- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#256
Spoiler for Part 90:
Part 90
Bertemu dengan orang tua pacar, atau sebut saja calon mertua, merupakan hal yang sangat asing bagiku, bagaimana tidak asing, aku sama sekali belum pernah menjalin hubungan seserius ini dengan mantan-mantanku, jangankan bertemu dengan orang tua mereka, jalan berdua saja bisa dihitung dengan jari.
Tapi, hari ini, malam ini, menit ini, detik ini, akhirnya aku harus berhadapan dengan situasi tersebut untuk memenuhi janji yang kemaren sudah kuucapkan kepada beby.
Ya....., saat ini aku sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang tidak lain tidak bukan adalah ibunya beby, yap, pacarku.
"Kamu temennya beby ya?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh ibunya berhasil memecah keheningan yang sudah menyelimuti ruangin ini semenjak beby meninggalkanku bersama beliau untuk pergi kedapur.
"I i iya bu, saya temennya beby bu"
Bola mata beliau mulai bergerak memperhatikanku mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Ada perlu apa malem-malem datang kesini?"
Meskipun pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut beliau diuucapkan dengan nada yang terdengar santai, tapi teta saja, hal itu berhasil membuatku semakin gugup.
"Ennnnnggggg......."
"M m mau kenalan sama ibu"
Gleeeeeeekkkkkk.......
Aku langsung meneguk ludahku sesaat setelah menjawab pertanyaan beliau.
"E e ehhh...."
"Ennnnnggggg....."
"Iya bu, s s saya mau kenalan sama ibu"
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah kekehan canggung.
"Memang ada apa?"
Pertanyaan yang kembali beliau lontarkan berhasil membuatku semakin gelisah.
"Eeeeeeennnnnggggg....."
"Soalnya....., s s saya lagi deket sama anak ibu"
Sebuah deheman berhasil lolos begitu saja dari mulutku, jujur saja, aku sama sekali tidak yakin dengan kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Maksudnya gimana?"
Huuuuuh.....
Apa beby tidak pernah menceritakan tentang aku kepada ibunya?, bukan apa-apa sih, tapi biasanya anak perempuan akan lebih terbuka tentang pasangan kepada orang tua mereka.
Iya bu, saya pacarnya beby.
Masa iya aku harus menjawab pertanyaan beliau seperti kalimat di atas, meskipun terdengar biasa saja, tapi entah kenapa, bagiku, kalimat itu terdengar sangat aneh, apalagi jika aku yang mengucapkannya.
"Ya......, gitu bu, saya lagi deket sama beby, jadi saya mau ketemu ibu"
Aku kembali mengakhiri kalimatku dengan sebuah kekehan canggung.
"Kamu pacarnya beby?"
Beliau melempar sebuah tatapan yang penuh tanda tanya kepadaku.
"I i i....."
Obrolan kami terhenti setelah beby kembali menghampiri kami dengan membawa secangkir teh manis yang baru saja dia buat.
"Iya mah..., natha ini pacar adek..."
Beby langsung melanjutkan jawabanku yang sebelumnya sempat terhenti.
"Ooooohhh...., bilang atuh..., dari tadi ditanya jawabannya malah muter-muter"
Aku hanya bisa menunduk seraya terkekeh canggung setelah mendengar kalimat yang baru saja beliau ucapkan.
"Iya mah..., natha emang gitu orangnya"
Beby mengucapkan kalimatnya seraya mengambil tempat untuk duduk di samping beliau.
"Kamu asalnya dari mana?"
Aku kembali menegakkan kepaku setelah beliau kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
Aku: "saya dari samarinda bu"
Ibu beby: "kalimamtan timur ya?"
Aku: "iya bu"
Sebuah senyuman dan anggukkan kecil mengiringi jawaban yang baru saja kulontarkan.
"Dia satu kampus sama kamu ya dek?"
Beliau kembali melontatkan sebuah pertanyaan seraya mengalihkan pandangannya kearah beby.
"Iya mah, tapi natha beda jurusan sama adek, beda angkatan juga"
Pandangan beliau kembali beralih kearahku setelah mendengar jawaban yang baru saja beby lontarkan.
Ibu beby: "memang kamu jurusan apa nak?, kakak tingkatnya beby ya?"
Aku: "teknik perminyakan bu, bukan, angkatan saya dibawahnya beby 1 tahun bu"
Beliau langsung menganggukkan kepala seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar jawabanku.
"Kamu sekarang nyarinya yang brondong ya dek?"
Tatapan beliau kembali mengrah kepada beby, beliau juga mulai menggoda beby dengan senyuman jahil dan pertanyan yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Iiiissshhh...., ya gak gitu juga mah...., kebetulan aja"
"Bukan emang adek yang emang suka brondong"
Beliau langsung terkekeh setelah berhasil membuat anaknya merengek kesal.
