- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#101
Chapter 28
“Ren, Bi, tolong” Karin berkata dengan nada nyaris menangis sambil mematung tidak bergerak dihadapan se-ekor ular berwarna hitam dengan bercak-bercak kekuningan yang memiliki panjang tubuh hampir satu meter. Gue dan Bibi berdiri sedikit menyamping dibelakang Karin dengan ekspresi kaget.
“Diem dulu aja, jangan gerak pokoknya” gue berkata pelan sambil meminta Karin untuk diam. “Bentar gue cari kayu dulu”
Gue kaget? Iya. Belum pernah gue liat ular secara langsung dalam beberapa tahun terakhir. Suasana hutan yang sejuk tiba-tiba sedikit mencekam dengan kehadiran ular dengan bercak kekuningan ini. Beberapa hari yang lalu Mr.K sempat menjelaskan cara-cara sederhana untuk mengusir binatang-binatang yang ada dihutan.
Dari berbagai penjelasan yang diberikan Mr.K beberapa hari yang lalu tersebut, gue berkesimpulan kalau hutan adalah tempat yang aman untuk didatangi selama gak ada niat jahat. Gimana gak aman kalau Mr.K bilang hewan yang sebisa mungkin untuk dihindari adalah binatang-binatang karnivora karena bisa menyerang tiba-tiba, sisanya? hewan-hewan lain gak bakal mengganggu kalau gak diganggu duluan.
Tapi semua definisi yang Mr.K jelaskan terlihat gak berguna sekarang. Bener sih ular ini sekarang keliatan tenang-tenang aja, tapi tetep aja kalau gak diusir gue dan yang lain tetep gak bisa lewat sih ini.
Gue putuskan untuk melihat ke sekeliling area hutan. Gak banyak opsi yang gue punya sekarang. Lempar ularnya pake batu? Terlalu beresiko. Mungkin nanti ularnya kabur, tapi doi bisa aja balik lagi sambil bawa gerombolan ular lain dan menyerang gue, Bibi, dan Karin yang sedang bermain di sungai. Atau lebih parahnya lagi setelah gue lempar batu ular ini bisa aja lompat ke arah Karin dan menggigit dia dengan gigitan berbisa. Berabe sih urusannya kalau udah begitu.
Sementara ular tetap diam dengan sorotan mata tajam menatap kearah Karin yang sedang ketakutan. Sekilas terlihat Karin berusaha untuk mundur dengan gerakan kaki sehalus mungkin menuju ketempat gue dan Bibi berdiri. Gue harus ngelakuin sesuatu tapi apa?
“Kayu putih, rendy” Karin berkata pelan sambil berusaha melangkah mundur seolah-olah tahu kalau gue dan Bibi sedang kebingungan. “Coba lo percik-percikin ke ularnya. Ular gak suka bau-bau rempah gitu”
Kayu putih? Darimana gue bisa dapet kayu putih dihutan belantara kayak gini? Kalau ada motor mungkin gue bisa beli dulu mampir ke supermarket.
“Oh aku punya” Bibi tiba-tiba berkata sambil merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebotol minyak kayu putih yang isinya bersisa setengah dan segera menyodorkan botol tersebut ke tangan gue. “Nih”
Tanpa banyak pikir gue buka botol yang diberikan Bibi dan gue teteskan beberapa tetes minyak kayu putih ke lengan kiri gue. Gue maju perlahan beberapa langkah kedepan, gue percikan beberapa kali minyak kayu putih ke tubuh ular yang sedang menutupi jalan menuju ke sungai sementara Karin sudah berhasil mundur beberapa langkah dan sudah bersama Bibi. Semua harus dilakukan secara cepat dan senyap.
gue berdiri diam mematung sendiri Setelah selesai memercikan minyak kayu putih ke tubuh ular tersebut. Kondisi berbalik sekarang, target utama penyerangan ular ini bukan lagi Karin, tapi gue. Gue harus siap kapanpun kalau tiba-tiba ular ini menyerang gue.
