- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#262
Spoiler for Part 93:
Part 93
Aku mencium tangan beliau sesaat setelah viny melakukan hal yang sama seperti apa yang saat ini kulakukan.
"Mamah berangkat dulu ya dek, kalian hati-hati juga pulangnya"
Kami semua langsung tersenyum seraya mengangguk kecil setelah beliau berpamitan untuk yang kedua kalinya.
Tanpa menunggu lama, beliau langsung berjalan menjauhi kami untuk menghampiri pintu keberangkatan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kami berdiri saat ini.
"Pulang sekarang yuk"
Viny mencoba memecah keheningan yang kembali menyelimuti kami setelah ibunya beby memasuki ruang keberangkatan.
Memang, kebersamaan kami sore ini masih terasa sangat canggung, yap, apalagi penyebabnya kalau bukan masalah yang sedang terjadi di antara aku dan beby, apalagi saat ibunya beby masih masih berada di antara kami, memang sih, hari ini ibunya beby sama sekali tidak bersikap buruk kepadaku, bahkan beliau sempat melontarkan beberapa pertanyaan ringan kearahku dan juga viny, tapi tetap saja, aku masih tidak bisa menjawab pertanyaan yang beliau lontarkan dengan leluasa, sugesti bahwa beliau tidak menyukaiku masih benar-benar memenuhi pikiranku.
"Mau langsung pulang nih?"
sejak tadi viny lah yang selalu berusaha menjadi inisiator agar pembicaraan kami bisa mengalir dengan baik, dia juga sesekali menimpali kalimat yang kuucapkan saat menjawab pertanyaan dari ibunya beby, bukan hanya tadi sih, bahkan sampai saat ini viny masih berusaha untuk meredam suasana canggung di antara kami.
"Iiiihhhh...., kok aku malah dicuekin sih"
Sebuah protes lolos begitu saja dari mulut viny setelah pertanyaan yang sebelumnya dia lontarkan sama sekali tidak mendapat jawaban apaun, baik dariku maupun dari beby.
"Yaaa....., terserah mbak, aku ngikut aja"
Sejujurnya aku sama sekali tidak peduli akan kemana kami setelah ini, yang paling penting aku bisa memiliki waktu untuk berbicara 4 mata dengan beby.
"Iiisshhh...., kayak cewek aja kamu nat"
"Kalo kamu beb?"
Viny mengalihkan pandangannya kearah beby seraya kembali melontarkan sebuah pertanyaan yang sebelumnya sempat dia tanyakan.
"Terserah vin, aku juga ngikut aja"
Kedua matanya langsung memicing setelah mendengar jawaban yang baru saja diberikan beby.
"Cieeee...., kompakan nih ye, so sweet banget deh"
Viny melempar tatapan menggodanya kearahku dan juga beby secara bergantian.
"Yaudah, kita langsung pulang aja deh kalo gitu"
Viny mengakhiri kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya dengan helaan nafas putus asa setelah aku dan beby sama sekali tidak merespon godaannya.
.
.
.
Sesampainya kami di rumah, viny langsung meninggalkan kami dengan alasan ingin membeli martabak manis di depan komplek, yap, sekarang hanya ada aku dan beby yang mengisi rumah ini.
"Mbak...."
Beby yang baru saja akan berjalan memasuki kamarnya langsung menoleh kearahku setelah mendengar panggilanku.
"Aku langsung pulang ya...."
Entahlah, aku jadi bingung sendiri, aku semakin merasa canggung setelah menyadari kondisiku yang saat ini hanya berduaan dengan beby.
Yap, lebih tepatnya aku tidak tahu harus memulai pembicaraan ini dari mana, begitu juga dengan beby, sepertinya kami tidak bisa apa-apa tanpa bantuan viny.
"Ennnnggggg...."
"Nat..."
"Lagi buru-buru ya?"
Beby melafalkan pertanyaannya dengan sangat hati-hati, sesekali dia juga melirikku dengan tatapan yang terlihat sangat canggung.
"Y y y yaa gak juga sih"
"T t tapi...., udah gak ada yang perlu diomongin lagi kan?"
Aku langsung membuang tatapanku kesembarang arah setelah menjawab pertanyaan beby.