"Siapa tau kan dek"
Suasana perlahan-lahan mulai mencair semenjak kembalinya beby keruangan ini, aku juga bisa lebih santai setelah beliau mengetahui status kami, aku juga sama sekali belum melihat respon negatif yang ditunjukkan oleh beliau.
Obrolan kami terus berlanjut, percakapan kami kali ini mungkin lebih tepat jika disebut dengan interogasi kecil-kecilan.
Ya, beliau terus melontarkan berbagai pertanyaan seputar kehidupan pribadi dan latar belakang keluargaku, selain itu, beliau juga sering menyelipkan cerita-cerita tentang beby di sela-sela pertanyaannya, mulai dari sifat beby, cerita masa kecil beby, termasuk kejadian-kejadian konyol yang sempat dialami beby, tidak jarang beby dibuat merengek dengan cerita-cerita yang beliau sampaikan.
Sementara itu, aku hanya menjawab pertanyaan beliau sesopan mungkin, jika beliau sedang bercerita, aku memilih untuk lebih banyak diam dan menyimak cerita-cerita yang beliau sampaikan, kadang-kadang aku mencoba untuk menjustifikasi cerita beliau tentang sifat-sifat yang dimiliki beby, selebihnya, aku hanya menimpali cerita beliau dengan sebuah anggukkan atau kekehan kecil.
Huuuuuuh......
Sepertinya hari ini berjalan dengan lancar, tidak ada penolakan ataupun protes dari beliau tentang hubungan kami.
Dengan perkenalan ini, aku tidak perlu memusingkan masalah restu-restuan yang kadang menjadi salah satu penyebab gagalnya kisah cinta 2 orang manusia, seperti yang sering aku lihat di cerita-cerita ataupun film-film bergenre romance.
Ya semoga saja.
.
.
.
"Kesana sekarang apa gimana nih?"
Hari ini aku, devan, mario, dyo, dan nabil sedang berkumpul di gazebo lab untuk menghadiri acara wisuda beby dan viny.
"Sabar napa, belum ada kabar nih"
Aku menjawab pertanyaan nabil sambil membuka kolom chatku dengan beby untuk menunggu instruksi dari beby.
"Biasanya kalo acara wisuda jam segini udah kelar nat, coba lu tanya lagi dah"
Akupun memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada beby setelah mendengar protes yang baru saja mario lontarkan.
"Mbak, udah selesai belum?"
Kira-kira begitu isi pesan yang baru saja kukirimkan kepada beby.
"Udah gua chat lagi nih, tunggu aja dulu"
Kami memutuskan untuk berbincang-bincang sambil menunggu kabar selanjutnya dari beby.
Ting....
"Baru keluar nat, sini aja"
Tanpa menghiraukan pesan yang baru saja masuk, aku langsung mengajak teman-temanku untuk berangkat menuju gedung serba guna yang menjadi tempat berlangsungnya acara wisuda hari ini.
.
.
.
Cekreeeeeeek........
"Makasih ya udah dateng"
Kami langsung menyalami beby dan viny yang sudah benar-benar resmi meraih gelar sarjananya setelah berfoto bersama.
"Sama-sama beb, vin"
"Oh iya, selamat juga beb, udah jadian sama natha, dari kita ber 4 nih"
Celotehan yang baru saja keluar dari mulut nabil berhasil membuat kami semua tertawa.
"Sorry ya beb kalo telat ngucapinnya, kita kan gak pernah ketemu lagi, soalnya kamu diumpetin terus sama si curut satu ini"
Mario ikut menanggapi celotehan nabil sambil melirik kearahku.
"Iya, makasih bil, mar, van, yo"
Suara tawa kembali menggema setelah aku ikut berpartisipasi dalam obrolan mereka.
"Kok jadi lu yang jawab sih nat?, kan selamatnya buat beby"
Sebuah protes berhasil lolos dari mulut nabil setelah mendengar tanggapanku.
"Sama aja kan bil?, kan jadiannya sama gue juga, berarti itu selamat buat gue juga dong...."
Aku menjawab pertanyaan nabil sambil memasang wajah sengak.
"Iye dah nat...., sombong banget lu, mentang-mentang udah gak jomblo lagi"
Devan juga ikut melontarkan sebuah protes setelah mendengar jawabanku atas pertanyaan nabil.
"Van, bil, maklumin aja sih, udah nunggu 3 tahun lebih dia"
Tawa kami kembali pecah setelah viny menegur nabil dan devan sambil mengungkit status jomblo yang sudah kusandang selama hampir 4 tahun lamanya.
"Yaelah, syirik aja nih sama gue, yang penting sekarang udah dapet, iya gak mbak?"
Aku menanggapi sindiran viny sambil menoleh kearah beby, tanganku juga mulai bergerak merangkul pundaknya untuk menyombongkan diri di depan teman-temanku.
"Dih...., gaya banget"
"Yeee...., setan!!!, malah makin songong nih anak"
"Heleeeeh...."
Berbagai macam cibiran langsung keluar dari mulut mereka setelah melihat tanganku yang saat ini sudah melingkar di pundak beby.
"Dek, udah selesai belum?"
Suara seorang perempuan dari arah belakang berhasil membuat kami semua terdiam.
Deeeeeg.....
Aku langsung menarik tanganku dari pundak beby setelah melihat ibunya yang baru saja menghampiri kami.
"E e e eeeehhh...., iya mah, udah kok, kakak udah dateng belum?"
Sontak kejadian tadi berhasil membuat teman-temanku menahan tawanya sambil melemparkan tatapan yang bisa kudengar suaranya.
Mampus lu nat!!!.
Begitulah kira-kira bunyi dari tatapan yang mereka lemparkan kearahku.
"Udah dek, kakak lagi nungguin di depan gedung rektorat, adek langsung kesana aja ya"
Beby hanya mengagguk kecil setelah mendengar instruksi dari ibunya, aku juga mengangguk seraya melemparkan senyuman kaku kearah ibunya beby yang sedang melirik sekilas kearahku saat ini.
"Yaudah, ibu tunggu di sana ya, oh iya, papah sama mamamu juga udah nungguin di sana vin"
Viny juga langsung mengangguk setelah mendengar informai yang baru saja disampaikan oleh ibunya beby.
"Iya bu, habis ini saya langsung kesana sama beby"
Ibunya beby langsung kembali pergi meninggalkan kami setelah mendengar jawaban dari viny.
"Mampus lu nat!!!, sok sokan sih"
Sontak tawa mereka kembali pecah setelah kepergian ibunya beby.
"Giliran emaknya dateng langsung kicep lu"
"Rasain lu!!!, gaya-gayaan sih"
Aku hanya bisa terkekeh sembari menggaruk puncak kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal setelah mendengar berbagai macam cibiran yang kembali dilontarkan kearahku.
.
.
.
"Aku gakusah ikut ya mbak..., gakenak sama mamah kamu, kan kalian mau foto-foto keluarga"
Saat ini aku, beby, dan viny sedang berjalan menuju gedung rektorat yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung fakultas psikologi yang menjadi tempat kami berfoto tadi untuk menghampiri keluarga mereka yang sedari tadi sudah menunggu di sana.
"Santai aja kali nat...., sekalian kamu ngakrabin diri sama mamahnya beby, sama kakaknya juga sekalian"
Viny menanggapi keluhan yang baru saja keluar dari mulutku sambil terus melangkahkan kakinya.
"Tau nih...., justru aku harus ngajak kamu nat kalo mau foto-foto keluarga"
Kalimat yang baru saja keluar dari mulut beby behasil membuat kedua sudut bibirku tertarik keatas, mungkin setelah ini beby akan berkata seperti ini.
Kamu kan juga keluarga aku nat.
"Gakusah gombal-gombalan dulu deh mbak, serius nih, aku gak enak sama mamah kamu"
Beby langsung menyerengit setelah mendengar tanggapanku atas kalimat yang sebelumnya dia ucapkan.
"Iiiiissshhh....., apaan sih nat?, siapa yang mau gombal?"
"Gakusah GR ya...., aku bawa kamu supaya bisa jadi tukang foto"
Sontak tawa viny langsung pecah setelah mendengar perbincanganku dengan beby.
"Tuh nat...., dengerin...., makanya, jadi cowok jangan suka keGran"
Viny menimpali obrolan kami sambil menghabiskan sisa-sisa tawanya.
"Iya deh...."
Beby berhasil dibuat terkekeh oleh jawaban singkat yang kuucapkan dengan nada lesu.
"Enggak kok nat, becanda, jangan ngambek ih...."
"Lagian kita juga belum sempet foto berdua kan?"
Beby langsung melemparkan senyumannya seraya menggandeng tanganku setelah menyelesaikan kalimatnya, sementara viny hanya bisa tersenyum kecut setelah melihat adegan mesra yang tersaja di depan matanya.
"Dih..., malah mesra-mesraan, duluan ah..., takut jadi nyamuk"
Viny melontarkan sebuah cibiran sembari mempercepat langkahnya untuk mendahului kami.
.
.
.
Bertemu dengan orang tua pacar, atau sebut saja calon mertua, merupakan hal yang sangat asing bagiku, bagaimana tidak asing, aku sama sekali belum pernah menjalin hubungan seserius ini dengan mantan-mantanku, jangankan bertemu dengan orang tua mereka, jalan berdua saja bisa dihitung dengan jari.
