Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Dunia Kesehatan Memasuki Babak Baru Dengan Rekayasa Genetika Untuk Kesembuhan
Dunia Kesehatan Memasuki Babak Baru Dengan Rekayasa Genetika Untuk Kesembuhan


Ilustrasi Rheumatoid Arthritis, gbr diambil dr webMD.com


Teknologi rekayasa genetika menjanjikan banyak perbaikan dalam standart hidup manusia, salah satunya dari segi kesehatan.

Ada banyak penyakit yang penyebab utamanya adalah dari genetik manusia itu sendiri, seperti penyakit-penyakit autoimmune disease(Lupus, Rheumatoid Arthritis, dst); thallasemia, sickle cell, dll.

Bagi mereka yang menderita penyakit seperti itu, obat-obatan hanya bisa meringankan gejala yang mereka derita, karena penyebab utamanya ada pada genetika mereka sendiri. Bisa dikatakan, satu-satunya cara agar mereka bisa lepas dari penyakit tersebut hanyalah dengan merekayasa genetika mereka.

Teknologi rekayasa genetika sendiri sudah sangat maju saat ini, metode CRISPR dikatakan memiliki kemampuan memodifikasi DNA dengan ketepatan yang cukup tinggi.

Namun untuk diterapkan pada manusia, ada beberapa kesulitan.

Yang pertama dari sisi teknis, setiap sel tubuh kita menyimpan catatan DNA dan ada milyaran sel di dalam tubuh kita ini. Bisa dibayangkan betapa besar perbedaan tantangan-nya antara merekayasa satu atau puluhan sel vs merekayasa puluhan atau bahkan ratusan juta sel guna mendapatkan efek yang diinginkan.

Salah satu cara yang praktis untuk memecahkan kesulitan tersebut, adalah dengan melakukan rekayasa genetika ketika organisme tersebut masih dalam bentuk embryo, ketika sel-sel belum memecah diri menjadi banyak.

Analoginya dalam kasus ini adalah, draft dari sebuah buku/karangan diubah lebih dahulu sebelum dicetak dan diperjual belikan. Menghindari situasi di mana sudah ada ratusan juta cetakan, yang masing-masing perlu diedit. Tetapi solusi ini tentunya membawa masalah dalam hal moral dan etika, karena obyek yang direkayasa genetika-nya tidak memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan.

Dunia Kesehatan Memasuki Babak Baru Dengan Rekayasa Genetika Untuk Kesembuhan
He Jiankui ilmuwan Cina yang nekat merekayasa genetika embryo bayi kembar. Gbr diambil dari npr.com


Akibat kesulitan-kesulitan ini, untuk beberapa waktu, tidak terdengar kabar dari dunia rekayasa genetika yang berkaitan dengan upaya penyembuhan bagi mereka yang memiliki masalah dengan genetikanya.

Namun beberapa waktu yang lalu ada berita yang cukup menggembirakan (bagi mereka yang memiliki penyakit genetis).

Sekitar satu tahun yang lalu (2 Juli 2019), seorang wanita bernama Victoria Gray yang memiliki penyakit genetis, sickle cell, menjadi penderita sickle cellpertama yang mendapatkan perawatan rekayasa genetika untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut.

Sickle cell adalah kelainan genetika yang menyebabkan sel darah merah seseorang menjadi cacat, sehingga tidak efektif dalam menyerap dan menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Cacat genetis ini bisa menyebabkan berbagai masalah, mulai dari yang tidak terlalu berbahaya seperti mudah lelah, atau yang lebih berat seperti gangguan pertumbuhan pada anak-anak, dan bahkan sampai yang paling berat, yaitu gagal dan rusaknya organ penting yang berakhir pada kematian.

Dunia Kesehatan Memasuki Babak Baru Dengan Rekayasa Genetika Untuk Kesembuhan
Victoria Gray, gbr diambil dr npr.com


Setelah menjalani perawatan kurang lebih satu tahun lamanya, perawatan eksperimental ini menunjukkan hasil yang positif. Sebagian besar sel darah merah Victoria Gray saat ini berada dalam kondisi yang baik. Jauh berbeda dengan kondisinya sebelum menjalani terapi rekayasa genetika. Selain itu, sel-sel yang sudah direkayasa juga terdeteksi masih hidup dan berfungsi di dalam tubuhnya. Sehingga Victoria Gray bisa berharap kondisinya saat ini adalah sesuatu yang permanen, dan bukan membaik untuk sementara waktu saja.

Bukan hanya dari US saja muncul kabar gembira mengenai terapi rekayasa genetika. Di Jerman, seorang penderita Beta Thalasemmia (penyakit genetika lain), sudah 15 bulan berhasil bertahan hidup tanpa harus menjalani tranfusi darah, setelah menjalani terapi rekayasa genetika.

Memang saat ini kita masih harus berkutat untuk berusaha bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi dan bayang-bayang Corona, tetapi perkembangan teknologi tidak berhenti dan ada harapan akan kehidupan yang lebih baik dengan kemajuan-kemajuan di bidang teknologi tersebut.

Salam...



Sumber referensi :
1. https://ghr.nlm.nih.gov/primer/basics/dna
2. https://www.nature.com/scitable/topi...gineering-768/
3. https://www.advancedsciencenews.com/...-cell-disease/
4. https://www.npr.org/sections/health-...se-is-thriving


Dunia Kesehatan Memasuki Babak Baru Dengan Rekayasa Genetika Untuk Kesembuhan
Diubah oleh lonelylontong 08-07-2020 07:50
Dnizar
indramamoth
ariebetadine
ariebetadine dan 26 lainnya memberi reputasi
25
4.6K
143
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sains & Teknologi
Sains & TeknologiKASKUS Official
15.5KThread11.4KAnggota
Tampilkan semua post
pecuseAvatar border
pecuse
#34
Kalo rekayasa genetika gini apakah bertentangan dengan norma agama ya?
emoticon-Bingung
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.