"Nat....."
Suasana langsung menjadi hening setelah beby kembali memanggilku.
Huuuuuuh....
Aku tidak boleh begini terus, masalah ini tidak akan selesai kalau kami sama-sama diam.
"Mbak, aku...."
Aku langsung memanggil beby sesaat setelah menghela nafas kasar untuk memecah keheningan yang sampai saat ini masih menyelimuti kami.
"Aku...."
Kalimatku sempat terhenti akibat beby yang juga melontarkan kalimatnya di saat yang bersamaan, sontak suasana langsung kembali menjadi hening setelah kalimat kami sama-sama terhenti.
"Nat, jangan pulang dulu, tungguin aku, aku mau ganti baju dulu, habis ini kita ngobrol"
Kalimat yang beby ucapkan dengan nada tergesa-gesa kembali memecah suasana hening yang sudah terjadi beberapa kali.
Tanpa menunggu persetujuanku, beby langsung berjalan menghampiri kamarnya dengan langkah yang agak sedikit tergesa-gesa.
Aku kembali menghala nafas kasar setelah kepergian beby, aku memilih untuk duduk di atas sofa ruang tamu untuk mengikuti instruksi yang tadi diucapkan beby sembari mengotak-atik handphoneku untuk mengisi waktu.
Ekheeeeem.....
Setelah hampir 2 menit larut dengan game angry bird yang sedari tadi kumainkan, akhirnya deheman yang keluar dari mulut beby berhasil mengalihkan perhatianku.
"Nat...."
Beby langsung mengambil tempat untuk duduk tepat di sampingku setelah dia memanggil namaku.
"A a aku minta maaf"
Isakkan tangisnya perlahan-lahan mulai terdengar setelah sebuah permintaan maaf keluar dari mulutnya.
"M m m mamah sama kakak gak maksud kayak gitu kok kemaren"
"K k k kamu jangan salah paham nat"
Kedua tangan beby mulai bergerak menutupi wajahnya.
"A a a aku tau kok, k k kamu kemaren pasti kesel banget"
"A a a aku juga sadar kalo mamah sama kakak kemaren udah keterlaluan banget sama kamu"
Suara tangisannya terdengar semakin keras setelah beby mengucapkan kalimat terakhirnya.
Huuuuuuh......
Helaan nafas kasar lolos begitu saja dari mulutku setelah mendengar pernyataan yang baru saja beby lontarkan.
Lagi-lagi, perasaan kesal kembali memenuhi hati dan pikiranku setelah kembali teringat dengan kejadian kemaren siang.
"K k k kalo kamu mau marah sama aku boleh kok nat"
"K k k kalo kamu mau bentak-bentak aku, a a a aku juga gakpapa"
"T t t tapi...."
Kalimat beby terhenti akibat suara tangisaannya yang sekarang jauh lebih dominan.
"T t tapi jangan diemin aku kayak gini"
"A a a aku bisa kok jelasin semuanya kekamu"
Suara tangisan beby kembali mendominasi pendengaranku sesaat setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
Aku yang sedari tadi memilih untuk diam, akhirnya berhasil dibuat luluh setelah memandang beby yang sampai saat ini masih terisak dengan suara yang lumayan keras.
"Mbak...."
"Udah ya...."
"Bukan salah kamu kok...."
Aku mulai menarik tubuhnya kedalam pelukanku sambil terus mengucapkan kalimat yang sekiranya bisa membantu beby untuk meredakan tangisannya.
Huuuuuuh.....
Laki-laki macam apa aku?, aku sudah membuat beby merasa terbebani dengan rasa bersalah atas kesalahan yang sebenarnya tidak dia perbuat, aku sudah membuat perempuan setulus beby menangis karena keegoisanku.
Benar kan?.
Beby masih mau meminta maaf atas kesalahan itu, dia juga mau mengajakku yang sampai hari ini masih sangat betah mendiamkannya untuk membicarakan masalah ini terlebih dahulu, bahkan dia mau menunda kepulangannya agar dia bisa menjelaskan semuanya kepadaku, sampai-sampai dia harus berbohong kepada ibunya untuk itu.
