- Beranda
- Stories from the Heart
The Second Session 2 - The Killing Rain . Mystic - Love - Humanity
...
TS
abangruli
The Second Session 2 - The Killing Rain . Mystic - Love - Humanity

Note from Author
Salam! Gue ucapin banyak terima kasih buat yang masih melanjutkan baca kisah tentang Danang dan Rhea. Sorry banget untuk dua chapter awal sempat gue masukin di The Second yang pertama. Soalnya waktu itu gue belum sempat bikin cover dll, hehe...
Nah berhubung sekarang dah sempat bikin cover, akhirnya gue bisa secara resmi memboyong The Second – Session 2 ke trit baru. Session kedua ini gue cukup lama nyari inspirasinya. Soalnya gue gak mau terjebak kembali menyamai alur cerita lama, jadi terpaksa nyari sesuatu yang rada-rada shocking. Harus cukup heboh untuk bisa membawa nuansa baru ke cerita Danang dan Rhea ini.
Apa itu?
Ya dengan ada Killing Rain.
Apa itu Killing Rain?
Ah ente kebanyakan nanya nih.. hehe.. Baca aja di tiga chapter awal. Yang jelas di cerita kali ini, tetap ada nuansa magis dengan adanya sosok Wulan (ternyata dulu pernah jadi pacarnya Danang lhooo... Haaaa?! Kok bisaaa.....).
Tetap ada romansa full of love dengan hadirnya Rhea.
Tetap ada unsur horror karena adanya Emon. Lho? Maaf salah. Maksudnya ada unsur komed dengan adanya Emon. Yaa.. kalau ente bisa liat mukanya Emon, emang jadi komedi seram sih.. wkwkwkw..
Dan ditambah lagi ada tokoh baru yang kemaren hanya cameo sekarang jadi bakal sering muncul. Siapakah dia??
Jeng jeng..
Upin Ipin!
Haaaaa???
Ya bukanlah!
Tapii... Yoga! Si anak indigo!
Tau lah kalo indigo gini senengnya apa.. liat demit dan kawan-kawannya! Hehehe..
So! Siap-siap ngerasain manis asem asin di cerita ini!
Akhirul kalam,
Selamat ‘menyaksikan’ yaa!
Ruli Amirullah
Bagi yang belum baca The Second Session 1.. klik dibawah ini yaa
The Second Session 1 - Jadikan Aku yang Kedua
The Second
Session 2 – The Killing Rain
Spoiler for Chapter 1 - Back to the Past:
Index
Chapter 2 - Live From New York
Chapter 3 - The Killing Rain
Chapter 4 - Death Experience
Chapter 5 - Kesurupan
Chapter 6 - Mata dibalas Mata
Chapter 7 - Chaos
Chapter 8 - Contingency Plan
Chapter 9 - Kemelut di Tengah Kemelut
Chapter 10 - Please Welcome, Khamaya!
Chapter 11 - Mengundi Nasib
Chapter 12 - Vision
Chapter 13 - First Rain
Chapter 14 - Between Dream and Rhea
Chapter 15 - Dilema
Chapter 16 - Ready to Take Off
Chapter 17 - Melayang di Tengah Maut
Chapter 18 - Walking in Dream
Chapter 19 - In The Middle of The War
Chapter 20 - Missing
Chapter 21 - Yoga
Chapter 22 - Sleeping with The Enemy
Chapter 23 - Who is Mya?
Chapter 24 – I Miss You Rhea
Chapter 25 - Telepati
Chapter 26 - Next Level of Telephaty
Announcement New Index & Format
Diubah oleh abangruli 02-06-2021 20:27
fblackid dan 36 lainnya memberi reputasi
33
24.1K
1.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
abangruli
#13
Chapter 5 – Kesurupan
Pukul 22.00 dan aku belum juga tidur. Mimpi menyeramkan tadi sudah membuat rasa kantukku bubar berantakan. Dulu-dulu yang aku temui adalah setan narsis yang kadang lebay. Mbak kunti, mas pocy, mbah gendo, atau kadang dek tuyuy. Muka sih emang horror, tapi kelakuan mereka kadang cemen juga, Cuma berani nunjukkin diri dari jauh. Lagian kenapa ya mereka gak kayak setan luar negeri? Ganteng-ganteng en cantik-cantik,kayak model. Apalagi setan yang namanya vampire itu. Trus udah gitu bajunya keren, kadang pake jas. Malah vampire cewek biasanya pake baju keluaran terbaru. Rambutpun bagai habis dari salon. Modis pokoknya.
