- Beranda
- Stories from the Heart
Di Antara Dua Duda
...
TS
megaut
Di Antara Dua Duda
Cerita ini nyata adanya, aku tulis spesial untuk kamu yang kini jadi suamiku dan juga untuk kamu yang kini menjadi sahabat kami.
Cerita ini tentang bagaimana awalnya aku dengan kalian hingga akhirnya salah satu dari kalian berhasil meyakinkan dan menjadikanku seorang istri.
Apapun isi cerita ini nantinya tidak akan membuat tokoh tokoh dalam cerita merasa tidak enak, risih, marah dan sebagainya karena kami sudah saling tahu dan berdamai dengan masa itu.
Namaku Lisna dan atas dasar mengenang kenangan, cerita ini ku mulai...

Pertengahan tahun 2013, hari ini aku wisuda di salah satu PTN di Sumatra. Tak bisa senang aku hari ini karena tepat hari ini juga mama dan papaku resmi bercerai karena suatu alasan.
Usiaku 22 tahun dan itu tak cukup buatku ingin mengerti siapa yang salah dalam perceraian orang tuaku. Yang jelas akibat kejadian itu mama harus angkat kaki dari tanah Sumatra dan aku memilih ikut dengannya.
Hari hari terakhir di Sumatra sengaja tak ku ceritakan karena aku pribadi memilih untuk melupakannya.
***
Seminggu setelah wisuda plus perceraian itu mama mengajakku pergi dari kota tempatku lahir dan tumbuh besar di Sumatra. Pulau Jawa adalah tujuan kami dan Surabaya adalah kotanya. Rabu pagi jam 9an tanggal 14 Agustus 2013 kami sampai di Juanda. Aku masih ingat betul harinya karena ini merupakan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Jawa.
"Ma, kita tinggal di sini?"Tanyaku ke mama saat kami menunggu jemputan di tempat Kedatangan.
"Belum tahu sayang, lihat kek mana nanti ya Lis." Jawab mama sembari mengeluarkan hpnya. Dia nampak akan menelpon lagi orang yang akan menjemput kami.
Sebelumnya mama bercerita bahwa di kota ini ada saudara jauh mama, rumahnya ada di daerah Wiyung. Aku tak kenal dan tak pernah tahu tapi semoga saja orangnya baik.
Beberapa saat menunggu orang yang kami tunggu tunggu datang. Seorang ibu ibu yang nampak seumuran dengan mama. Ibu itu yang belakangan kupanggil budhe saat bertemu mama begitu heboh. Layaknya kawan lama yang sudah lama tak berjumpa, ada saja yang mereka bicarakan termasuk mengenai diriku ini. Satu hal yang membuatku merasa heran sekaligus salut sama budhe ini, dia sama sekali tak menyinggung masalah perceraian mama dan papa.
Singkat kata budhe mengajak kami ke rumahnya dengan mengendarai Avansa putih miliknya. Di perjalanan mama dan budhe masih terus saling cerita sementara aku memilih menyimak saja sambil memperhatikan jalanan Kota Surabaya ini.
Dari percakapan mereka aku dengar kalau mama hanya akan sehari dua hari saja nginep di rumah budhe. Selanjutnya rencana mama adalah Jember. Kata mama di sana ada kerjaan dan karena penasaran aku bertanya,
"Ma Jember itu di mana?"
Cerita ini tentang bagaimana awalnya aku dengan kalian hingga akhirnya salah satu dari kalian berhasil meyakinkan dan menjadikanku seorang istri.
Apapun isi cerita ini nantinya tidak akan membuat tokoh tokoh dalam cerita merasa tidak enak, risih, marah dan sebagainya karena kami sudah saling tahu dan berdamai dengan masa itu.
Namaku Lisna dan atas dasar mengenang kenangan, cerita ini ku mulai...
Di Antara Dua Duda

Pertengahan tahun 2013, hari ini aku wisuda di salah satu PTN di Sumatra. Tak bisa senang aku hari ini karena tepat hari ini juga mama dan papaku resmi bercerai karena suatu alasan.
Usiaku 22 tahun dan itu tak cukup buatku ingin mengerti siapa yang salah dalam perceraian orang tuaku. Yang jelas akibat kejadian itu mama harus angkat kaki dari tanah Sumatra dan aku memilih ikut dengannya.
Hari hari terakhir di Sumatra sengaja tak ku ceritakan karena aku pribadi memilih untuk melupakannya.
***
Seminggu setelah wisuda plus perceraian itu mama mengajakku pergi dari kota tempatku lahir dan tumbuh besar di Sumatra. Pulau Jawa adalah tujuan kami dan Surabaya adalah kotanya. Rabu pagi jam 9an tanggal 14 Agustus 2013 kami sampai di Juanda. Aku masih ingat betul harinya karena ini merupakan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Jawa.
"Ma, kita tinggal di sini?"Tanyaku ke mama saat kami menunggu jemputan di tempat Kedatangan.
