- Beranda
- The Lounge
Manusia Memiliki Akal, Hewan Memiliki Insting, Semua Makhluk Memiliki Rasa
...
TS
putrateratai.7
Manusia Memiliki Akal, Hewan Memiliki Insting, Semua Makhluk Memiliki Rasa

"Dari Hati, Untuk Hati, Kepada Hati"
🌀السّلام عليکم ورحمةاللّه وبرکاته🌀
Halo GanSit! Ketemu lagi dengan saya, Putrateratai. Kali ini saya akan menghadirkan wacana, hanya wacana biasa. Semoga tulisan saya kali ini bisa menginspirasi GanSist sekalian.

Halo GanSit! Ketemu lagi dengan saya, Putrateratai. Kali ini saya akan menghadirkan wacana, hanya wacana biasa. Semoga tulisan saya kali ini bisa menginspirasi GanSist sekalian.

Sumber ilustrasiBanyak manusia yang mencari kebahagiaan. Apakah lebih indah dari suatu ketenangan? Kiranya itu hanya perasaan saya.
Maaf jika saya pernah membuat seseorang tidak tenang karena sikap saya. Maaf juga jika saya pernah membuat seseorang tidak bahagia karena sikap saya.
Manusia sering dianggap gila, jika tidak dianggap waras. Menusia sering dianggap waras, jika tidak dianggap gila.
Setiap tangisan belum tentu wujud dari adanya kesedihan dengan penderitaan yang menimpa. Bisa jadi sebab tangisnya itu karena terharu akan suatu kebahagiaan.
Setiap Kebahagiaan belum tentu menimbulkan tawa kehidupan yang dialaminya. Bisa jadi sebab tawanya itu karena diniatkan untuk menutupi kesedihannya.
Apakah ada ruang dan waktu didalamnya? Jernih hati, jernih pikiran, jernih rasa pada jiwa yang bahagia dan tenang.
Dua hati terpaut pada satu dunia. Mengaharap kehidupan yang bersahaja. Anggap saja yang satu hati gila, satu hati lainnya waras.
Disebut kesempurnaan ada di antaranya. Memiliki atau dimiliki. Menjadikan atau dijadikan. Mengikat atau terikat. Mengisi atau diisi. Langit atau bumi. Api atau air. Menyempurnakan atau disempurnakan. Berfikir atau tidak.
Terikat pada ikatan, dari ujung satu ke ujung lainnya. Bukan untuk merekatkan, tapi untuk menjaga simpul perasaan. Semoga tersampaikan, dari hati pada jiwa yang berpengharapan pada dunia yang tak terilustrasikan.
Maaf jika saya pernah membuat seseorang tidak tenang karena sikap saya. Maaf juga jika saya pernah membuat seseorang tidak bahagia karena sikap saya.
Manusia sering dianggap gila, jika tidak dianggap waras. Menusia sering dianggap waras, jika tidak dianggap gila.
Setiap tangisan belum tentu wujud dari adanya kesedihan dengan penderitaan yang menimpa. Bisa jadi sebab tangisnya itu karena terharu akan suatu kebahagiaan.
Setiap Kebahagiaan belum tentu menimbulkan tawa kehidupan yang dialaminya. Bisa jadi sebab tawanya itu karena diniatkan untuk menutupi kesedihannya.
Apakah ada ruang dan waktu didalamnya? Jernih hati, jernih pikiran, jernih rasa pada jiwa yang bahagia dan tenang.
Dua hati terpaut pada satu dunia. Mengaharap kehidupan yang bersahaja. Anggap saja yang satu hati gila, satu hati lainnya waras.
Disebut kesempurnaan ada di antaranya. Memiliki atau dimiliki. Menjadikan atau dijadikan. Mengikat atau terikat. Mengisi atau diisi. Langit atau bumi. Api atau air. Menyempurnakan atau disempurnakan. Berfikir atau tidak.
Terikat pada ikatan, dari ujung satu ke ujung lainnya. Bukan untuk merekatkan, tapi untuk menjaga simpul perasaan. Semoga tersampaikan, dari hati pada jiwa yang berpengharapan pada dunia yang tak terilustrasikan.

Sumber Ilustrasi
Sang Hyang Rasa
Memberikan setitik madu
Pada hati manusia
Manisnya kehidupan
Terkecap pada langit lidah
Tak menyangkut
Pada rahang bumi
Setitik garam
Meninggikan darah biru
Kesedihan mengharu
Pemuja ilmu
Kepak sayap patah
Tak ingat akan samudra
Bersiap melebur
Di atas cakrawala tujuh warna
Getir pahit jiwa
Menggetarkan raga
Lelah pada hati
Air suci
Asam termasak pada ingatan mata
Kesuburan nyala api dengan riangnya
Membakar jasad dalam bumi
Kembali pada kebijaksanaan
Sifat yang ada semu pada semua
Keabadian dalam bentuk dzat-Nya
Yang tak terhitung
Batas yang tak terukur bukan untuk ditembus
Setiap tujuan akan berlabuh pada ketenangan jiwa
Menyadari bahwa bila berhenti belum pada waktunya
Bukan lagi mengarah pada kesempurnaan
Setidaknya ada yang lebih Maha Tau Segala
28 April 2020
@putrateratai.7
Sekian thread dari saya. Dari beragam jenis makhluk, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Sebab, konsep "Maha Sempurna" hanya bisa dipahami oleh akal manusia. Setiap sisi buruknya, tentu menjadikan manusia mendapatkan pelajaran, pembelajaran dan pengalaman yang syarat dengan tauladan hidup.
"Semoga tercerahkan".