Lha setan kita malah payah. Udah baju pake daster doang, kadang robek pula. Ada noda darah, bau anyir jadinya. Rambut awut-awutan gak pernah nyisir, gigi gak jelas antara taring atau patah abis maem baut besi. Dek tuyuy malah gak pake baju Cuma modal popok doang, coba liat setan kecil dari Jepang, gayanya keren pake baju sekolah lengkap dengan sepatu dan kaus kaki panjang.
Masalah gizi juga beda. Gizinya bagus, gerakannya juga bagus. Kalo setan luar negeri gerakannya cepet banget, loncatnya tinggi pula, malah beberapa bisa terbang. Setan lokal? Duh jangan harap deh. Mas pocy bisanya loncat-loncat doang, gak kebayang kalo dia jatuh gimana cara bangunnya. Atau kalo dia pas lagi jalan lewatin gang di kampung, di ujung jalannya ternyata udah ditutup portalnya, aku ga ngerti dia mau gelinding lewat bawah portal atau nunggu subuh sampe portalnya dibuka ama satpam.
Masih mending mas pocy bisa loncat. Ada lagi yang bisanya Cuma ngesot doang. Gimana mau ngejar orang kalo dia sendiri ngesot di lantai? Saingan sama kain pel. Ada juga yang demen nangkring di pohon, tuh setan mungkin kerasukan burung kakak tua.
Trus setan luar negeri juga punya visi dan misi yang jelas. Gak percaya? Liat aja film-filmnya, biasanya mereka punya tujuan hidup yang jelas. Mau menguasai kota atau bahkan mau menaklukan bumi. Keren pokoknya. Setan kita? Paling banter mau bales dendam. Malah kadang ketawa ketiwi atau nangis sesenggukan gak jelas. Beda lah pokoknya.
Untung dulu sempat ketemu jin centil macam Rhea. Si imut yang ngebet banget pengen jadi manusia. Walau pernah juga ketemu yang berjenis psikopat seperti si Wulan. Tapi, masalahnya jin yang tadi aku mimpikan bukan mereka. Lelaki itu wujudnya pun resik dan wangi. Seperti bapak-bapak yang berwibawa gitu deh. Hanya saja aku bisa merasakan auranya yang sangat kuat. Seolah merangsek jiwaku. Huff... mungkin dia memang bukan iblis, masa sih aku didatengin ama the king of darkness, kurang kerjaan amat big boss satan mampir di kamarku. Bisa jadi dia emang cuma salah satu kaki tangannya aja. Tapi tetep aja nyeremin. Andai tadi aku terima jabat tangannya, apa jadinya aku sekarang? Huhuhu... masa udah mau bencana aku malah bikin salaman ama mahluk terkutuk itu...
Aku menggelengkan kepala dengan cepat. Hush hush. Ini kok malah mikirin mereka sih. Gak ada faedah sama sekali. Udah mau bencana gini kok ya sempat-sempatnya mikirin mahluk-mahluk ajaib itu. Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke jendela. Mataku memandang kemegahan langit malam yang penuh dengan gemintang. Terlihat indah. Siapa yang menyangka dalam beberapa hari kedepan dari langit yang indah tersebut justru akan meluncur senjata-senjata maut. Batu-batu api panas yang akan menghujam bumi. Meluluh lantakkan apa-apa yang mereka terjang. Merobek langit dan meleburkan daratan.
Apa yang sebaiknya aku lakukan ya untuk bisa selamat dari hujan meteor itu?
Di Tv dan di sosmed mulai ramai ajakan untuk membuat bunker untuk melindungi diri dari dampak tumbukan. Bila dulu mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan, maka kini semua beradu cepat melubangi bumi sedalam mungkin untuk menjadi tempat perlindungan. Aku mau bikin bunker gimana? Pulang aja belum, masih di negeri orang. Ah au ah... pusing aku mikirin. Dalam beberapa hari ini ada banyak hal yang datang bersamaan.
Melihat masa laluku sebagai Hameed.
Dengerin adanya ancaman hujan meteor.
