sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#79
Bab 36: Pacar Satu Hari
ARMAN

Dosen yang menyebalkan itupun akhirnya keluar kelas. Perkuliahan hari ini selesai lebih cepat dari jadwal yang biasa. Melia dengan cepat langsung beranjak dari bangkunya dan menghampiri Arman yang malas-malasan di bangku pojok belakang.

“Ayo, kita berangkat, Man,” ujar Melia sembari menyeret tangan Arman.
“Santai, Mel. Hari masih panjang, haha,” balasnya santai.

Mereka berdua berjalan meninggalkan ruang kelas dan melewati koridor hingga akhirnya mereka sampai di parkiran dekat gedung perkuliahan mereka.

Melia diam menanti di depan parkiran. Sementara itu, Arman tengah sibuk menghidupkan motor antiknya yang agak bandel. Butuh beberapa waktu hingga mesin motor antik itu menyala.

“Silahkan naik, Tuan Putri,”
“Siap, Pangeran Kodok,”
“Tujuan kita mau kemana hari ini?”
“Ehm… sesuai aplikasi, ya, Bapak,” ujar Melia diselingi gelak tawa lirih.
“OK. Lewat jalan pintas nggak apa-apa,ya?”
“Tak usah banyak bacot, Man. Langsung gas aja, hahaha,”


Tanpa banyak ba-bi-bu, Arman langsung menancap gasnya pelan-pelan dan Melia entah disengaja atau tidak spontan berpegangan tangan pada pinggang Arman sehingga membuat jantung Arman tambah deg-degan.

Alhasil, Arman sangat grogi dan gugup ketika mengendarai motornya.

Mereka akhirnya sampai di salah satu mall yang berada di daerah Dieng.

“Mel, aku mau kamu mengganggapku pacarmu satu hari ini saja. Begitupun sebaliknya,”
“OK. Suiiiaaappp, Pak Bos Arman. Aku tebak, kau ada masalah serius hari ini,”
“Ah, kamu memang paling pengertian. Nanti aku akan cerita,”

Melia tak banyak bertanya pasca mendengar ucapan Arman.Yang terpenting adalah dia bisa memberikan yang terbaik untuk Arman. Hitung-hitung, hanya hal inilah yang dapat dia berikan sebagai bentuk balas budi karena dulu Arman pernah berada di sampingnya di saat-saat menyakitkan.

Arman dan Melia berjalan mengelilingi ruko-ruko yang menawarkan beragam barang yang menarik untuk dibeli. Seperti biasa, Arman bertingkah dengan sangat konyol. Dia bersandiwara seolah-olah hendak membelikan semua benda yang diinginkan Melia di sana.

Melia tak mau kalah. Ia juga berpura-pura ingin membeli barang tertentu dan menunjuk barang-barang yang dia sukai. Usai dia menentukan pilihan, dia langsung mengatakannya kepada Arman.

“Baju itu sepertinya cocok buat aku. Gimana menurutmu, Man?”
“Ehm.. Oke, bisa kamu coba dulu,” balas Arman dengan nada yang sok menyakinkan.

Setelah memilih-milih baju yang cocok untuk dia, Arman mengecek dompetnya sejenak.

“Maaf, Sayang. Sepertinya baju itu terlalu mahal. Uangku tidak cukup,” katanya polos sambil cengengesan.
“Kamu gimana sih, Sayang?” cetar Melia dengan nada marah yang tentunya dibuat-buat. Kekonyolan mereka berdua membuat penjual baju agak kesal dan memberikan tatapan yang tidak mengenakkan.
“Mohon maaf, ya, Mbak. Lain kali saja kami ke sini lagi,” ujar Arman santai.

Begitupun seterusnya, mereka hanya bermain-main saja seperti anak kecil di mall tersebut.
Setelah puas berada di tempat itu, Arman mengajak Melia ke destinasi berikutnya. Matahari masih agak terik di atas langit. Dia mengajak Melia makan sebentar di salah satu warung mie ayam di pinggir jalan sambil menikmati segarnya es degan.
***

Tanpa terasa, hari telah memasuki sore hari ketika senja mulai nampak di atas langit. Menebarkan warna yang saling bepadu membentuk eksotika tersendiri. Kali ini, Arman mengajak Melia ke tempat dia dulu berbicara berdua dengan Dewi sembari menikmati senja yang mulai menua. Ya, mereka duduk berdua di pinggir jalan di daerah Jodipan.

“Hubunganku dengan Dewi baru berakhir, makanya aku beberapa waktu ini sangat sedih,” ujar Arman pelan sembari memainkan kunci motornya. Ia tertunduk lesu dan agak ragu menatap Melia yang menjadi teman ceritanya.
“Aku sudah menduganya dari kemarin. Wajahmu yang terlihat lebih kusut dari biasanya, Man,” Melia merespon sambil tertawa.
“Ehm, dia ternyata lebih memilih orang lain. Usahaku selama ini sepertinya sia-sia,” sahut Arman lagi.
“Tak ada yang sia-sia di dunia ini, Man. Selama kau mencintai dia dengan tulus, itu sudah cukup. Aku yakin, kau belajar banyak hal tentang kesetiaan setelah sekian lama mencintai dia,”

Gurat wajah Arman yang tadinya lesu mendadak dipenuhi rasa heran. Baru kali ini, dia mendengar Melia mengatakan kalimat yang sangat bijak.

“Halo, Man. Jangan ngelamun aja!” Melia kembali bersuara sambil melambaikan tangannya tepat di kedua mata Arman yang kosong.
“Ah, kamu benar juga, Mel. Sepertinya, ini memang sudah saatnya aku berjalan lagi. Dia mungkin bukan yang terbaik buatku,” jawab Arman kikuk sembari mengacak-acak rambutnya.

Senja kali ini terasa begitu berbeda dari biasanya.

Arman teringat momen ketika dia bersama Melia duduk berdua di pantai Sanur saat itu. Dia merasakan sesuatu yang terasa sederhana ketika senja. Perbincangan mereka mungkin tak banyak, tetapi penuh makna.

Satu hal yang disadari Arman. Dia tanpa sadar telah jatuh hati Melia. Ketika dia menghabiskan waktu bersama perempuan itu, sosok Dewi perlahan sirna dari ingatannya.
Diubah oleh sandriaflow 10-07-2020 13:01
coxi98
coxi98 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.