Suara tangisan dan semua permohonan yang sebelumnya beby ucapkan benar-benar berhasil membuatku yang awalnya merasa sebagai korban, menjadi merasa bahwa aku lah yang sebenarnya berperan sebagai penjahat dalam masalah ini.
"Jangan tinggalin aku nat, jangan putusin aku...."
Sebuah permohonan kembali keluar dari mulut beby di sela-sela tangisannya yang masih belum berhenti sampai sekarang.
"Mbak...."
Tanganku mulai bergerak dengan lembut di atas punggungnya, kalimat yang baru saja beby ucapkan berhasil membuatku semakin merasa iba kepadanya.
"Enggak kok...."
Aku memilih untuk membenamkan wajahku di atas puncak kepala beby sembari menunggu tangisannya mereda.
Sudah 5 menit berlalu, tetapi posisi kami masih belum berubah, hanya saja tangisannya sudah mulai mereda, tidak ada lagi suara tangisan dengan volume tinggi yang memenuhi ruangan ini seperti sebelumnya, hanya suara isakkan kecil yang sesekali terdengar dan mengisi keheningan yang kembali tercipta di antara kami.
"Nat...."
Beby langsung mengangkat kepalanya seraya menatapku.
"Mamah sama kakak gak maksud bikin kamu marah kok"
"Mereka cuma masih belum merasa kenal aja sama kamu, bukan berarti mereka gak suka sama kamu"
"Mereka gak marah kan waktu kemaren aku ngenalin kamu sebagai pacar aku?"
Yap, sepertinya kalimat yang baru saja beby lontarkan ada benarnya juga, sejak pertemuan pertamaku dengan ibunya beby beberapa hari yang lalu, beliau sama sekali tidak pernah menunjukkan ketidak sukaannya kepadaku, baik itu dalam bentuk sikap, maupun dalam bentuk perkataan, begitu juga dengan mas arya, dia sama sekali tidak menunjukkan ketidak sukaannya kepadaku saat pertemuan pertama kami kemaren.
Mungkin kejadian kemaren hanya sebuah kesalah pahaman.
Mungkin, hanya ketakutanku saja yang terlalu berlebihan.
Entahlah, aku masih belum bisa memastikannya sekarang, tapi penjelasan demi penjelasan yang sedari tadi terus dilontarkan oleh beby cukup berhasil membuatku merasa agak sedikit lega.
"Dan soal sakti....."
Beby kembali menundukkan kepalanya seraya menarik nafas panjang sehingga kalimatnya terhenti.
"Kamu gak usah khawatir"
"Meskipun sakti udah mereka anggap sebagai keluarga, bukan berarti mereka punya niatan buat bikin aku sama sakti balikan"
"Sekarang aku ini sepenuhnya milik kamu kok nat, aku sama sekali gak pernah berniat buat balikan sama sakti"
Tanganku mulai bergerak untuk menyentuh dagunya, lalu mengangkat wajahnya dengan lembut agar kami dapat kembali saling bertatapan.
"Iya mbak, aku tau kok, kamu udah bilang gitu juga kemaren"
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah senyuman tipis, aku juga mulai menghapus air mata yang masih membasahi pipinya dengan kedua ibu jariku.
"Biarin, aku gak akan pernah bosen bilang gitu nat"
Beby kembali membenamkan wajahnya di dalam pelukanku setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Aku juga minta maaf ya mbak"
"Dari kemaren aku gak bales chat kamu, aku juga gak ngangkat telpon kamu"
Aku juga kembali membenamkan wajahku di atas puncak kepalanya setelah mengucapkan permintaan maaf.
"Gakpapa kok nat, yang penting habis ini kamu jangan diemin aku lagi"
Kepalanya kembali terangkat, dia juga kembali menatap mataku lekat-lekat.
"Aku janji nat...."
"Aku pasti usahain, supaya mamah sama kakak mau nganggep kamu keluarga, sama kayak mereka udah nganggep sakti keluarga"
"Jadi kamu gak perlu takut lagi"
Kedua sudut bibirku langsung terangkat keatas setelah beby mengucapkan kalimatnya seraya melempar tatapan penuh keyakinan kearahku.