Didatengin ama sejenis mahluk yang ngaku-ngaku sahabat sejatiku.
Kacau sekali. Huff.
Aku kembali duduk di ranjang. Tiba-tiba saja ada keinginan kuat untuk kembali masuk ke alam memoryku. Yang kemaren terlalu cepat karena aku terkaget-kaget sendiri saat mengetahui ada Wulan disana. Sungguh, aku masih trauma dengan Wulan yang berkali-kali ingin mengambil jiwaku. Mendengar namanya saja sudah bikin aku keder. Tapi, saat di alam sana, Wulan tampak berbeda. ia tidak bertindak agresif Malah cenderung lemah lembut. Wujudnya pun seperti peri. Lagian kenapa harus takut? Toh dia tak akan melihat diriku. Aku hanya menyaksikan tayangan video 3D. Bukan masuk ke alam mereka.
Oke.
One more time.
Aku mulai duduk bersila.
Memejamkan mata.
Menarik nafas panjang.
Dan....
***
Aku melihat Hameed sedang menarik busur panah. Entah apa yang dibidik karena aku tak melihat hewan, sasaran atau apapun yang pantas dijadikan target anak panahnya. Mata Hameed terpicing dengan nafas yang amat halus, hampir-hampir seperti tak bernafas. Suasana sangat hening, seolah semesta pun sedang menahan diri dari gerakan. Aku memandang sekeliling, ini seperti sedang di padang ilalang, tapi tumbuhan yang ada seperti berpendar lembut dengan warnu ungu dan hijau. Tidak sampai terang benderang, tapi sinar temaramnya cukup menjadikan gelap tak lagi gulita. Sementara di kejauhan aku melihat bayangan tinggi-tinggi, sepertinya itu pohon. Entah pohon jenis apa karena sebelumnya aku belum pernah melihat siluet pohon dengan bentuk seperti itu.
Sebenarnya aku masih terpesona dengan ilalang yang bersinar lembut itu. Tapi karena mata Hameed terpaku pada langit, menjadikan aku ikut meninggikan pandangan. Memandang pada titik yang sama. Rasanya tidak ada apa-apa kecuali rembulan. Aha, menarik sekali karena bulannya sangat mirip dengan yang biasa aku lihat di alam manusia..Tiba-tiba sekelebatan cahaya biru meluncur cepat dari langit. Terlihat kecil karena masih jauh, tapi warna birunya sangat terang.
“Itu dia!” bisik Wulan yang berdiri tepat disamping Hameed. Rambut lurusnya yang tergerai tampak bewarna perak berkilauan terkena sinar rembulan. Tangannya pun sedang siaga menarik busur panah, siap melepaskan anak panahnya.
“Sebentar.. tahan dulu..” kata Hameed sambil menaikkan busurnya, tangan kanannya semakin jauh menarik anak panahnya agar semakin kencang saat dilepas. Cahaya itu semakin dekat. Tak pernah aku lihat cahaya seperti itu. Dengan kecepatan tinggi yang tadinya hanya berupa titik kini semakin membesar dan membesar...“tiga.... dua.....satu!”
Dalam hitungan detik dua anak panak meluncur, melesat melintasi langit. Aku mengikuti gerakan anak panahnya yang melesat kencang dan terlihat seperti meninggalkan jejak cahaya. Wuuush...
Duaaar.....
Cahaya biru tadi meledak dan menimbulkan ledakan mirip kembang api. Menyebar indah. Gemerlap mempesona, Mataku sampai tak berkedip menyaksikan keindahan tersebut. Begitu pula Hameed dan Wulan, Mereka diam mematung memandang langit. Terus memandang hingga akhirnya titik cahaya terakhir hilang dan menyisakan hanya cahaya rembulan dan ilalang.
“Wulan...”
“Iya kang mas?”
Aku terdiam bagai menonton film Korea. Ini romantis sekali suasananya. Seperti sedang duduk di rooftop, dengan kembang api menghiasi langit dan lilin di tiap-tiap meja makan. Hanya ini lebih mempesona karena semuanya alami, cahaya lilin digantikan oleh ilalang yang berpendar dan kembang api dihasilkan dari ledakan... entah ledakan apa yang tadi mereka panah..
“Maukah engkau menikah denganku??”
