sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#81
Bab 37: Bucin Tingkat Ya Sudahlah

IPUL

Semakin lama menjalin hubungan dengan Istiqomah, jiwa bucin Ipul kembali muncul. Entah apa yang merasuki pikiran Ipul, ia seperti terhipnotis oleh setiap perkataan Istiqomah. Semua yang diinginkan oleh Istiqomah sebisa mungkin dituruti oleh Ipul.

Hampir setiap hari, mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Hal itu membuat Ipul lupa waktu dan segalanya. Ketika bersama dengan Istiqomah, Ipul sudah seperti kucing kecil yang jinak dan tak berani macam-macam. Rasa sayangnya membuat dia melakukan apapun yang diminta Istiqomah. Ia sangat takut kehilangan perempuan tersebut.

Saking sayangnya dia dengan Istiqomah, Ipul bahkan rela menukar waktu ngopi bersama dengan Arman dan kawan-kawan. Arman dan Revan memang bisa memaklumi, tetapi Jojo berbeda. Ia sangat menyesalkan sikap Ipul yang lebih memprioritaskan Istiqomah daripada sahabat yang sudah menemaninya dalam suka dan duka.
***

Akhir pekan ini, Istiqomah mengajak Ipul jalan-jalan ke Banyuwangi. Tanpa banyak pertimbangan, Ipul mengiyakan saja permintaan tersebut.
Dengan berdalih ada acara di fakultas, Ipul mendapat izin untuk menggunakan mobil milik bapaknya untuk mengantar Istiqomah jalan-jalan ke tempat yang dia inginkan.

Dalam perjalanan kali ini, Ipul tidak mengajak siapapun lagi. Selama tujuh jam menempuh perjalanan, mereka berdua asik bercanda ria di dalam mobil. Sesekali, candaan Istiqomah terkadang membuat Ipul tidak fokus mengemudi.

Sesampainya di sana, mereka terlebih dahulu mengisi perut mereka yang lapar. Kemudian, mereka berdua pergi ke rumah salah satu saudara Ipul yang tinggal di Banyuwangi. Rencananya, ia ingin mengajak saudaranya menemani mereka dalam perjalanan menuju puncak Kawah Ijen pada dini hari nanti.

Sejak dari dulu, Istiqomah sangat ingin pergi ke tempat itu. Ia iri dengan teman-temannya yang sudah pernah ke sana. Namun, cita-cita itu belum sempat terwujud sampai dia bertemu dengan seorang lelaki bernama Ipul yang dengan senang hati membantu ia mewujudkan impiannya.

Beserta dua sepupu Ipul, mereka berdua langsung berangkat menuju lokasi selepas salat Maghrib. Ia membiarkan sepupunya yang mengambil alih kemudi karena dia tidak tahu kondisi jalanan menuju ke Kawah Ijen. Benar saja, jalan menuju ke sana cukup berliku dan penuh tikungan yang memerlukan fokus mengemudi tingkat tinggi, apalagi suasananya tengah malam hari sehingga membutuhkan kehati-hatian yang ekstra.

Mereka pun akhirnya sampai di lokasi. Sepupu Ipul memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan. Sementara itu, Ipul dan yang lain merapat ke salah satu warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman hangat. Mereka semua memesan wedang jahe untuk menghangatkan badan, kecuali Ipul yang memilih segelas kopi hitam.

Bulan malam ini berpijar terang memancarkan sinarnya. Ditambah desau angin malam yang menambah nuansa. Pendakian menuju puncak Kawah Ijen rencananya akan dilakukan dini hiri. Mereka akan berangkat bersama-sama pengunjung yang lain. Kebetulan, sepupu Ipul sudah sering ke tempat ini sehingga mereka sudah hafal jalur pendakian. Meskipun medannya tak terlalu curam, tetap saja pendakian ini akan menguras tenaga, khususnya bagi Istiqomah yang jarang mendaki.

“Kamu pakai jaketku ini, Beb? Aku bawa jaket double ini,” ujar Ipul.
“Baik, Beb. Ehm… aku jadi deg-degan,” balas Istiqomah.
“Santai aja. Ada aku dan sepupuku nanti yang menjaga kamu,” jawab Ipul menenangkan.

Tepat pukul satu dini hari, mereka semua memulai pendakian. Mereka berjalan tanpa tergesa karena menyesuaikan langkah Istiqomah yang tak bisa konstan. Sering juga, mereka berhenti sejenak di tengah perjalanan, tepatnya di pos yang sudah disediakan, agar tenaga mereka tidak cepat terkuras.

Sekitar empat jam telah mereka lalui. Akhirnya, langkah kaki mereka telah membawa mereka ke puncak Kawah Ijen. Kedatangan mereka bertepatan dengan fajar yang mulai muncul menampakkan sinar pagi yang meneduhkan. Sejauh mata memandang terlihat danau yang terbentang luas dengan warna biru kehijauan yang sangat menawan untuk dinikmati.

“Indah banget, Beb. Subhanallah,” ucap Istiqomah spontan. Kedua matanya berkaca-kaca menatap pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu, ia menatap ke arah Ipul.
Ipul memberikan senyum terbaiknya. Ia pribadi sangat bahagia karena pemandangan terindah saat ini adalah senyuman Istiqomah yang tampak ikhlas karena salah satu mimpinya telah tercapai.
“Terima kasih banyak, Beb. Kamu memang yang terbaik,” ucap Istiqomah lagi.

Hari ini menjadi hari yang cukup bersejarah bagi Ipul karena dia telah memberikan semua yang bisa dia berikan. Kawah Ijen menjadi saksi cinta yang sangat sulit untuk dia lupakan nantinya.
***

Mobil Ipul sempurna terpakir di samping rumahnya.

Dengan santai, ia membuka pintu rumah. Namun, suasana langsung berubah mencekam. Sungguh sial, bapak Ipul ternyata sudah menunggu kepulangan Ipul sejak dari kemarin. Ia saat ini tengah menyilangan kedua tangannya dan tatapan matanya menyiratkan penuh amarah.

Ipul terdiam. Ia tak berani mengucapkan apa-apa. Sontak, tamparan keras dari tangan kekar bapaknya mendarat di pipi kanannya.

“Kamu ini kurang ajar. Katanya ada acara di fakultas, tetapi malah keluyuran nggak jelas,” bentak bapaknya dengan sangat keras.
“Aku males berantem dengan Bapak,” balas Ipul dingin.
Hati Ipul pun dilahap emosi. Ia spontan melempar kunci mobil dengan sangat keras ke sebarang arah. Lalu, ia pergi menuju kamar dan mengemasi barang penting ke dalam tasnya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Ipul pergi lagi dengan motor kesayangannya. Berada di rumah dengan emosi yang tak stabil membuatnya seperti terperangkap di dalam neraka yang panas dan membuat dirinya terbakar.

“Minggat saja, sana. Jangan pulang kalau perlu! Dasar anak tidak tahu diri!” ucap bapak Ipul refleks karena masih tersulut amarah.
Kebahagiaan yang kemarin Ipul rasakan kini berubah dengan kekecewaan yang pedih dan menyakitkan untuk diterima. Ia tak punya tempat untuk dituju saat ini, kecuali warnet.

Hanya di warnet, ia bisa melampiaskan semua kekecewaan ini. Dengan bermain game.
fransjabrik
coxi98
coxi98 dan fransjabrik memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.