"Iya mbak, aku percaya kamu, aku juga gak takut apa-apa kok"
"Aku juga minta maaf udah diemin kamu kemaren"
Beby juga ikut mengangkat kedua sudut bibirnya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Udah ya mbak, gak usah dibahas lagi, kita cuma salah paham kok"
"Gak usah sedih lagi ya...."
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah colekan lembut di dagunya.
"Iya nat, makasih, kamu udah mau ngerti"
Sebuah kekehan keluar dari mulutnya setelah beby menanggapi kalimatku.
Huuuuuuh.....
Memang, saat ini beby sudah berhasil meyakinkanku, tapi, hanya dia, bukan ibunya, kakaknya, apa lagi sakti, aku sama sekali belum bisa mempercayai mereka.
Aku sama sekali belum yakin bahwa mereka tidak menginginkan aku dan beby berpisah, terutama sakti, setelah ini beby dan sakti akan tinggal dalam 1 kota yang sama, yap, jakarta, aku tidak yakin bahwa sakti akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini begitu saja.
Iya kan?.
Mungkin, kecurigaan yang saat ini kumiliki hanya didasari oleh sebuah rasa takut, tapi, entah kenapa, feelingku mengatakan mereka memang seperti itu, tidak ada dasarannya memang.
Tapi.....
Yasudah lah, tidak ada gunanya juga jika aku harus memikirkan semua ini sekarang, bukankah kami menjalin hubungan ini agar kami bisa sama-sama bahagia?, lalu, kenapa aku harus memusingkannya?.
Jika memang suatu saat semua itu terbukti benar, ya itu urusan nanti, hadapi dulu saja apa yang ada di depan mata, toh, sampai saat ini, baik dari ibu maupun kakaknya beby tidak ada yang menolakku secara terang-terangan bukan?.
Terakhir kali aku menuruti ketakutanku, aku hampir saja kehilangan beby, entah lah, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi padaku.
Dari kejadian itu aku belajar 1 hal.
Takut boleh, tapi, bukan berarti hal itu bisa kita jadikan alasan untuk tidak melangkah maju.
Ya....., intinya seperti biasa saja lah, jalani saja dulu, just let it flow brother.
Aku mencium tangan beliau sesaat setelah viny melakukan hal yang sama seperti apa yang saat ini kulakukan.
"Mamah berangkat dulu ya dek, kalian hati-hati juga pulangnya"
Kami semua langsung tersenyum seraya mengangguk kecil setelah beliau berpamitan untuk yang kedua kalinya.
Tanpa menunggu lama, beliau langsung berjalan menjauhi kami untuk menghampiri pintu keberangkatan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kami berdiri saat ini.
"Pulang sekarang yuk"
Viny mencoba memecah keheningan yang kembali menyelimuti kami setelah ibunya beby memasuki ruang keberangkatan.
Memang, kebersamaan kami sore ini masih terasa sangat canggung, yap, apalagi penyebabnya kalau bukan masalah yang sedang terjadi di antara aku dan beby, apalagi saat ibunya beby masih masih berada di antara kami, memang sih, hari ini ibunya beby sama sekali tidak bersikap buruk kepadaku, bahkan beliau sempat melontarkan beberapa pertanyaan ringan kearahku dan juga viny, tapi tetap saja, aku masih tidak bisa menjawab pertanyaan yang beliau lontarkan dengan leluasa, sugesti bahwa beliau tidak menyukaiku masih benar-benar memenuhi pikiranku.
"Mau langsung pulang nih?"
sejak tadi viny lah yang selalu berusaha menjadi inisiator agar pembicaraan kami bisa mengalir dengan baik, dia juga sesekali menimpali kalimat yang kuucapkan saat menjawab pertanyaan dari ibunya beby, bukan hanya tadi sih, bahkan sampai saat ini viny masih berusaha untuk meredam suasana canggung di antara kami.
"Iiiihhhh...., kok aku malah dicuekin sih"
Sebuah protes lolos begitu saja dari mulut viny setelah pertanyaan yang sebelumnya dia lontarkan sama sekali tidak mendapat jawaban apaun, baik dariku maupun dari beby.
"Yaaa....., terserah mbak, aku ngikut aja"
Sejujurnya aku sama sekali tidak peduli akan kemana kami setelah ini, yang paling penting aku bisa memiliki waktu untuk berbicara 4 mata dengan beby.