Ebused! Romantis sih romantis! Tapi kenapa aku.. eh Hameed melamar Wulan?? Bukannya harusnya Rhea? Ini gimana sih? Apa aku salah masuk alam? Aku merasa gemas. Ingin rasanya memberi tahu Hameed bahwa seharusnya Rhea yang ia lamar.
Namun tiba-tiba aku mendengar suara mirip pintu diketok. Aku bingung celingak celinguk. Suara pintu diketok? Emang ada pintu disini? Apa jangan-jangan ada pintu ajaib mirip doraemon? Tapi sepertinya baik Hameed maupun Wulan tidak bereaksi atas bunyi tersebut. Eh iya, aku kan ada pintu imajiner untuk aku keluar dari kenangan ini ya. Aku menengok kebelakang, tak ada pintu disana karena memang aku belum menghadirkan pintu itu. Aku belum berniat keluar. Aku masih ingin menonton drama korea ini. Tak ada lagi suara ketokan dan aku kembali memandang kedua mahluk ajaib yang ada dihadapanku.
Aku melihat Wulan diam seribu bahasa. Tapi kilat matanya terlihat bahagia. Sementara Hameed berdiri tegap bagai ksatria dari negeri dongeng. Matanya memamdang Wulan dengan kagumnya. Ini aku yang salah info dari Rhea atau emang aku yang kegatelan ya? Masa semua cewek aku lamar? Hadeeeh......
Tapi tiba-tiba suara ketukan pintu kembali terdengar. Semakin kencang dan kencang. Bahkan kini berubah menjadi gedoran. Terdengar suara menggema, “Kang Hamid! Kang Hamid.. tolong buka pintu kang! Ini Emon kesurupan kang.....”
Anjritttt.. itu suara dari alam ku toh?! Pantesan..
Emon kesurupan??
Aduuuh tuh anak ada-ada aja siiiih...
[Bersambung]
Pukul 22.00 dan aku belum juga tidur. Mimpi menyeramkan tadi sudah membuat rasa kantukku bubar berantakan. Dulu-dulu yang aku temui adalah setan narsis yang kadang lebay. Mbak kunti, mas pocy, mbah gendo, atau kadang dek tuyuy. Muka sih emang horror, tapi kelakuan mereka kadang cemen juga, Cuma berani nunjukkin diri dari jauh. Lagian kenapa ya mereka gak kayak setan luar negeri? Ganteng-ganteng en cantik-cantik,kayak model. Apalagi setan yang namanya vampire itu. Trus udah gitu bajunya keren, kadang pake jas. Malah vampire cewek biasanya pake baju keluaran terbaru. Rambutpun bagai habis dari salon. Modis pokoknya.
Lha setan kita malah payah. Udah baju pake daster doang, kadang robek pula. Ada noda darah, bau anyir jadinya. Rambut awut-awutan gak pernah nyisir, gigi gak jelas antara taring atau patah abis maem baut besi. Dek tuyuy malah gak pake baju Cuma modal popok doang, coba liat setan kecil dari Jepang, gayanya keren pake baju sekolah lengkap dengan sepatu dan kaus kaki panjang.
Masalah gizi juga beda. Gizinya bagus, gerakannya juga bagus. Kalo setan luar negeri gerakannya cepet banget, loncatnya tinggi pula, malah beberapa bisa terbang. Setan lokal? Duh jangan harap deh. Mas pocy bisanya loncat-loncat doang, gak kebayang kalo dia jatuh gimana cara bangunnya. Atau kalo dia pas lagi jalan lewatin gang di kampung, di ujung jalannya ternyata udah ditutup portalnya, aku ga ngerti dia mau gelinding lewat bawah portal atau nunggu subuh sampe portalnya dibuka ama satpam.
Masih mending mas pocy bisa loncat. Ada lagi yang bisanya Cuma ngesot doang. Gimana mau ngejar orang kalo dia sendiri ngesot di lantai? Saingan sama kain pel. Ada juga yang demen nangkring di pohon, tuh setan mungkin kerasukan burung kakak tua.
Trus setan luar negeri juga punya visi dan misi yang jelas. Gak percaya? Liat aja film-filmnya, biasanya mereka punya tujuan hidup yang jelas. Mau menguasai kota atau bahkan mau menaklukan bumi. Keren pokoknya. Setan kita? Paling banter mau bales dendam. Malah kadang ketawa ketiwi atau nangis sesenggukan gak jelas. Beda lah pokoknya.