Beberapa detik gue berdiri diam, ular dengan bercak kuning tiba-tiba merayap ke arah semak dan menghilang.
“Pfft, bahaya banget ya hutan kayak gini” Bibi tiba-tiba berkata tepat setelah ular menghilang dari pandangan. “Karin lo gak apa-apa?”
“Iya, Bi. Gue gak apa-apa” dengan nafas belum sepenuhnya pulih Karin menjawab perkataan Bibi. “Kaget gue, gue paling anti sama binatang melata kayak gitu”
Gue menghirup nafas lega karena trik menyemprot dengan minyak kayu putih ternyata berhasil dan gue gak jadi sasaran gigitan ular sekarang. Setelah memastikan keadaan benar-benar aman, tiba-tiba semak-semak disisi lain tempat ular menghilang tiba-tiba bergerak lagi. Gue balikan tubuh gue dan menyaksikan sendiri kalau disisi lain benar-benar ada sesuatu karena semaknya terus bergoyang. Kondisi bener-bener belum sepenuhnya aman, bisa aja hewan yang ini lebih bahaya daripada sekedar ular bercak kuning dengan panjang satu meter.
“Rendoy, hati-hati” Terdengar suara Bibi berkata sedikit berteriak ketika gue memutuskan untuk mendekati semak-semak tersebut.
Semak-semak bergoyang semakin keras ketika gue melangkahkan kaki gue perlahan menuju semak tersebut. Dengan tinggi semak yang tidak sampai selutut, gue yakin pasti ular kedua bakal muncul dan bisa aja lebih berbahaya dan lebih besar ukurannya. Gue bener-bener harus siap, gue teteskan beberapa tetes minyak kayu putih lagi ke tangan gue untuk berjaga-jaga.
Tapi ternyata dugaan gue salah, beberapa saat kemudian, setelah gue sampai didepan area semak, se-ekor bayi kangguru dengan bulu kecoklatan dibagian punggung keluar dari semak dengan sedikit melompat karena ukuran tungkai depan yang jauh lebih besar daripada tungkai belakangnya. Bayi kangguru yang ukurannya hampir sama dengan ukuran anak kucing ini menatap kearah gue kebingungan.
Gue kaget? Banget coy. justru karena gak sesuai ekspektasi kehadiran bayi kangguru ini malah bikin jantung gue mau copot. setelah berhasil menguasai keadaan gue harus akui kalau bayi kangguru ini lucu banget. Ini pertama kalinya gue lihat bayi kangguru selama hidup gue.
“Bi sini deh” Gue panggil Bibi untuk mendekat kearah gue setelahnya. “Kamu harus liat ini”
“Apa rendoy? beneran udah aman?” terdengar suara bibi berkata ketika Bibi dan Karin berhasil mendekat kearah gue yang sedang berjongkok untuk mengelus kepala Bayi Kangguru yang sedang kebingungan dihadapan gue. “Ya ampun bayi kangguruuu”
"Lucu banget sih" Bibi melanjutkan perkatannya. Tanpa basa-basi Bibi ikut mengelus kepala Bayi kangguru yang ada dihadapan dia sekarang.
“Kamu sendirian?” Bibi berkata seolah bayi kangguru mengerti apa yang dia katakan. “Kasian banget pasti dia takut ada ular tadi”
“Kita bawa aja?” Karin berkata dengan nada yang sudah normal dan berdiri membelakangi Bibi sambil melihat bayi kangguru dari jauh. “Gimana kalau ular tadi bener mau nyerang kangguru ini?”