"Belum tahu sayang, lihat kek mana nanti ya Lis." Jawab mama sembari mengeluarkan hpnya. Dia nampak akan menelpon lagi orang yang akan menjemput kami.
Sebelumnya mama bercerita bahwa di kota ini ada saudara jauh mama, rumahnya ada di daerah Wiyung. Aku tak kenal dan tak pernah tahu tapi semoga saja orangnya baik.
Beberapa saat menunggu orang yang kami tunggu tunggu datang. Seorang ibu ibu yang nampak seumuran dengan mama. Ibu itu yang belakangan kupanggil budhe saat bertemu mama begitu heboh. Layaknya kawan lama yang sudah lama tak berjumpa, ada saja yang mereka bicarakan termasuk mengenai diriku ini. Satu hal yang membuatku merasa heran sekaligus salut sama budhe ini, dia sama sekali tak menyinggung masalah perceraian mama dan papa.
Singkat kata budhe mengajak kami ke rumahnya dengan mengendarai Avansa putih miliknya. Di perjalanan mama dan budhe masih terus saling cerita sementara aku memilih menyimak saja sambil memperhatikan jalanan Kota Surabaya ini.
Dari percakapan mereka aku dengar kalau mama hanya akan sehari dua hari saja nginep di rumah budhe. Selanjutnya rencana mama adalah Jember. Kata mama di sana ada kerjaan dan karena penasaran aku bertanya,
"Ma Jember itu di mana?"
nona212 dan 44 lainnya memberi reputasi
45
5.1K
163
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
megaut
#47
Bagian 15
Kembali aku duduk di tempat semula di bawah tangki air di lantai paling atas bangunan kos kosan ini. Di lain hari mungkin hanya hujan yang akan jadi penghalangku kemari karena kuperhatikan malam ini disini tak ada atapnya sama sekali untuk berteduh dan bisa kubayangkan kalau hari siang betapa panasnya di sini, hehe tapi lagipula siapa juga yang akan nongkrong siang siang di sini.
Untuk beberapa saatnya aku hanya duduk diam sampai akhirnya kudengar lagi suara sepeda motor dari bawah, kutengok lagi rupanya orang yang tadi keluar entah kemana. Padahal baru saja sampai kosan pikirku. Terlanjur berdiri kuputuskan untuk kembali ke kamar, selama berjalan menuruni anak tangga aku berpikir merasa ada yang kurang yang harus kubawa ke atas sana. Saat ini sudah nanggung, besok atau kapan kalo aku naik lagi malam malam pasti akan kubawa. Harus!
"Jemur pakean di Medan kau nak?" Kata mama ketika aku masuk kamar kos.
"Hehe, di atas enak ma bisa lihat pemandangan."
"Oh yang penting kau berani saja, trus mama pikir kamu ketiduran di sana Lis."
"Haha, ya beranilah ma aku udah gede ini."
Obrolan kami terhenti ketika jeda iklan sinetron kesukaan mama selesai. Beliau kembali fokus duduk menonton tv yang terletak di depan kasur, sementara aku memilih rebahan di kasur sambil sesekali menjawab celotehan mama. Sama mungkin seperti kebanyakan ibu ibu yang lain, mamaku ini kalo nonton sinetron suka teriak dan marah marah sendiri. Kadang kesal dan kadang lucu juga aku melihatnya. Entah sudah berapa lamanya tiba tiba terdengar ada yang mengetuk kamar kosan yang belum sepenuhnya tertutup.
"Permisi.." Terdengar suara laki laki dari balik pintu, aku yang tadi rebahan mengambil posisi duduk.
"Iya, sebentar." Jawab mama sembari berdiri menuju ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Eh, oh rupanya nak Deni." Kata mama setelah membukakan pintu. mendengar itu aku jadi kaget juga, kebetulan pak Deni dan aku tak bisa saling lihat karena terhalang tubuh mama.
"Hehe iya tan, barusan tadi saya dibilangin pak kos waktu beli rokok di tokonya."
"Oh begitu, ayo sini masuk."
"Hehe ga usah tan, ga enak. Ini lho saya beranikan diri ketuk pintu soalnya lihat tadi pintunya masih kebuka sedikit jadi saya pikir mungkin tante belum istirahat trus kebetulan ini saya ada martabak mohon diterima."
"Haduh nak Deni ini kok repot repot saja."
"Hehe enggaklah tan, kebetulan ada lebih. Ya sudah saya ke kamar dulu ya tan, itu kamar saya yang nomor 1. Mari tan saya permisi dulu, oya salam juga buat Lisna, hehe."
"Iya nak Deni, terimakasih ya." Kata mama kemudian menutup pintu kamar dengan sempurna setelah Pak Deni berlalu.
"Kamu kok ga nongol Lis, tadi itu ada kawanmu kan."
"Hehe malu aku mak, berantakan, aku juga cuma pakai celana pendek banget ini. Untung aja Deni ga mau masuk tadi."
"Haha iya mama tau. Tadi nawarin masukpun mama juga tau dia ga akan mau masuk karena mama lihat baik anak itu."
