- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#266
Spoiler for Part 94:
Part 94
Bruuuuuk......
Beby langsung menghambur memelukku sesaat setelah dia melepaskan pelukan singkatnya dari tubuh viny.
"Makasih ya nat, udah percaya sama aku"
"Aku pasti berusaha buat selalu jaga kepercayaan kamu kok"
Tidak ingin membiarkan beby menunggu, aku langsung membalas pelukannya sembari mengusap-usap kepalanya.
"Iya mbak, gak usah dipikirin, anggap aja kejadian kemaren gak pernah ada"
Beby kembali melepaskan pelukannya seraya menyunggingkan seutas senyuman setelah mendengar jawabanku.
"Yaudah, nat, vin, aku berangkat dulu ya"
Sembari berpamitan kepada kami, beby mulai meraih kembali koper yang terletak tepat di sampingnya sambil terus mempertahankan senyuman yang sudah dia sunggingkan sedari tadi.
"Iya beb, hati-hati ya, kalau udah sampai langsung kabarin kita"
Sembari menaggapi kalimat perpisahan yang baru saja diucapkan beby, viny juga melambaikan tangan kearahnya. Sementara aku hanya menanggapi kalimat itu dengan sebuah anggukan dan senyuman kecil.
Tanpa membuang waktu, beby langsung membalikan badannya. Lalu, dia mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri pintu keberangkatan.
Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh dari hadapanku, membawa salah satu ketakutanku pergi menjauh bersamanya, menyimpan semua kepercayaan yang sudah kutitipkan kepadanya.
Tidak ada setetespun air mata yang mewarnai perpisahan kami kali ini, entah lah, mungkin kami sudah terbiasa. Yap, terbiasa untuk saling berjauhan, terbiasa untuk menikmati kebersamaan kami via online, dan semoga, perpisahan kami hari ini juga dapat membiasakan kami untuk terus saling percaya dan saling terbuka satu sama lain.
Huuuuuuh....
Aku sangat berharap kita bisa berjumpa lagi dengan status dan perasaan yang masih sama seperti saat ini.
Aku masih belum puas menghabiskan waktu di sampingmu, merasakan sentuhanmu, aroma tubuhmu, mungkin tidak akan pernah puas, entah lah, semoga kamu juga begitu.
"Nat...."
Sebuah senggolan kecil pada lenganku berhasil membuat lamunanku buyar seketika.
"Kamu nangis ya?"
Aku dapat melihat senyum jahil yang tersungging di wajah viny sesaat setelah aku menoleh kearahnya.
"Enggak!!!"
Aku menjawab pertanyaan viny dengan nada tegas.
"Halah...., boong"
Viny masih berusaha menggodaku.
"Nih...., nih...."
Aku membuka kelopak mataku lebar-lebar seraya mendekatkan wajahku kearah viny.
"Iya iya...."
Viny langsung terkekeh kecil setelah dia meng-iya-kan pembelaanku.
"Yaudah nat, pulang yuk"
Aku hanya menjawab ajakan viny dengan sebuah anggukan kecil sambil membalikan badanku, lalu aku mulai melangkahkan kakiku untuk mengikuti viny yang sudah berjalan beberapa langkah di depanku.
.
.
.
"Ngapain kesini sih mbak?"
Viny terus berjalan menghampiri pintu cafe tanpa sama sekali menghiraukan protes yang terus kulontarkan. Sementara itu, aku hanya bisa mengikuti viny dengan sedikit perasaan dongkol.
"Mas, cappuccino yang ice 1 ya"
"Kamu mau minum apa nat?"
Viny bertanya sambil menoleh kearahku yang ada di belakangnya.
Aku: "cappuccino itu apaapa?"
Viny: "kopi susu gitu lah"
Aku: "yaudah, samain aja"
Tanpa menaggapi jawabanku, viny langsung kembali menoleh kearah kasir sambil menyebutkan kembali pesanan yang sebelumnya sudah dia sebutkan.