🌀والسّلام عليکم🌀
"No Junk".

Sumber :
-Opini Pribadi-
Pic Google
Boleh
dan

@putrateratai.7
Quote:
Sekian thread dari saya. Dari beragam jenis makhluk, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Sebab, konsep "Maha Sempurna" hanya bisa dipahami oleh akal manusia. Setiap sisi buruknya, tentu menjadikan manusia mendapatkan pelajaran, pembelajaran dan pengalaman yang syarat dengan tauladan hidup.
"Semoga tercerahkan".



🌀والسّلام عليکم🌀
"No Junk".

Sumber :
-Opini Pribadi-
Pic Google
Boleh
dan
Quote:
Diubah oleh putrateratai.7 13-07-2020 23:14
abellacitra memberi reputasi
1
1.9K
8
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•104KAnggota
Tampilkan semua post
TS
putrateratai.7
#6
"Setiap Keinginan Yang Tercapai, Bukan Berarti Sesuai Harapan"
Mozaik Kesadaran #2
Kami berenam, Ayah dan Ibu, aku (anak ketiga), ada dua kakakku (anak pertama- laki-laki dan yang kedua-perempuan), dan adikku (anak keempat - laki-laki). Meski Ayah seorang PNS mulai di era tahun 80an, hidup tetaplah perjuangan.
Tinggal di suatu daratan tinggi (bukan gunung), tidak sesejuk dan sedamai yang diinginkan. Terutama di daerah yang kami tinggali, kala itu jika musim kemarau melanda, sumur pasti kering, aliran sungai tidak deras. Dari mata air nya seperti akan tertutup.
Ayah saya yang tidak didampingi ibu, sebab ibu pergi ke negeri jiran. Menjadi PNS tak seenak yang disawang. mungkin orang lain liat gajih besar dan dapat pensiunan. Nyata benar bahwa istilah "Guru tanpa tanda jasa" itu dialami oleh almarhum ayah saya.
Pengetahuan yang beliau dapat dari masa ke masa benar-benar harus direalisasikan hingga kematian beliau tiba.
Berapa gajih PNS pada era 80an-90an? Pada kontekstualnya sama, ketika nilai mata uang sebanding dengan kuantitas barang yang dibutuhkan (bukan yang di inginkan).
Kalau membandingkan harga kapulaga sebelum era reformasi 98 dengan setelah era reformasi 98, nilai tukar rupiah tidak terlalu signifikan. Apa yang menyebabkan inflasi, bahkan harga beras per kilo bisa sampai Rp. 50.000,00.
Sebab itu ibu saya pergi ke negeri jiran, mencari peruntungan untuk merubah kehidupan keluarga kami, "dengan sangat terpaksa". Bahkan hingga bolak-balik masa habis kontrak yang kadarnya dua tahun, pulang indonesia lalu balik lagi. Bersikukuh juga ingin pindah rumah, di mana ketika musim kemarau tiba, tidak akan kekurangan air lagi.
Suatu kejadian, untuk mencari tambahan keperluan sehari hari, ayah saya memelihara ayam kampung. Musim kemarau melanda, air sumur kering. Untuk kebutuhan minum sendiri dan MCK saja belum tentu ada. Hingga banyak ayam yang mati kehausan, sehingga sebagian dijual. Semenjak itu, ayah saya tidak pernah memelihara ayam lagi.
Tinggal di suatu daratan tinggi (bukan gunung), tidak sesejuk dan sedamai yang diinginkan. Terutama di daerah yang kami tinggali, kala itu jika musim kemarau melanda, sumur pasti kering, aliran sungai tidak deras. Dari mata air nya seperti akan tertutup.
Ayah saya yang tidak didampingi ibu, sebab ibu pergi ke negeri jiran. Menjadi PNS tak seenak yang disawang. mungkin orang lain liat gajih besar dan dapat pensiunan. Nyata benar bahwa istilah "Guru tanpa tanda jasa" itu dialami oleh almarhum ayah saya.
Pengetahuan yang beliau dapat dari masa ke masa benar-benar harus direalisasikan hingga kematian beliau tiba.
Berapa gajih PNS pada era 80an-90an? Pada kontekstualnya sama, ketika nilai mata uang sebanding dengan kuantitas barang yang dibutuhkan (bukan yang di inginkan).
Kalau membandingkan harga kapulaga sebelum era reformasi 98 dengan setelah era reformasi 98, nilai tukar rupiah tidak terlalu signifikan. Apa yang menyebabkan inflasi, bahkan harga beras per kilo bisa sampai Rp. 50.000,00.
Sebab itu ibu saya pergi ke negeri jiran, mencari peruntungan untuk merubah kehidupan keluarga kami, "dengan sangat terpaksa". Bahkan hingga bolak-balik masa habis kontrak yang kadarnya dua tahun, pulang indonesia lalu balik lagi. Bersikukuh juga ingin pindah rumah, di mana ketika musim kemarau tiba, tidak akan kekurangan air lagi.
Suatu kejadian, untuk mencari tambahan keperluan sehari hari, ayah saya memelihara ayam kampung. Musim kemarau melanda, air sumur kering. Untuk kebutuhan minum sendiri dan MCK saja belum tentu ada. Hingga banyak ayam yang mati kehausan, sehingga sebagian dijual. Semenjak itu, ayah saya tidak pernah memelihara ayam lagi.
Quote:
0