Untung dulu sempat ketemu jin centil macam Rhea. Si imut yang ngebet banget pengen jadi manusia. Walau pernah juga ketemu yang berjenis psikopat seperti si Wulan. Tapi, masalahnya jin yang tadi aku mimpikan bukan mereka. Lelaki itu wujudnya pun resik dan wangi. Seperti bapak-bapak yang berwibawa gitu deh. Hanya saja aku bisa merasakan auranya yang sangat kuat. Seolah merangsek jiwaku. Huff... mungkin dia memang bukan iblis, masa sih aku didatengin ama the king of darkness, kurang kerjaan amat big boss satan mampir di kamarku. Bisa jadi dia emang cuma salah satu kaki tangannya aja. Tapi tetep aja nyeremin. Andai tadi aku terima jabat tangannya, apa jadinya aku sekarang? Huhuhu... masa udah mau bencana aku malah bikin salaman ama mahluk terkutuk itu...
Aku menggelengkan kepala dengan cepat. Hush hush. Ini kok malah mikirin mereka sih. Gak ada faedah sama sekali. Udah mau bencana gini kok ya sempat-sempatnya mikirin mahluk-mahluk ajaib itu. Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke jendela. Mataku memandang kemegahan langit malam yang penuh dengan gemintang. Terlihat indah. Siapa yang menyangka dalam beberapa hari kedepan dari langit yang indah tersebut justru akan meluncur senjata-senjata maut. Batu-batu api panas yang akan menghujam bumi. Meluluh lantakkan apa-apa yang mereka terjang. Merobek langit dan meleburkan daratan.
Apa yang sebaiknya aku lakukan ya untuk bisa selamat dari hujan meteor itu?
Di Tv dan di sosmed mulai ramai ajakan untuk membuat bunker untuk melindungi diri dari dampak tumbukan. Bila dulu mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan, maka kini semua beradu cepat melubangi bumi sedalam mungkin untuk menjadi tempat perlindungan. Aku mau bikin bunker gimana? Pulang aja belum, masih di negeri orang. Ah au ah... pusing aku mikirin. Dalam beberapa hari ini ada banyak hal yang datang bersamaan.
Melihat masa laluku sebagai Hameed.
Dengerin adanya ancaman hujan meteor.
Didatengin ama sejenis mahluk yang ngaku-ngaku sahabat sejatiku.
Kacau sekali. Huff.
Aku kembali duduk di ranjang. Tiba-tiba saja ada keinginan kuat untuk kembali masuk ke alam memoryku. Yang kemaren terlalu cepat karena aku terkaget-kaget sendiri saat mengetahui ada Wulan disana. Sungguh, aku masih trauma dengan Wulan yang berkali-kali ingin mengambil jiwaku. Mendengar namanya saja sudah bikin aku keder. Tapi, saat di alam sana, Wulan tampak berbeda. ia tidak bertindak agresif Malah cenderung lemah lembut. Wujudnya pun seperti peri. Lagian kenapa harus takut? Toh dia tak akan melihat diriku. Aku hanya menyaksikan tayangan video 3D. Bukan masuk ke alam mereka.
Oke.
One more time.
Aku mulai duduk bersila.
Memejamkan mata.
Menarik nafas panjang.
Dan....
***
Aku melihat Hameed sedang menarik busur panah. Entah apa yang dibidik karena aku tak melihat hewan, sasaran atau apapun yang pantas dijadikan target anak panahnya. Mata Hameed terpicing dengan nafas yang amat halus, hampir-hampir seperti tak bernafas. Suasana sangat hening, seolah semesta pun sedang menahan diri dari gerakan. Aku memandang sekeliling, ini seperti sedang di padang ilalang, tapi tumbuhan yang ada seperti berpendar lembut dengan warnu ungu dan hijau. Tidak sampai terang benderang, tapi sinar temaramnya cukup menjadikan gelap tak lagi gulita. Sementara di kejauhan aku melihat bayangan tinggi-tinggi, sepertinya itu pohon. Entah pohon jenis apa karena sebelumnya aku belum pernah melihat siluet pohon dengan bentuk seperti itu.