"Yuk"
Viny kembali melontarkan sebuah ajakan kepadaku seraya melangkahkan kakinya kearah salah satu meja yang ada di cefe ini.
Lagi-lagi aku hanya bisa menuruti ajakannya sambil terus mengikuti langkahnya.
Sreeeeet....
Aku dan viny langsung mengambil tempat untuk duduk sesaat setelah menarik kursi yang ada di hadapan kami.
"Kamu semalem gak tidur ya nat?"
Aku hanya menjawab pertanyaan viny dengan sebuah anggukan kecil sembari menghela nafas panjang.
"Ngapain?, bukannya kemaren kamu jam 10 udah pulang dari rumahku ya?"
Aku memilih untuk mengusap-usap wajahku terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan viny.
"Nugas mbak, di lab, sama anak-anak"
Viny langsung membulatkan mulutnya seraya mengangguk kecil setelah mendengar jawabanku.
"Oooohhh...., pantesan, dari tadi kamu lemes banget keliatannya"
Sontak jawaban yang baru saja dilontarkan viny berhasil membuatku jengkel.
"Udah tau gitu, masih aja dipakasa ngopi disini"
Viny hanya bisa terkekeh kecil setelah mendengar tanggapan yang kulontarkan dengan nada ketus.
"Yaelah, gitu banget sih, ditahan dikit ah, aku kan mau cerita-cerita sama kamu"
Kali ini viny mengucapkan kalimatnya sambil memasang wajah melas. Tidak lama kemudian dia langsung mengganti wajah melasnya dengan sebuah senyuman yang biasa dia jadikan jurus ketika ingin meminta sesuatu kepadaku.
"Yaudah, iya iya, aku temenin"
Aku menanggapi kalimat yang sebelumnya dilontarkan viny sembari membuang pandanganku dari wajahnya. Sudah jelas, aku tidak mau terlihat salah tingkah di hadapan viny.
Huuuuuh....
Belum sampai satu jam dari waktu kepulangan beby, aku sudah disuguhi sebuah cobaan yang terlihat sangat indah melalui senyuman viny yang saat ini ada di depan mataku.
Ketakutanku akan kehilangan beby akibat kejadian hari beberapa hari yang lalu, berhasil membuatku lupa dengan ketakutanku yang satu ini.
Yap, ketakutanku terhadap pesona seorang viny.
"Nah, gitu dong...."
Suara viny yang terdengar sangat antusias kembali berhasil membuyarkan lamunanku.
"Oh iya, sebelum aku cerita, ceritain dulu dong, kok kalian bisa pelukan gitu abis aku tinggal beli martabak?"
"Padahal kan kalian masih berantem sebelum aku tinggal"
Aku kembali menolehkan pandanganku kearah viny setelah mendengar pertanyaannya.
"Yaaaa...., gitu lah mbak"
Aku menjawab pertanyaan viny dengan nada malas.
"Ya gitu gimana?!"
Viny mulai memasang wajah kesalnya setelah mendengar jawaban yang kulontarkan dengan asal.
"Ya kita ngomong mbak...."
Viny semakin mengerutkan dahinya setelah mendengar kalimat lanjutan dari jawabanku.
"Ya ngomong apa natha?!"
Aku memilih untuk menghela nafas kasar terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan yang kembali dilontarkan viny dengan nada ketus.
"Hadeeeeh...., ya gitu lah mbak...."
"Mbak beby jelasin masalah kemaren, aku ngerti, yaudah, kita baikan, gitu...."
Aku menjawab pertanyaan viny sambil kembali mengusap wajahku dengan sedikit kasar.
"Tuh kan...."
Viny langsung menegakan posisi duduknya setelah mendengar jawabanku atas pertanyaannya.
"Tuh kan apaan sih mbak?"
Viny langsung menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan balik yang baru saja kulontarkan.