“Hmm yakin bawa aja?” Gue bertanya sambil berdiri untuk memastikan kalau tidak ada hewan lain yang muncul disekitar posisi gue sekarang. “Mending kita cari induknya sih”
“Iya betul” Bibi menjawab perkataan gue. Terlihat kalau bayi kangguru tersebut sudah berada di pelukan Bibi sekarang. “Lebih aman sama induknya daripada sama kita”
“Tapi kita gak tau induknya dimana be” gue menjawab sambil melihat sekitar untuk kedua kalinya. Beberapa tempat di area hutan dekat sungai ini dipenuhi semak dengan tinggi se-lutut. Suara gemuruh aliran sungai terus terdengar dan matahari mulai tinggi sekarang.
“Kita jalan dulu, siapa tahu nanti ketemu induknya. Gimana?” Karin mengusulkan sebuah ide sambil mencoba mengelus kangguru yang ada dipelukan Bibi. “kayaknya gak jauh-jauh dari sini deh.”
“Oke” Gue menjawab singkat. “Ya udah, yuk? kalau ada induknya nanti...."
Belum selesai gue menyelesaikan perkataan gue tiba-tiba Karin melihat se-ekor kangguru dewasa melompat-lompat tidak jauh dari tempat gue dan yang lain berdiri.
"Itu induknya deh " Karin memotong pembicaraan gue sambil menunjuk seekor kangguru dewasa yang diam menatap gue dan yang lain dari kejauhan.
"Iya bener" Dengan sigap Bibi meletakkan bayi kangguru berpunggung coklat tersebut kembali ke tanah setelah melihat apa yang Karin temukan. Bayi kangguru langsung melompat-lompat menuju tempat induknya berdiri tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.
“Hati-hati ya kamu, jangan jauh-jauh dari orang tua lagi” Bibi berkata sambil melihat kangguru kecil kembali ke induknya. Kangguru ini langsung menghilang ke salah satu semak di kejauhan setelah sang anak ditemukan. "Kok jadi sedih ya"
"Sama" Karin menjawab perkataan Bibi dengan tatapan mata sendu melihat bayi kangguru berhasil menemukan ibunya. "jadi inget gue waktu kecil dulu"
Tatapan mata Karin tiba-tiba terlihat sedih sekarang.
“Ren, Bi, tolong” Karin berkata dengan nada nyaris menangis sambil mematung tidak bergerak dihadapan se-ekor ular berwarna hitam dengan bercak-bercak kekuningan yang memiliki panjang tubuh hampir satu meter. Gue dan Bibi berdiri sedikit menyamping dibelakang Karin dengan ekspresi kaget.
“Diem dulu aja, jangan gerak pokoknya” gue berkata pelan sambil meminta Karin untuk diam. “Bentar gue cari kayu dulu”
Gue kaget? Iya. Belum pernah gue liat ular secara langsung dalam beberapa tahun terakhir. Suasana hutan yang sejuk tiba-tiba sedikit mencekam dengan kehadiran ular dengan bercak kekuningan ini. Beberapa hari yang lalu Mr.K sempat menjelaskan cara-cara sederhana untuk mengusir binatang-binatang yang ada dihutan.
Dari berbagai penjelasan yang diberikan Mr.K beberapa hari yang lalu tersebut, gue berkesimpulan kalau hutan adalah tempat yang aman untuk didatangi selama gak ada niat jahat. Gimana gak aman kalau Mr.K bilang hewan yang sebisa mungkin untuk dihindari adalah binatang-binatang karnivora karena bisa menyerang tiba-tiba, sisanya? hewan-hewan lain gak bakal mengganggu kalau gak diganggu duluan.
Tapi semua definisi yang Mr.K jelaskan terlihat gak berguna sekarang. Bener sih ular ini sekarang keliatan tenang-tenang aja, tapi tetep aja kalau gak diusir gue dan yang lain tetep gak bisa lewat sih ini.
Gue putuskan untuk melihat ke sekeliling area hutan. Gak banyak opsi yang gue punya sekarang. Lempar ularnya pake batu? Terlalu beresiko. Mungkin nanti ularnya kabur, tapi doi bisa aja balik lagi sambil bawa gerombolan ular lain dan menyerang gue, Bibi, dan Karin yang sedang bermain di sungai. Atau lebih parahnya lagi setelah gue lempar batu ular ini bisa aja lompat ke arah Karin dan menggigit dia dengan gigitan berbisa. Berabe sih urusannya kalau udah begitu.