"Iiisshhh...., kayak cewek aja kamu nat"
"Kalo kamu beb?"
Viny mengalihkan pandangannya kearah beby seraya kembali melontarkan sebuah pertanyaan yang sebelumnya sempat dia tanyakan.
"Terserah vin, aku juga ngikut aja"
Kedua matanya langsung memicing setelah mendengar jawaban yang baru saja diberikan beby.
"Cieeee...., kompakan nih ye, so sweet banget deh"
Viny melempar tatapan menggodanya kearahku dan juga beby secara bergantian.
"Yaudah, kita langsung pulang aja deh kalo gitu"
Viny mengakhiri kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya dengan helaan nafas putus asa setelah aku dan beby sama sekali tidak merespon godaannya.
.
.
.
Sesampainya kami di rumah, viny langsung meninggalkan kami dengan alasan ingin membeli martabak manis di depan komplek, yap, sekarang hanya ada aku dan beby yang mengisi rumah ini.
"Mbak...."
Beby yang baru saja akan berjalan memasuki kamarnya langsung menoleh kearahku setelah mendengar panggilanku.
"Aku langsung pulang ya...."
Entahlah, aku jadi bingung sendiri, aku semakin merasa canggung setelah menyadari kondisiku yang saat ini hanya berduaan dengan beby.
Yap, lebih tepatnya aku tidak tahu harus memulai pembicaraan ini dari mana, begitu juga dengan beby, sepertinya kami tidak bisa apa-apa tanpa bantuan viny.
"Ennnnggggg...."
"Nat..."
"Lagi buru-buru ya?"
Beby melafalkan pertanyaannya dengan sangat hati-hati, sesekali dia juga melirikku dengan tatapan yang terlihat sangat canggung.
"Y y y yaa gak juga sih"
"T t tapi...., udah gak ada yang perlu diomongin lagi kan?"
Aku langsung membuang tatapanku kesembarang arah setelah menjawab pertanyaan beby.
"Nat....."
Suasana langsung menjadi hening setelah beby kembali memanggilku.
Huuuuuuh....
Aku tidak boleh begini terus, masalah ini tidak akan selesai kalau kami sama-sama diam.
"Mbak, aku...."
Aku langsung memanggil beby sesaat setelah menghela nafas kasar untuk memecah keheningan yang sampai saat ini masih menyelimuti kami.
"Aku...."
Kalimatku sempat terhenti akibat beby yang juga melontarkan kalimatnya di saat yang bersamaan, sontak suasana langsung kembali menjadi hening setelah kalimat kami sama-sama terhenti.
"Nat, jangan pulang dulu, tungguin aku, aku mau ganti baju dulu, habis ini kita ngobrol"
Kalimat yang beby ucapkan dengan nada tergesa-gesa kembali memecah suasana hening yang sudah terjadi beberapa kali.
Tanpa menunggu persetujuanku, beby langsung berjalan menghampiri kamarnya dengan langkah yang agak sedikit tergesa-gesa.
Aku kembali menghala nafas kasar setelah kepergian beby, aku memilih untuk duduk di atas sofa ruang tamu untuk mengikuti instruksi yang tadi diucapkan beby sembari mengotak-atik handphoneku untuk mengisi waktu.
Ekheeeeem.....
Setelah hampir 2 menit larut dengan game angry bird yang sedari tadi kumainkan, akhirnya deheman yang keluar dari mulut beby berhasil mengalihkan perhatianku.
"Nat...."
Beby langsung mengambil tempat untuk duduk tepat di sampingku setelah dia memanggil namaku.
"A a aku minta maaf"
Isakkan tangisnya perlahan-lahan mulai terdengar setelah sebuah permintaan maaf keluar dari mulutnya.
"M m m mamah sama kakak gak maksud kayak gitu kok kemaren"
"K k k kamu jangan salah paham nat"
Kedua tangan beby mulai bergerak menutupi wajahnya.
"A a a aku tau kok, k k kamu kemaren pasti kesel banget"
"A a a aku juga sadar kalo mamah sama kakak kemaren udah keterlaluan banget sama kamu"
Suara tangisannya terdengar semakin keras setelah beby mengucapkan kalimat terakhirnya.