"Iya nat, maksud aku, kalo kalian ada masalah itu solusinya ketemu, ngomong, selesain bareng-bareng"
Aku hanya mengangguk kecil sembari menatap kearah bawah dengan tatapan kosong setelah mendengar kalimat yang baru saja viny ucapkan.
"Oke, aku paham, semua orang pasti butuh waktu buat mencerna masalah yang baru dia dapet"
"Tapi...."
"Gini deh, coba kamu bayangin"
Viny mulai mencondongkan tubuhnya kearahku sebelum melanjutkan penjelasannya.
"Kalo misalnya aku kemaren gak bujuk kamu buat ikut nganter ibunya beby?, kalo misalnya kemaren aku gak ninggalin kalian berduaan di rumah?, emang kalian bisa berpisah dengan kondisi udah baikan kayak tadi?"
"Terus, kalo misalnya sampai sekarang kalian belum baikan, situasinya pasti jadi tambah rumit kan?"
"Kalo pas deket aja masalahnya gak bisa selesai, apa lagi kalau jauh"
Aku kembali menghela nafas kasar setelah mendengar penjelasan viny.
"Iya mbak, iya...."
"Aku sama mbak beby bisa baikan gara-gara mbak"
"Terimakasih banyak kakakku yang paling cantik seantero jagat raya"
Viny langsung menutup mulut dengan sebelah tangannya setelah mendengar ucapan terimakasih yang baru saha kulontarkan.
Suara tertawa yang agak sedikit tertahan mulai keluar dari mulut viny, kedua matanya juga sudah mulai menyipit.
Puuuuk....
"Apaan sih nat?"
Suara tawanya mulai terdengar jelas setelah viny melempar segumpal tisu kearahku sembari melontarkan sebuah pertanyaan.
"Iiiihh...., maksud aku bukan gitu...."
Viny kembali melanjutkan tawanya setelah melontarkan sebuah protes kecil. Sementara itu, aku juga mulai terkekeh karena melihat viny yang tertawa dengan sangat lepas.
"Haduh...."
Viny mulai berusaha untuk kembali mengatur nafasnya sembari menghabiskan sisa-sisa tawa yang masih keluar dari mulutnya.
"Aku sama sekali gak bermaksud buat minta ucapan terimakasih dari kamu kok nat"
Viny memilih untuk kembali menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Maksud aku, gak masalah kalo misalnya kamu emang butuh waktu buat nurutin ego kamu dulu, setiap manusia emang terkadang membutuhkan itu kok nat"
"Tapi, harusnya kamu bisa inisiatif sendiri buat liat situasi dan keadaan"
"Jadi kamu bisa nentuin sendiri, kapan waktu kamu buat berlarut-larut dalam ego kamu itu, kapan waktu kamu buat nyelesain masalah yang ada"
"Nah, untung aja sekarang aku masih bisa bantu kamu sama beby"
"Tapi, masa harus aku terus sih yang nyelesain masalah kalian?, kalau misalnya nanti kalian udah nikah, apa kalian masih perlu aku buat bantu kalian buat nyelesain setiap masalah yang kalian hadapin?"
Lagi-lagi aku hanya menanggapi penjelasan demi penjelasan yang terus keluar dari mulut viny dengan anggukan kecil sambil terus menatap kosong kearah bawah.
"Yaudah mbak, kalo gitu, nanti mbak jadi istri ke-2 aku aja, jadi kalo aku ada masalah sama mbak beby, mbak bisa bantuin kita"
Kali ini aku mengakhiri kalimatku dengan kekehan bodoh sembari kembali mengalihkan pandanganku kearah viny.
Pletaaaaaaak....
"Heeeeh!!!, enak aja kalo ngomong!!!"
"Jangankan istri kedua!!!, jadi istri kamu satu-satunya aja aku ogah!!!"
Telunjuk viny mengacung tepat di depan wajahku sembari terus melontarkan protesnya atas kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Misi mas, mbak, ini pesenannya, cappuccino icenya 2 kan?"
