- Beranda
- Berita dan Politik
Arus Kas Kimia Farma Bisa Minus Rp 300 M, Ini Penyebabnya
...
TS
perojolan13
Arus Kas Kimia Farma Bisa Minus Rp 300 M, Ini Penyebabnya
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) harus gali lubang tutup lubang untuk menjalankan operasional perusahaan. Pasalnya, pandemi corona (Covid-19) membuat beban keuangan perseroan meningkat.
Kondisi ini ditambah lagi adanya piutang yang belum terbayar sebesar Rp 2,2 triliun. Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo buka-bukaan mengenai kondisi ini di sela rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI.
"Akibat pelunasan piutang dari pelanggan terlambat sehingga Kimia Farma membutuhkan modal kerja tambahan. Per 30 April total piutang sebesar Rp 2,2 triliun. Dari Rp 2,2 triliun itu, Rp 1,1 triliun merupakan piutang terhadap pemerintah," kata Verdi, Selasa (30/6/20).
Sisanya, piutang tersebut tersebar di sejumlah mitra yang selama ini dilayani Kimia Farma. Di antaranya BPJS Kesehatan, dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah, rumah sakit TNI-Polri.
Verdi menjelaskan bahwa beban keuangan perseroan meningkat karena sumber pembiayaan layanan tersebut bersumber dari perbankan. Dikatakan bahwa arus kas operasi menjadi negatif, dan laba perseroan menurun karena adanya beban keuangan atau beban bunga yang tinggi.
"Dampak piutang tersebut bagi non finansial adalah pelayanan kesehatan dan penyediaan obat-obatan, dan alat kesehatan menjadi sedikit terkendala," urainya.
Dia mencatat, Kimia Farma memiliki jumlah pinjaman modal kerja per 30 April sebesar Rp 4,4 triliun untuk membiayai piutang dan persediaan. Dia menegaskan bahwa pencairan piutang dari pemerintah amat dibutuhkan sebagai tambahan modal kerja.
"Kenaikan harga bahan baku obat yang signifikan, di mana lebih 90% bahan baku obat diimpor dari China dan India. Sebagian besar dari supplier menerapkan kebijakan pembayaran di muka atau COD yang menekan cash flow operasi Kimia Farma," tandasnya.
"Apabila tidak ada pembayaran dari debitur, arus kas kita akan minus di akhir Desember 2020 Rp 331 miliar," lanjutnya.
(hps/hps)
link
"Apabila tidak ada pembayaran dari debitur, arus kas kita akan minus di akhir Desember 2020 Rp 331 miliar," lanjutnya.
chisaa dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.1K
63
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672KThread•41.7KAnggota
Tampilkan semua post
bingsunyata
#15
Lucu juga sebetulnya... Karena BPJS itu orang sudah 'mbayar terus tiap bulan. Bisa tekor darimananya ?
Gaji panitia BPJS mungkin perlu dipertimbangkan lagi ...
Tolong bedakan antara kasus seperti Jamsostek dan BPJS
Kalau di Jamsostek, ada dana 'nganggur karena diperuntukkan buat pensiun, sedangkan untuk BPJS ... mengingat kondisi di Indonesia sini masa sekarang, itu cashflownya deras banget.
Bila kemudian dari dana yang ada di BPJS diambil terlalu banyak untuk "biaya operasional", itu pasti nanti akan tekor dengan sendirinya. Dimana pertambahan jumlahnya itu akan terlihat seiring dengan bertambahnya waktu.
BPJS sendiri harus punya "orang tua angkat" yang mau memberi donasi. Entah itu langsung dari APBN ataupun BUMN. Kalau jalan sendiri, bakal ancur-ancuran jadinya. Bukan saja BPJS-nya sendiri, tapi juga mitra kerjanya juga.
Gaji panitia BPJS mungkin perlu dipertimbangkan lagi ...
Tolong bedakan antara kasus seperti Jamsostek dan BPJS
Kalau di Jamsostek, ada dana 'nganggur karena diperuntukkan buat pensiun, sedangkan untuk BPJS ... mengingat kondisi di Indonesia sini masa sekarang, itu cashflownya deras banget.
Bila kemudian dari dana yang ada di BPJS diambil terlalu banyak untuk "biaya operasional", itu pasti nanti akan tekor dengan sendirinya. Dimana pertambahan jumlahnya itu akan terlihat seiring dengan bertambahnya waktu.
BPJS sendiri harus punya "orang tua angkat" yang mau memberi donasi. Entah itu langsung dari APBN ataupun BUMN. Kalau jalan sendiri, bakal ancur-ancuran jadinya. Bukan saja BPJS-nya sendiri, tapi juga mitra kerjanya juga.
DoDoLanDoDoL dan chisaa memberi reputasi
2
Tutup