Huuuuuuh......
Helaan nafas kasar lolos begitu saja dari mulutku setelah mendengar pernyataan yang baru saja beby lontarkan.
Lagi-lagi, perasaan kesal kembali memenuhi hati dan pikiranku setelah kembali teringat dengan kejadian kemaren siang.
"K k k kalo kamu mau marah sama aku boleh kok nat"
"K k k kalo kamu mau bentak-bentak aku, a a a aku juga gakpapa"
"T t t tapi...."
Kalimat beby terhenti akibat suara tangisaannya yang sekarang jauh lebih dominan.
"T t tapi jangan diemin aku kayak gini"
"A a a aku bisa kok jelasin semuanya kekamu"
Suara tangisan beby kembali mendominasi pendengaranku sesaat setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
Aku yang sedari tadi memilih untuk diam, akhirnya berhasil dibuat luluh setelah memandang beby yang sampai saat ini masih terisak dengan suara yang lumayan keras.
"Mbak...."
"Udah ya...."
"Bukan salah kamu kok...."
Aku mulai menarik tubuhnya kedalam pelukanku sambil terus mengucapkan kalimat yang sekiranya bisa membantu beby untuk meredakan tangisannya.
Huuuuuuh.....
Laki-laki macam apa aku?, aku sudah membuat beby merasa terbebani dengan rasa bersalah atas kesalahan yang sebenarnya tidak dia perbuat, aku sudah membuat perempuan setulus beby menangis karena keegoisanku.
Benar kan?.
Beby masih mau meminta maaf atas kesalahan itu, dia juga mau mengajakku yang sampai hari ini masih sangat betah mendiamkannya untuk membicarakan masalah ini terlebih dahulu, bahkan dia mau menunda kepulangannya agar dia bisa menjelaskan semuanya kepadaku, sampai-sampai dia harus berbohong kepada ibunya untuk itu.
Suara tangisan dan semua permohonan yang sebelumnya beby ucapkan benar-benar berhasil membuatku yang awalnya merasa sebagai korban, menjadi merasa bahwa aku lah yang sebenarnya berperan sebagai penjahat dalam masalah ini.
"Jangan tinggalin aku nat, jangan putusin aku...."
Sebuah permohonan kembali keluar dari mulut beby di sela-sela tangisannya yang masih belum berhenti sampai sekarang.
"Mbak...."
Tanganku mulai bergerak dengan lembut di atas punggungnya, kalimat yang baru saja beby ucapkan berhasil membuatku semakin merasa iba kepadanya.
"Enggak kok...."
Aku memilih untuk membenamkan wajahku di atas puncak kepala beby sembari menunggu tangisannya mereda.
Sudah 5 menit berlalu, tetapi posisi kami masih belum berubah, hanya saja tangisannya sudah mulai mereda, tidak ada lagi suara tangisan dengan volume tinggi yang memenuhi ruangan ini seperti sebelumnya, hanya suara isakkan kecil yang sesekali terdengar dan mengisi keheningan yang kembali tercipta di antara kami.
"Nat...."
Beby langsung mengangkat kepalanya seraya menatapku.
"Mamah sama kakak gak maksud bikin kamu marah kok"
"Mereka cuma masih belum merasa kenal aja sama kamu, bukan berarti mereka gak suka sama kamu"
"Mereka gak marah kan waktu kemaren aku ngenalin kamu sebagai pacar aku?"
Yap, sepertinya kalimat yang baru saja beby lontarkan ada benarnya juga, sejak pertemuan pertamaku dengan ibunya beby beberapa hari yang lalu, beliau sama sekali tidak pernah menunjukkan ketidak sukaannya kepadaku, baik itu dalam bentuk sikap, maupun dalam bentuk perkataan, begitu juga dengan mas arya, dia sama sekali tidak menunjukkan ketidak sukaannya kepadaku saat pertemuan pertama kami kemaren.
Mungkin kejadian kemaren hanya sebuah kesalah pahaman.
Mungkin, hanya ketakutanku saja yang terlalu berlebihan.