Sontak kedatangan mas-mas cafe berhasil membuatku dan viny mengalihkan pandangan kami kearah sumber suara.
"I i i iya mas"
Viny menjawab pertanyaan mas-mas cafe sambil menarik tangannya yang sedari tadi dia acungkan di depan wajahku dengan gerakan tergesa-gesa.
"Oke"
Mas-mas cafe langsung menaruh pesanan kami di atas meja setelah viny mengkonfirmasi pesanan kami.
"Selamat menikmati"
Tanpa menunggu lama, mas-mas cafe langsung berlalu begitu saja dari meja kami setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
Sepeninggal mas-mas cafe, viny kembali mengalihkan pandangannya kearahku sambil terus memasang wajah kesalnya.
"Gara-gara kamu lagi kan!!!, aku jadi malu!!!"
Aku hanya bisa terkekeh kecil setelah melihat raut kesal yang kembali terbentuk di wajah viny.
"Lagian, dari tadi ceramah mulu sih, katanya tadi yang mau cerita kan situ"
Kali ini, kalimatku diakhiri dengan sebuah kekehan kecil.
"Emang mbak mau cerita apaan sih?"
Viny kembali menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Enggggggg...., jadi gini nat...."
Viny langsung membuang pandangannya sesaat setelah dia memberi jeda pada kalimatnya. Wajahnya yang sedari tadi terlihat kesal, perlahan-lahan mulai berganti menjadi wajah yang terlihat agak sedikit bingung sekaligus cemas.
"Pak rio...."
Aku langsung melempar tatapan heran kearah viny akibat kalimatnya yang sedari tadi terus terjeda.
"Kenapa pak rio mbak?"
Sesekali viny menggingit bibir bawahnya sambil terus memainkan jari-jari tangannya.
"Mbak?"
Viny kembali mengalihkan pandangannya kearahku setelah mendengar panggilan yang baru saja kulontarkan.
"Menurut kamu, kalo aku pacaran sama pak rio gimana nat?"
Deeeeeeeeg....
Bruuuuuk......
Beby langsung menghambur memelukku sesaat setelah dia melepaskan pelukan singkatnya dari tubuh viny.
"Makasih ya nat, udah percaya sama aku"
"Aku pasti berusaha buat selalu jaga kepercayaan kamu kok"
Tidak ingin membiarkan beby menunggu, aku langsung membalas pelukannya sembari mengusap-usap kepalanya.
"Iya mbak, gak usah dipikirin, anggap aja kejadian kemaren gak pernah ada"
Beby kembali melepaskan pelukannya seraya menyunggingkan seutas senyuman setelah mendengar jawabanku.
"Yaudah, nat, vin, aku berangkat dulu ya"
Sembari berpamitan kepada kami, beby mulai meraih kembali koper yang terletak tepat di sampingnya sambil terus mempertahankan senyuman yang sudah dia sunggingkan sedari tadi.
"Iya beb, hati-hati ya, kalau udah sampai langsung kabarin kita"
Sembari menaggapi kalimat perpisahan yang baru saja diucapkan beby, viny juga melambaikan tangan kearahnya. Sementara aku hanya menanggapi kalimat itu dengan sebuah anggukan dan senyuman kecil.
Tanpa membuang waktu, beby langsung membalikan badannya. Lalu, dia mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri pintu keberangkatan.
Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh dari hadapanku, membawa salah satu ketakutanku pergi menjauh bersamanya, menyimpan semua kepercayaan yang sudah kutitipkan kepadanya.
Tidak ada setetespun air mata yang mewarnai perpisahan kami kali ini, entah lah, mungkin kami sudah terbiasa. Yap, terbiasa untuk saling berjauhan, terbiasa untuk menikmati kebersamaan kami via online, dan semoga, perpisahan kami hari ini juga dapat membiasakan kami untuk terus saling percaya dan saling terbuka satu sama lain.
Huuuuuuh....
Aku sangat berharap kita bisa berjumpa lagi dengan status dan perasaan yang masih sama seperti saat ini.