"Oh ya ma? Baik beneran? Apa karena martabak itu ya?"
"Haha kau ini Lis, ayo ini kita makan. Kebetulan..."
"Kebetulan laper ya ma, haha."
Malam ini aku dan mama lanjut nonton sinetron sambil ngemilin martabak pemberian Deni sampai habis karena memang kebetulan kami sedang lapar. Bukan karena tak ada uang dan sebenarnya stok mie instanpun ada tapi rasa malas tadi sejenak mampu mengalahkan rasa lapar kami. No HP Deni sudah ku save, ingin sebenarnya kukirimi dia sms untuk ucapkan terimakasih tapi entah kenapa hal itu tak kulakukan sampai akhirnya aku lupa dan tertidur...
Kembali aku duduk di tempat semula di bawah tangki air di lantai paling atas bangunan kos kosan ini. Di lain hari mungkin hanya hujan yang akan jadi penghalangku kemari karena kuperhatikan malam ini disini tak ada atapnya sama sekali untuk berteduh dan bisa kubayangkan kalau hari siang betapa panasnya di sini, hehe tapi lagipula siapa juga yang akan nongkrong siang siang di sini.
Untuk beberapa saatnya aku hanya duduk diam sampai akhirnya kudengar lagi suara sepeda motor dari bawah, kutengok lagi rupanya orang yang tadi keluar entah kemana. Padahal baru saja sampai kosan pikirku. Terlanjur berdiri kuputuskan untuk kembali ke kamar, selama berjalan menuruni anak tangga aku berpikir merasa ada yang kurang yang harus kubawa ke atas sana. Saat ini sudah nanggung, besok atau kapan kalo aku naik lagi malam malam pasti akan kubawa. Harus!
"Jemur pakean di Medan kau nak?" Kata mama ketika aku masuk kamar kos.
"Hehe, di atas enak ma bisa lihat pemandangan."
"Oh yang penting kau berani saja, trus mama pikir kamu ketiduran di sana Lis."
"Haha, ya beranilah ma aku udah gede ini."
Obrolan kami terhenti ketika jeda iklan sinetron kesukaan mama selesai. Beliau kembali fokus duduk menonton tv yang terletak di depan kasur, sementara aku memilih rebahan di kasur sambil sesekali menjawab celotehan mama. Sama mungkin seperti kebanyakan ibu ibu yang lain, mamaku ini kalo nonton sinetron suka teriak dan marah marah sendiri. Kadang kesal dan kadang lucu juga aku melihatnya. Entah sudah berapa lamanya tiba tiba terdengar ada yang mengetuk kamar kosan yang belum sepenuhnya tertutup.
"Permisi.." Terdengar suara laki laki dari balik pintu, aku yang tadi rebahan mengambil posisi duduk.
"Iya, sebentar." Jawab mama sembari berdiri menuju ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Eh, oh rupanya nak Deni." Kata mama setelah membukakan pintu. mendengar itu aku jadi kaget juga, kebetulan pak Deni dan aku tak bisa saling lihat karena terhalang tubuh mama.
"Hehe iya tan, barusan tadi saya dibilangin pak kos waktu beli rokok di tokonya."
"Oh begitu, ayo sini masuk."
"Hehe ga usah tan, ga enak. Ini lho saya beranikan diri ketuk pintu soalnya lihat tadi pintunya masih kebuka sedikit jadi saya pikir mungkin tante belum istirahat trus kebetulan ini saya ada martabak mohon diterima."
"Haduh nak Deni ini kok repot repot saja."
"Hehe enggaklah tan, kebetulan ada lebih. Ya sudah saya ke kamar dulu ya tan, itu kamar saya yang nomor 1. Mari tan saya permisi dulu, oya salam juga buat Lisna, hehe."
"Iya nak Deni, terimakasih ya." Kata mama kemudian menutup pintu kamar dengan sempurna setelah Pak Deni berlalu.
"Kamu kok ga nongol Lis, tadi itu ada kawanmu kan."
"Hehe malu aku mak, berantakan, aku juga cuma pakai celana pendek banget ini. Untung aja Deni ga mau masuk tadi."
"Haha iya mama tau. Tadi nawarin masukpun mama juga tau dia ga akan mau masuk karena mama lihat baik anak itu."
"Oh ya ma? Baik beneran? Apa karena martabak itu ya?"
"Haha kau ini Lis, ayo ini kita makan. Kebetulan..."
"Kebetulan laper ya ma, haha."
Malam ini aku dan mama lanjut nonton sinetron sambil ngemilin martabak pemberian Deni sampai habis karena memang kebetulan kami sedang lapar. Bukan karena tak ada uang dan sebenarnya stok mie instanpun ada tapi rasa malas tadi sejenak mampu mengalahkan rasa lapar kami. No HP Deni sudah ku save, ingin sebenarnya kukirimi dia sms untuk ucapkan terimakasih tapi entah kenapa hal itu tak kulakukan sampai akhirnya aku lupa dan tertidur...
ariid dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup