah, ayo!" Owen mengambil kunci mobil yang tergantung dan jaket.

"Sebentar, aku balas ini."

"Pak, tolong ambil obatku ke dr. Gibran." Freya yang selesai mengetik itu, segera menyusul dengan senyum gembira.

"Kamu menyukai Gibran?" Owen bertanya, saat Freya baru memasuki mobil.

"Lalu, kenapa setuju dengan pernikahan ini?" Owen bertanya lagi. Namun, Freya masih tidak menanggapi.

"Jangan-jangan, pacaran waktu itu  juga latihan? Supaya hubunganmu dengan Gibran lancar?"

"Kamu sendiri kenapa setuju?" Freya bertanya balik.

"Keluarlah! Aku ingin pergi sendiri." Owen menatap lurus ke depan.

Freya keluar dari mobil dan menutup pintu. Kemudian, mobil mulai memutar arah dan pergi begitu saja. Dengan langkah gontai, ia masuk ke dalam rumah.

"Otak lo taruh di mana?! Papa bilang lo harus check-up!" Freya tersenyum getir melihat pesan dari Gibran.

"Suami lo datang dan kenapa lo nggak, bego!"

"Jangan katakan apa pun padanya!" Freya mengirim pesan itu, lalu segera membanting tubuh di atas sofa. Ia ingin tidur sejenak. Hari ini, terlalu banyak energinya yang terkuras.


Prolog 12 3 4 5
Diubah oleh djrahayu 23-07-2020 19:50
kkaze22Avatar border
bachtiar.78Avatar border
lumut66Avatar border
lumut66 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
4.9K
30
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
#5
BAB 4 Kehilangan
Gibran meninju pipi Owen dengan kuat. Namun, balasan yang didapat bertubi-tubi. Sehingga, tubuhnya tak mampu untuk bangkit.

"Berhenti!" Freya segera melompat ke hadapan Owen yang bersiap untuk menendang.

"Menjijikkan." Freya menatap dengan mata berkaca-kaca. Tatapannya tajam dan menghunus.

"Gibran kamu nggak apa-apa?" Freya segera berbalik dan membantu sahabatnya berdiri.

"Hei! Dia yang meninjuku duluan." Owen mencengkal tangan Freya.

"Jangan pergi. Kau sudah janji bukan?"

"Ehm ... tapi, sepertinya kamu sudah sembuh. Sudah bisa membuat orang babak belur." Freya menghempaskan tangan Owen dan pergi begitu saja.

"Owen, melihatmu seperti ini membuatku terluka." Jessica angkat bicara.

"Jess." Owen mencengkal tangan Jessica.

"Sekarang, kita putus." Jessi melepaskan genggaman Owen dan pergi meninggalkan kantin.

Sebenarnya, mereka semua sudah tahu. Bahkan, rumor bagaimana perasaan Owen pada Freya sudah ada sejak SD. Bagaimana perhatiannya anak itu pada gadis kecil ceroboh dan sok kuat.

000

Freya dan Gibran berada di UKS. Ia menemani sahabatnya yang tengah diperiksa petugas.

"Masalah ini, bisa tolong dimaafkan?" Freya bertanya hati-hati.

"Maaf, aku tahu, kalau ini kedengaran tak tahu diri. Sudah dibela, tapi malah begini."

"Sudahlah, tak apa. Lagipula aku duluan yang memulai. Walaupun hukuman sekolah akan kami dapat sama rata."

"Ehm ... kalau begitu, aku akan bantu sebisa mungkin."

"Freya, kamu menyukai Owen 'kan?" Senior kelas dua itu angkat bicara.

"Ehm? Iya."

"Lalu, kenapa kamu nggak bilang?"

"Status?" Freya asal bicara.

"Aku berhutang nyawa padanya. Jadi aku merasa tak pantas untuk berharap lebih."

"Karena kecelakaan waktu SD?"

"Kak Intan kok tahu?!" Freya kaget tak percaya.

"Hei! Aku mantan Owen waktu SMP. Kau tak ingat?"

"Ingat. Cuma, kami tak pernah cerita."

"Cerita kalian itu sudah menyebar kemana-mana."

"Aku pikir, setelah kucampakkan ia akan menembakmu. Ternyata ia malah memilih temannya sejak SD sekaligus sepupuku."

"Bukan kah itu wajar? Kak Jessy feminim dan cantik. Sedangkan aku bar-bar. Tak cantik sekalipun."

"Tidak. Kamu cantik." Gibran kembali bersuara.

"Coba lihat cermin di sana! Kamu cantik Freya."

"Thank's Gibran. Oh, bel?! Maaf, aku ke kelas dulu. Nanti, aku bawakan tasmu ke sini." Freya menepuk bahu Gibran dan pergi begitu saja.

"Di saat seperti ini, bukannya kamu harus maju?"

"Aku sudah maju dan ditolak. Namun, aku tidak mau menyerah."

"Jadi, kamu akan di sisinya terus dan menunjukkan rasa cintamu?"

"Ehm. Sampai dia melihatku atau sampai di mana memang aku harus mundur."

"Semangat! Kalau gitu, aku ke kelas dulu."

"Makasih, kak Intan."

"Oke!"

000

Hari ini, karena ada acara. Sekolah dipulangkan pukul 13.00 WIB. Freya pun segera keluar sambil membawa tas Gibran.

"Freya!" Owen memanggil tak jauh dari sana. Namun, karenat fokus dengan tujuan utama, gadis itu tak mendengar.

Owen berlari mengejar, tapi langkahnya terhenti. Di sana Gibran sudah menunggu di depan gerbang dengan bantuan Intan.

"Makasih, Kak." Freya mengambil alih Gibran dan kemudia pamit. Ia membantu temannya masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu tak jauh dari sana.

Mobil taksi melaju, meninggalkan sekolah. Intan berjalan ke arah Owen. Ia sengaja tidak memberitahu Freya.

"Kamu tahu. Dari pada kamu, aku lebih suka Freya. Jadi aku akan menjodohkannya dengan Gibran." Intan menepuk bahu Owen.

"Kau?! Apa urusanmu ikut campur?"

"Balas dendam."

"Balas dendam? Bukannya kamu duluan yang meminta putus dan meninggalkanku?"

"Huft! Benar-benar menyebalkan. Kamu yang membuatku yang jengkel dengan menceritakan tentang Freya inilah dan itulah. Sekarang, pikirkan baik-baik perasaanmu ada di mana." Intan pergi begitu saja dengan senyum puas.

"Akhirnya, aku bisa melihatmu hancur!" Ia bersorak kegirangan. Tak peduli orangnya masih bisa mendengar.

Previous Next
Diubah oleh djrahayu 23-07-2020 19:59
ridaus48
kudo.vicious
actandprove
actandprove dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.