Aku masih belum puas menghabiskan waktu di sampingmu, merasakan sentuhanmu, aroma tubuhmu, mungkin tidak akan pernah puas, entah lah, semoga kamu juga begitu.
"Nat...."
Sebuah senggolan kecil pada lenganku berhasil membuat lamunanku buyar seketika.
"Kamu nangis ya?"
Aku dapat melihat senyum jahil yang tersungging di wajah viny sesaat setelah aku menoleh kearahnya.
"Enggak!!!"
Aku menjawab pertanyaan viny dengan nada tegas.
"Halah...., boong"
Viny masih berusaha menggodaku.
"Nih...., nih...."
Aku membuka kelopak mataku lebar-lebar seraya mendekatkan wajahku kearah viny.
"Iya iya...."
Viny langsung terkekeh kecil setelah dia meng-iya-kan pembelaanku.
"Yaudah nat, pulang yuk"
Aku hanya menjawab ajakan viny dengan sebuah anggukan kecil sambil membalikan badanku, lalu aku mulai melangkahkan kakiku untuk mengikuti viny yang sudah berjalan beberapa langkah di depanku.
.
.
.
"Ngapain kesini sih mbak?"
Viny terus berjalan menghampiri pintu cafe tanpa sama sekali menghiraukan protes yang terus kulontarkan. Sementara itu, aku hanya bisa mengikuti viny dengan sedikit perasaan dongkol.
"Mas, cappuccino yang ice 1 ya"
"Kamu mau minum apa nat?"
Viny bertanya sambil menoleh kearahku yang ada di belakangnya.
Aku: "cappuccino itu apaapa?"
Viny: "kopi susu gitu lah"
Aku: "yaudah, samain aja"
Tanpa menaggapi jawabanku, viny langsung kembali menoleh kearah kasir sambil menyebutkan kembali pesanan yang sebelumnya sudah dia sebutkan.
"Yuk"
Viny kembali melontarkan sebuah ajakan kepadaku seraya melangkahkan kakinya kearah salah satu meja yang ada di cefe ini.
Lagi-lagi aku hanya bisa menuruti ajakannya sambil terus mengikuti langkahnya.
Sreeeeet....
Aku dan viny langsung mengambil tempat untuk duduk sesaat setelah menarik kursi yang ada di hadapan kami.
"Kamu semalem gak tidur ya nat?"
Aku hanya menjawab pertanyaan viny dengan sebuah anggukan kecil sembari menghela nafas panjang.
"Ngapain?, bukannya kemaren kamu jam 10 udah pulang dari rumahku ya?"
Aku memilih untuk mengusap-usap wajahku terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan viny.
"Nugas mbak, di lab, sama anak-anak"
Viny langsung membulatkan mulutnya seraya mengangguk kecil setelah mendengar jawabanku.
"Oooohhh...., pantesan, dari tadi kamu lemes banget keliatannya"
Sontak jawaban yang baru saja dilontarkan viny berhasil membuatku jengkel.
"Udah tau gitu, masih aja dipakasa ngopi disini"
Viny hanya bisa terkekeh kecil setelah mendengar tanggapan yang kulontarkan dengan nada ketus.
"Yaelah, gitu banget sih, ditahan dikit ah, aku kan mau cerita-cerita sama kamu"
Kali ini viny mengucapkan kalimatnya sambil memasang wajah melas. Tidak lama kemudian dia langsung mengganti wajah melasnya dengan sebuah senyuman yang biasa dia jadikan jurus ketika ingin meminta sesuatu kepadaku.
"Yaudah, iya iya, aku temenin"
Aku menanggapi kalimat yang sebelumnya dilontarkan viny sembari membuang pandanganku dari wajahnya. Sudah jelas, aku tidak mau terlihat salah tingkah di hadapan viny.
Huuuuuh....