Sebenarnya aku masih terpesona dengan ilalang yang bersinar lembut itu. Tapi karena mata Hameed terpaku pada langit, menjadikan aku ikut meninggikan pandangan. Memandang pada titik yang sama. Rasanya tidak ada apa-apa kecuali rembulan. Aha, menarik sekali karena bulannya sangat mirip dengan yang biasa aku lihat di alam manusia..Tiba-tiba sekelebatan cahaya biru meluncur cepat dari langit. Terlihat kecil karena masih jauh, tapi warna birunya sangat terang.
“Itu dia!” bisik Wulan yang berdiri tepat disamping Hameed. Rambut lurusnya yang tergerai tampak bewarna perak berkilauan terkena sinar rembulan. Tangannya pun sedang siaga menarik busur panah, siap melepaskan anak panahnya.
“Sebentar.. tahan dulu..” kata Hameed sambil menaikkan busurnya, tangan kanannya semakin jauh menarik anak panahnya agar semakin kencang saat dilepas. Cahaya itu semakin dekat. Tak pernah aku lihat cahaya seperti itu. Dengan kecepatan tinggi yang tadinya hanya berupa titik kini semakin membesar dan membesar...“tiga.... dua.....satu!”
Dalam hitungan detik dua anak panak meluncur, melesat melintasi langit. Aku mengikuti gerakan anak panahnya yang melesat kencang dan terlihat seperti meninggalkan jejak cahaya. Wuuush...
Duaaar.....
Cahaya biru tadi meledak dan menimbulkan ledakan mirip kembang api. Menyebar indah. Gemerlap mempesona, Mataku sampai tak berkedip menyaksikan keindahan tersebut. Begitu pula Hameed dan Wulan, Mereka diam mematung memandang langit. Terus memandang hingga akhirnya titik cahaya terakhir hilang dan menyisakan hanya cahaya rembulan dan ilalang.
“Wulan...”
“Iya kang mas?”
Aku terdiam bagai menonton film Korea. Ini romantis sekali suasananya. Seperti sedang duduk di rooftop, dengan kembang api menghiasi langit dan lilin di tiap-tiap meja makan. Hanya ini lebih mempesona karena semuanya alami, cahaya lilin digantikan oleh ilalang yang berpendar dan kembang api dihasilkan dari ledakan... entah ledakan apa yang tadi mereka panah..
“Maukah engkau menikah denganku??”
Ebused! Romantis sih romantis! Tapi kenapa aku.. eh Hameed melamar Wulan?? Bukannya harusnya Rhea? Ini gimana sih? Apa aku salah masuk alam? Aku merasa gemas. Ingin rasanya memberi tahu Hameed bahwa seharusnya Rhea yang ia lamar.
Namun tiba-tiba aku mendengar suara mirip pintu diketok. Aku bingung celingak celinguk. Suara pintu diketok? Emang ada pintu disini? Apa jangan-jangan ada pintu ajaib mirip doraemon? Tapi sepertinya baik Hameed maupun Wulan tidak bereaksi atas bunyi tersebut. Eh iya, aku kan ada pintu imajiner untuk aku keluar dari kenangan ini ya. Aku menengok kebelakang, tak ada pintu disana karena memang aku belum menghadirkan pintu itu. Aku belum berniat keluar. Aku masih ingin menonton drama korea ini. Tak ada lagi suara ketokan dan aku kembali memandang kedua mahluk ajaib yang ada dihadapanku.
Aku melihat Wulan diam seribu bahasa. Tapi kilat matanya terlihat bahagia. Sementara Hameed berdiri tegap bagai ksatria dari negeri dongeng. Matanya memamdang Wulan dengan kagumnya. Ini aku yang salah info dari Rhea atau emang aku yang kegatelan ya? Masa semua cewek aku lamar? Hadeeeh......
Tapi tiba-tiba suara ketukan pintu kembali terdengar. Semakin kencang dan kencang. Bahkan kini berubah menjadi gedoran. Terdengar suara menggema, “Kang Hamid! Kang Hamid.. tolong buka pintu kang! Ini Emon kesurupan kang.....”
Anjritttt.. itu suara dari alam ku toh?! Pantesan..
Emon kesurupan??
Aduuuh tuh anak ada-ada aja siiiih...
[Bersambung]
Diubah oleh abangruli 29-06-2020 18:53
namakuve dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup