jorghymub61Avatar border
TS
jorghymub61
Bukan Korban Perceraian Biasa
Based on True Story




Deskripsi: 
Sebuah cerita dari seorang anak yang orangtuanya berpisah alias bercerai karena ketidakcocokan antara satu dengan yang lain.

Anak ini meyakini bahwa dirinya bukanlah korban perceraian dari orangtuanya tersebut. Walaupun pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa Ia adalah korban, maka terciptalah sebuah istilah yang dibuatnya sendiri mengenai statusnya sebagai 'Bukan Korban Perceraian Biasa'. 


Part #1
Pindah dari Balikpapan ke Samarinda


Lumayan sulit untuk menentukan awal mula dari cerita ini, namun mungkin pertama-tama Aku harus memperkenalkan diri dulu ya.

Kalian bisa memanggilku dengan nama Tama (bukan nama sebenarnya), usiaku saat ini sebentar lagi genap 30 tahun.

Aku sudah menikah dengan dua orang anak yang menghiasi kehidupan kami. Sekarang, Aku tinggal di Bekasi bersama dengan keluarga kecilku.

*Sampai sini dulu ya perkenalannya, mari kita kembali ke topik cerita

Sudah cukup lama Aku ingin membagikan cerita kehidupanku sebagai anak yang memiliki orangtua telah bercerai.

Kali ini Aku akan membawa kalian untuk pergi ke masa kecilku di Kalimantan Timur, tepatnya di Balikpapan-Samarinda dengan latar waktu berkisar antara tahun 1996-2005.

Aku lahir di Balikpapan pada tanggal 11 September 1990 dengan kondisi keluarga yang sangat berbahagia, maklum saja Aku adalah anak pertama.

Kenapa Aku cukup yakin bahwa orangtua ku masih berbahagia, rasanya kita semua tahu bila ada pasangan yang baru menikah, mereka akan harmonis hingga menantikan kehadiran anak pertamanya.

Benar bukan?

Ibuku merupakan seorang guru di Balikpapan, sedangkan Ayahku bekerja di salah satu perusahaan kayu cukup terkenal di sana.

Kenapa Aku menggunakan kata 'sana' karena kebetulan Aku tidak terlalu mengetahui apakah dulu Ayahku bekerja di Balikpapan atau Samarinda, namun yang pasti, pada waktu usiaku sekitar 5 tahun, kami semua pindah ke Samarinda. Sebuah Kota yang berjarak ratusan kilometer dari Balikpapan.

Mohon maaf karena Aku juga tak tahu kenapa, ingatan tentang kehidupan ku di Balikpapan sama sekali hilang dalam pikiranku.

Jadi Aku benar-benar tidak bisa menceritakan tentang bagaimana kehidupan Aku di Balikpapan sebelum pindah ke Samarinda.

Padahal menurut Aku kehidupan di Balikpapan menjadi sangat penting karena andai saja bisa mengingatnya, Aku bisa membandingkan bagaimana kehidupan di Balikpapan dan Samarinda.

Lanjutan cerita:
#2 Bukan Kota, tapi Desa |
#3 Sekolah di Desa |
#4 Sekolah di Kota -1 |
#5 Sekolah di Kota - 2 |
#6 Beda Sekolah Desa dan Kota - 1 |
#7 Beda Sekolah Desa dan Kota - 2 |
#8 Beda Sekolah Desa dan Kota - 3 |
#9 Bukan Bodoh |
#10 Manfaat Bersekolah |
#11 Tugas Prakarya |
#12 Hujan = Libur |
#13 Lamunan Pulang Sekolah |
#14 Dijemput Ayah - 1 |
#15 Anak Pertama - Kakak Tertua (Part 1) |
#15 Anak Pertama - Kakak Tertua (Part 2) |
#16 Lulus SD, Tidak Lanjut ke SMP |
#17 Pertama Kali Cium Pipi Wanita |
#18 Dipukul Teman |
Diubah oleh jorghymub61 06-02-2021 11:29
wempyjonathan
vi4ola
ArieKrbo
ArieKrbo dan 16 lainnya memberi reputasi
17
4.3K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
jorghymub61Avatar border
TS
jorghymub61
#4
#4 Sekolah di Kota -1


Oke singkat cerita, karena Ibuku merasa bahwa sekolah di desa itu masih kurang begitu bagus menurutnya.

Aku pun dipindahkan ke sekolah di Kota Samarinda, tepatnya di SDN 004. Jl Lumba-lumba.

Aku tidak ingat nama jalannya tapi karena kecanggihan teknologi, Aku bisa googling.

Jarak yang harus Aku tempuh setiap hari untuk pergi ke sekolah, yaitu sekitar 30 menit perjalanan naik motor dengan melewati jalanan aspal naik turun bukit dan gunung.

Dulu Aku berpikir kalau itu merupakan keegoisan orangtua ku hingga membuat Aku harus menempuh jarak yang begitu jauhnya.

Namun setelah dewasa, Aku baru menyadari bahwa ternyata yang lebih merasakan lelahnya adalah Ibuku karena saat Ibu mengantarkan Aku, Ibu harus kembali pulang ke Desa MN lantaran sekolah tempat Ibu mengajar ada di sana.

Jadi, Ibuku mengantarkan Aku, kemudian kembali lagi ke desa untuk mengajar di sekolah.

Mengenai Ayahku, Aku sudah mencoba untuk mengingat tentang apakah dulu Ayah sering mengantarkan Aku ke sekolah, Aku tidak bisa mengingatnya.

Namun pada waktu Aku sudah beranjak ke kelas 5-6 SD, Aku ingat kalau Ayahku mulai antar-jemput Aku di sekolah.

Selain itu, bila orangtua ku tidak bisa mengantar atau menjemput, Aku harus menggunakan angkot yang entah kenapa justru tarifnya masih Aku ingat sampai sekarang, yaitu Rp1.800 untuk anak sekolah.

Jadi, selama masa sekolah di SDN 004, Aku mempunyai beberapa cara yang tidak tentu saat pergi dan pulang sekolah.

eja2112
disya1628
disya1628 dan eja2112 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.