Belum sampai satu jam dari waktu kepulangan beby, aku sudah disuguhi sebuah cobaan yang terlihat sangat indah melalui senyuman viny yang saat ini ada di depan mataku.
Ketakutanku akan kehilangan beby akibat kejadian hari beberapa hari yang lalu, berhasil membuatku lupa dengan ketakutanku yang satu ini.
Yap, ketakutanku terhadap pesona seorang viny.
"Nah, gitu dong...."
Suara viny yang terdengar sangat antusias kembali berhasil membuyarkan lamunanku.
"Oh iya, sebelum aku cerita, ceritain dulu dong, kok kalian bisa pelukan gitu abis aku tinggal beli martabak?"
"Padahal kan kalian masih berantem sebelum aku tinggal"
Aku kembali menolehkan pandanganku kearah viny setelah mendengar pertanyaannya.
"Yaaaa...., gitu lah mbak"
Aku menjawab pertanyaan viny dengan nada malas.
"Ya gitu gimana?!"
Viny mulai memasang wajah kesalnya setelah mendengar jawaban yang kulontarkan dengan asal.
"Ya kita ngomong mbak...."
Viny semakin mengerutkan dahinya setelah mendengar kalimat lanjutan dari jawabanku.
"Ya ngomong apa natha?!"
Aku memilih untuk menghela nafas kasar terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan yang kembali dilontarkan viny dengan nada ketus.
"Hadeeeeh...., ya gitu lah mbak...."
"Mbak beby jelasin masalah kemaren, aku ngerti, yaudah, kita baikan, gitu...."
Aku menjawab pertanyaan viny sambil kembali mengusap wajahku dengan sedikit kasar.
"Tuh kan...."
Viny langsung menegakan posisi duduknya setelah mendengar jawabanku atas pertanyaannya.
"Tuh kan apaan sih mbak?"
Viny langsung menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan balik yang baru saja kulontarkan.
"Iya nat, maksud aku, kalo kalian ada masalah itu solusinya ketemu, ngomong, selesain bareng-bareng"
Aku hanya mengangguk kecil sembari menatap kearah bawah dengan tatapan kosong setelah mendengar kalimat yang baru saja viny ucapkan.
"Oke, aku paham, semua orang pasti butuh waktu buat mencerna masalah yang baru dia dapet"
"Tapi...."
"Gini deh, coba kamu bayangin"
Viny mulai mencondongkan tubuhnya kearahku sebelum melanjutkan penjelasannya.
"Kalo misalnya aku kemaren gak bujuk kamu buat ikut nganter ibunya beby?, kalo misalnya kemaren aku gak ninggalin kalian berduaan di rumah?, emang kalian bisa berpisah dengan kondisi udah baikan kayak tadi?"
"Terus, kalo misalnya sampai sekarang kalian belum baikan, situasinya pasti jadi tambah rumit kan?"
"Kalo pas deket aja masalahnya gak bisa selesai, apa lagi kalau jauh"
Aku kembali menghela nafas kasar setelah mendengar penjelasan viny.
"Iya mbak, iya...."
"Aku sama mbak beby bisa baikan gara-gara mbak"
"Terimakasih banyak kakakku yang paling cantik seantero jagat raya"
Viny langsung menutup mulut dengan sebelah tangannya setelah mendengar ucapan terimakasih yang baru saha kulontarkan.
Suara tertawa yang agak sedikit tertahan mulai keluar dari mulut viny, kedua matanya juga sudah mulai menyipit.
Puuuuk....
"Apaan sih nat?"
Suara tawanya mulai terdengar jelas setelah viny melempar segumpal tisu kearahku sembari melontarkan sebuah pertanyaan.
"Iiiihh...., maksud aku bukan gitu...."
Viny kembali melanjutkan tawanya setelah melontarkan sebuah protes kecil. Sementara itu, aku juga mulai terkekeh karena melihat viny yang tertawa dengan sangat lepas.
"Haduh...."