Entahlah, aku masih belum bisa memastikannya sekarang, tapi penjelasan demi penjelasan yang sedari tadi terus dilontarkan oleh beby cukup berhasil membuatku merasa agak sedikit lega.
"Dan soal sakti....."
Beby kembali menundukkan kepalanya seraya menarik nafas panjang sehingga kalimatnya terhenti.
"Kamu gak usah khawatir"
"Meskipun sakti udah mereka anggap sebagai keluarga, bukan berarti mereka punya niatan buat bikin aku sama sakti balikan"
"Sekarang aku ini sepenuhnya milik kamu kok nat, aku sama sekali gak pernah berniat buat balikan sama sakti"
Tanganku mulai bergerak untuk menyentuh dagunya, lalu mengangkat wajahnya dengan lembut agar kami dapat kembali saling bertatapan.
"Iya mbak, aku tau kok, kamu udah bilang gitu juga kemaren"
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah senyuman tipis, aku juga mulai menghapus air mata yang masih membasahi pipinya dengan kedua ibu jariku.
"Biarin, aku gak akan pernah bosen bilang gitu nat"
Beby kembali membenamkan wajahnya di dalam pelukanku setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Aku juga minta maaf ya mbak"
"Dari kemaren aku gak bales chat kamu, aku juga gak ngangkat telpon kamu"
Aku juga kembali membenamkan wajahku di atas puncak kepalanya setelah mengucapkan permintaan maaf.
"Gakpapa kok nat, yang penting habis ini kamu jangan diemin aku lagi"
Kepalanya kembali terangkat, dia juga kembali menatap mataku lekat-lekat.
"Aku janji nat...."
"Aku pasti usahain, supaya mamah sama kakak mau nganggep kamu keluarga, sama kayak mereka udah nganggep sakti keluarga"
"Jadi kamu gak perlu takut lagi"
Kedua sudut bibirku langsung terangkat keatas setelah beby mengucapkan kalimatnya seraya melempar tatapan penuh keyakinan kearahku.
"Iya mbak, aku percaya kamu, aku juga gak takut apa-apa kok"
"Aku juga minta maaf udah diemin kamu kemaren"
Beby juga ikut mengangkat kedua sudut bibirnya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Udah ya mbak, gak usah dibahas lagi, kita cuma salah paham kok"
"Gak usah sedih lagi ya...."
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah colekan lembut di dagunya.
"Iya nat, makasih, kamu udah mau ngerti"
Sebuah kekehan keluar dari mulutnya setelah beby menanggapi kalimatku.
Huuuuuuh.....
Memang, saat ini beby sudah berhasil meyakinkanku, tapi, hanya dia, bukan ibunya, kakaknya, apa lagi sakti, aku sama sekali belum bisa mempercayai mereka.
Aku sama sekali belum yakin bahwa mereka tidak menginginkan aku dan beby berpisah, terutama sakti, setelah ini beby dan sakti akan tinggal dalam 1 kota yang sama, yap, jakarta, aku tidak yakin bahwa sakti akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini begitu saja.
Iya kan?.
Mungkin, kecurigaan yang saat ini kumiliki hanya didasari oleh sebuah rasa takut, tapi, entah kenapa, feelingku mengatakan mereka memang seperti itu, tidak ada dasarannya memang.
Tapi.....
Yasudah lah, tidak ada gunanya juga jika aku harus memikirkan semua ini sekarang, bukankah kami menjalin hubungan ini agar kami bisa sama-sama bahagia?, lalu, kenapa aku harus memusingkannya?.
Jika memang suatu saat semua itu terbukti benar, ya itu urusan nanti, hadapi dulu saja apa yang ada di depan mata, toh, sampai saat ini, baik dari ibu maupun kakaknya beby tidak ada yang menolakku secara terang-terangan bukan?.
Terakhir kali aku menuruti ketakutanku, aku hampir saja kehilangan beby, entah lah, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi padaku.
Dari kejadian itu aku belajar 1 hal.
Takut boleh, tapi, bukan berarti hal itu bisa kita jadikan alasan untuk tidak melangkah maju.
Ya....., intinya seperti biasa saja lah, jalani saja dulu, just let it flow brother.
Diubah oleh akmal162 02-07-2020 05:51
dennysamasta dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