Sementara ular tetap diam dengan sorotan mata tajam menatap kearah Karin yang sedang ketakutan. Sekilas terlihat Karin berusaha untuk mundur dengan gerakan kaki sehalus mungkin menuju ketempat gue dan Bibi berdiri. Gue harus ngelakuin sesuatu tapi apa?
“Kayu putih, rendy” Karin berkata pelan sambil berusaha melangkah mundur seolah-olah tahu kalau gue dan Bibi sedang kebingungan. “Coba lo percik-percikin ke ularnya. Ular gak suka bau-bau rempah gitu”
Kayu putih? Darimana gue bisa dapet kayu putih dihutan belantara kayak gini? Kalau ada motor mungkin gue bisa beli dulu mampir ke supermarket.
“Oh aku punya” Bibi tiba-tiba berkata sambil merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebotol minyak kayu putih yang isinya bersisa setengah dan segera menyodorkan botol tersebut ke tangan gue. “Nih”
Tanpa banyak pikir gue buka botol yang diberikan Bibi dan gue teteskan beberapa tetes minyak kayu putih ke lengan kiri gue. Gue maju perlahan beberapa langkah kedepan, gue percikan beberapa kali minyak kayu putih ke tubuh ular yang sedang menutupi jalan menuju ke sungai sementara Karin sudah berhasil mundur beberapa langkah dan sudah bersama Bibi. Semua harus dilakukan secara cepat dan senyap.
gue berdiri diam mematung sendiri Setelah selesai memercikan minyak kayu putih ke tubuh ular tersebut. Kondisi berbalik sekarang, target utama penyerangan ular ini bukan lagi Karin, tapi gue. Gue harus siap kapanpun kalau tiba-tiba ular ini menyerang gue.
Beberapa detik gue berdiri diam, ular dengan bercak kuning tiba-tiba merayap ke arah semak dan menghilang.
“Pfft, bahaya banget ya hutan kayak gini” Bibi tiba-tiba berkata tepat setelah ular menghilang dari pandangan. “Karin lo gak apa-apa?”
“Iya, Bi. Gue gak apa-apa” dengan nafas belum sepenuhnya pulih Karin menjawab perkataan Bibi. “Kaget gue, gue paling anti sama binatang melata kayak gitu”
Gue menghirup nafas lega karena trik menyemprot dengan minyak kayu putih ternyata berhasil dan gue gak jadi sasaran gigitan ular sekarang. Setelah memastikan keadaan benar-benar aman, tiba-tiba semak-semak disisi lain tempat ular menghilang tiba-tiba bergerak lagi. Gue balikan tubuh gue dan menyaksikan sendiri kalau disisi lain benar-benar ada sesuatu karena semaknya terus bergoyang. Kondisi bener-bener belum sepenuhnya aman, bisa aja hewan yang ini lebih bahaya daripada sekedar ular bercak kuning dengan panjang satu meter.
“Rendoy, hati-hati” Terdengar suara Bibi berkata sedikit berteriak ketika gue memutuskan untuk mendekati semak-semak tersebut.
Semak-semak bergoyang semakin keras ketika gue melangkahkan kaki gue perlahan menuju semak tersebut. Dengan tinggi semak yang tidak sampai selutut, gue yakin pasti ular kedua bakal muncul dan bisa aja lebih berbahaya dan lebih besar ukurannya. Gue bener-bener harus siap, gue teteskan beberapa tetes minyak kayu putih lagi ke tangan gue untuk berjaga-jaga.