Viny mulai berusaha untuk kembali mengatur nafasnya sembari menghabiskan sisa-sisa tawa yang masih keluar dari mulutnya.
"Aku sama sekali gak bermaksud buat minta ucapan terimakasih dari kamu kok nat"
Viny memilih untuk kembali menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Maksud aku, gak masalah kalo misalnya kamu emang butuh waktu buat nurutin ego kamu dulu, setiap manusia emang terkadang membutuhkan itu kok nat"
"Tapi, harusnya kamu bisa inisiatif sendiri buat liat situasi dan keadaan"
"Jadi kamu bisa nentuin sendiri, kapan waktu kamu buat berlarut-larut dalam ego kamu itu, kapan waktu kamu buat nyelesain masalah yang ada"
"Nah, untung aja sekarang aku masih bisa bantu kamu sama beby"
"Tapi, masa harus aku terus sih yang nyelesain masalah kalian?, kalau misalnya nanti kalian udah nikah, apa kalian masih perlu aku buat bantu kalian buat nyelesain setiap masalah yang kalian hadapin?"
Lagi-lagi aku hanya menanggapi penjelasan demi penjelasan yang terus keluar dari mulut viny dengan anggukan kecil sambil terus menatap kosong kearah bawah.
"Yaudah mbak, kalo gitu, nanti mbak jadi istri ke-2 aku aja, jadi kalo aku ada masalah sama mbak beby, mbak bisa bantuin kita"
Kali ini aku mengakhiri kalimatku dengan kekehan bodoh sembari kembali mengalihkan pandanganku kearah viny.
Pletaaaaaaak....
"Heeeeh!!!, enak aja kalo ngomong!!!"
"Jangankan istri kedua!!!, jadi istri kamu satu-satunya aja aku ogah!!!"
Telunjuk viny mengacung tepat di depan wajahku sembari terus melontarkan protesnya atas kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Misi mas, mbak, ini pesenannya, cappuccino icenya 2 kan?"
Sontak kedatangan mas-mas cafe berhasil membuatku dan viny mengalihkan pandangan kami kearah sumber suara.
"I i i iya mas"
Viny menjawab pertanyaan mas-mas cafe sambil menarik tangannya yang sedari tadi dia acungkan di depan wajahku dengan gerakan tergesa-gesa.
"Oke"
Mas-mas cafe langsung menaruh pesanan kami di atas meja setelah viny mengkonfirmasi pesanan kami.
"Selamat menikmati"
Tanpa menunggu lama, mas-mas cafe langsung berlalu begitu saja dari meja kami setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
Sepeninggal mas-mas cafe, viny kembali mengalihkan pandangannya kearahku sambil terus memasang wajah kesalnya.
"Gara-gara kamu lagi kan!!!, aku jadi malu!!!"
Aku hanya bisa terkekeh kecil setelah melihat raut kesal yang kembali terbentuk di wajah viny.
"Lagian, dari tadi ceramah mulu sih, katanya tadi yang mau cerita kan situ"
Kali ini, kalimatku diakhiri dengan sebuah kekehan kecil.
"Emang mbak mau cerita apaan sih?"
Viny kembali menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Enggggggg...., jadi gini nat...."
Viny langsung membuang pandangannya sesaat setelah dia memberi jeda pada kalimatnya. Wajahnya yang sedari tadi terlihat kesal, perlahan-lahan mulai berganti menjadi wajah yang terlihat agak sedikit bingung sekaligus cemas.
"Pak rio...."
Aku langsung melempar tatapan heran kearah viny akibat kalimatnya yang sedari tadi terus terjeda.
"Kenapa pak rio mbak?"
Sesekali viny menggingit bibir bawahnya sambil terus memainkan jari-jari tangannya.
"Mbak?"
Viny kembali mengalihkan pandangannya kearahku setelah mendengar panggilan yang baru saja kulontarkan.
"Menurut kamu, kalo aku pacaran sama pak rio gimana nat?"
Deeeeeeeeg....
Daffa.O.F dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