Tapi ternyata dugaan gue salah, beberapa saat kemudian, setelah gue sampai didepan area semak, se-ekor bayi kangguru dengan bulu kecoklatan dibagian punggung keluar dari semak dengan sedikit melompat karena ukuran tungkai depan yang jauh lebih besar daripada tungkai belakangnya. Bayi kangguru yang ukurannya hampir sama dengan ukuran anak kucing ini menatap kearah gue kebingungan.
Gue kaget? Banget coy. justru karena gak sesuai ekspektasi kehadiran bayi kangguru ini malah bikin jantung gue mau copot. setelah berhasil menguasai keadaan gue harus akui kalau bayi kangguru ini lucu banget. Ini pertama kalinya gue lihat bayi kangguru selama hidup gue.
“Bi sini deh” Gue panggil Bibi untuk mendekat kearah gue setelahnya. “Kamu harus liat ini”
“Apa rendoy? beneran udah aman?” terdengar suara bibi berkata ketika Bibi dan Karin berhasil mendekat kearah gue yang sedang berjongkok untuk mengelus kepala Bayi Kangguru yang sedang kebingungan dihadapan gue. “Ya ampun bayi kangguruuu”
"Lucu banget sih" Bibi melanjutkan perkatannya. Tanpa basa-basi Bibi ikut mengelus kepala Bayi kangguru yang ada dihadapan dia sekarang.
“Kamu sendirian?” Bibi berkata seolah bayi kangguru mengerti apa yang dia katakan. “Kasian banget pasti dia takut ada ular tadi”
“Kita bawa aja?” Karin berkata dengan nada yang sudah normal dan berdiri membelakangi Bibi sambil melihat bayi kangguru dari jauh. “Gimana kalau ular tadi bener mau nyerang kangguru ini?”
“Hmm yakin bawa aja?” Gue bertanya sambil berdiri untuk memastikan kalau tidak ada hewan lain yang muncul disekitar posisi gue sekarang. “Mending kita cari induknya sih”
“Iya betul” Bibi menjawab perkataan gue. Terlihat kalau bayi kangguru tersebut sudah berada di pelukan Bibi sekarang. “Lebih aman sama induknya daripada sama kita”
“Tapi kita gak tau induknya dimana be” gue menjawab sambil melihat sekitar untuk kedua kalinya. Beberapa tempat di area hutan dekat sungai ini dipenuhi semak dengan tinggi se-lutut. Suara gemuruh aliran sungai terus terdengar dan matahari mulai tinggi sekarang.
“Kita jalan dulu, siapa tahu nanti ketemu induknya. Gimana?” Karin mengusulkan sebuah ide sambil mencoba mengelus kangguru yang ada dipelukan Bibi. “kayaknya gak jauh-jauh dari sini deh.”
“Oke” Gue menjawab singkat. “Ya udah, yuk? kalau ada induknya nanti...."
Belum selesai gue menyelesaikan perkataan gue tiba-tiba Karin melihat se-ekor kangguru dewasa melompat-lompat tidak jauh dari tempat gue dan yang lain berdiri.
"Itu induknya deh " Karin memotong pembicaraan gue sambil menunjuk seekor kangguru dewasa yang diam menatap gue dan yang lain dari kejauhan.
"Iya bener" Dengan sigap Bibi meletakkan bayi kangguru berpunggung coklat tersebut kembali ke tanah setelah melihat apa yang Karin temukan. Bayi kangguru langsung melompat-lompat menuju tempat induknya berdiri tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.
“Hati-hati ya kamu, jangan jauh-jauh dari orang tua lagi” Bibi berkata sambil melihat kangguru kecil kembali ke induknya. Kangguru ini langsung menghilang ke salah satu semak di kejauhan setelah sang anak ditemukan. "Kok jadi sedih ya"
"Sama" Karin menjawab perkataan Bibi dengan tatapan mata sendu melihat bayi kangguru berhasil menemukan ibunya. "jadi inget gue waktu kecil dulu"
Tatapan mata Karin tiba-tiba terlihat sedih sekarang.
regmekujo dan 4 lainnya memberi reputasi
5