Tapi, hari ini, malam ini, menit ini, detik ini, akhirnya aku harus berhadapan dengan situasi tersebut untuk memenuhi janji yang kemaren sudah kuucapkan kepada beby.
Ya....., saat ini aku sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang tidak lain tidak bukan adalah ibunya beby, yap, pacarku.
"Kamu temennya beby ya?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh ibunya berhasil memecah keheningan yang sudah menyelimuti ruangin ini semenjak beby meninggalkanku bersama beliau untuk pergi kedapur.
"I i iya bu, saya temennya beby bu"
Bola mata beliau mulai bergerak memperhatikanku mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Ada perlu apa malem-malem datang kesini?"
Meskipun pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut beliau diuucapkan dengan nada yang terdengar santai, tapi teta saja, hal itu berhasil membuatku semakin gugup.
"Ennnnnggggg......."
"M m mau kenalan sama ibu"
Gleeeeeeekkkkkk.......
Aku langsung meneguk ludahku sesaat setelah menjawab pertanyaan beliau.
"E e ehhh...."
"Ennnnnggggg....."
"Iya bu, s s saya mau kenalan sama ibu"
Aku mengakhiri kalimatku dengan sebuah kekehan canggung.
"Memang ada apa?"
Pertanyaan yang kembali beliau lontarkan berhasil membuatku semakin gelisah.
"Eeeeeeennnnnggggg....."
"Soalnya....., s s saya lagi deket sama anak ibu"
Sebuah deheman berhasil lolos begitu saja dari mulutku, jujur saja, aku sama sekali tidak yakin dengan kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Maksudnya gimana?"
Huuuuuh.....
Apa beby tidak pernah menceritakan tentang aku kepada ibunya?, bukan apa-apa sih, tapi biasanya anak perempuan akan lebih terbuka tentang pasangan kepada orang tua mereka.
Iya bu, saya pacarnya beby.
Masa iya aku harus menjawab pertanyaan beliau seperti kalimat di atas, meskipun terdengar biasa saja, tapi entah kenapa, bagiku, kalimat itu terdengar sangat aneh, apalagi jika aku yang mengucapkannya.
"Ya......, gitu bu, saya lagi deket sama beby, jadi saya mau ketemu ibu"
Aku kembali mengakhiri kalimatku dengan sebuah kekehan canggung.
"Kamu pacarnya beby?"
Beliau melempar sebuah tatapan yang penuh tanda tanya kepadaku.
"I i i....."
Obrolan kami terhenti setelah beby kembali menghampiri kami dengan membawa secangkir teh manis yang baru saja dia buat.
"Iya mah..., natha ini pacar adek..."
Beby langsung melanjutkan jawabanku yang sebelumnya sempat terhenti.
"Ooooohhh...., bilang atuh..., dari tadi ditanya jawabannya malah muter-muter"
Aku hanya bisa menunduk seraya terkekeh canggung setelah mendengar kalimat yang baru saja beliau ucapkan.
"Iya mah..., natha emang gitu orangnya"
Beby mengucapkan kalimatnya seraya mengambil tempat untuk duduk di samping beliau.
"Kamu asalnya dari mana?"
Aku kembali menegakkan kepaku setelah beliau kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
Aku: "saya dari samarinda bu"
Ibu beby: "kalimamtan timur ya?"
Aku: "iya bu"
Sebuah senyuman dan anggukkan kecil mengiringi jawaban yang baru saja kulontarkan.
"Dia satu kampus sama kamu ya dek?"
Beliau kembali melontatkan sebuah pertanyaan seraya mengalihkan pandangannya kearah beby.
"Iya mah, tapi natha beda jurusan sama adek, beda angkatan juga"
Pandangan beliau kembali beralih kearahku setelah mendengar jawaban yang baru saja beby lontarkan.
Ibu beby: "memang kamu jurusan apa nak?, kakak tingkatnya beby ya?"
Aku: "teknik perminyakan bu, bukan, angkatan saya dibawahnya beby 1 tahun bu"
Beliau langsung menganggukkan kepala seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar jawabanku.
"Kamu sekarang nyarinya yang brondong ya dek?"
Tatapan beliau kembali mengrah kepada beby, beliau juga mulai menggoda beby dengan senyuman jahil dan pertanyan yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Iiiissshhh...., ya gak gitu juga mah...., kebetulan aja"
"Bukan emang adek yang emang suka brondong"
Beliau langsung terkekeh setelah berhasil membuat anaknya merengek kesal.
"Siapa tau kan dek"
Suasana perlahan-lahan mulai mencair semenjak kembalinya beby keruangan ini, aku juga bisa lebih santai setelah beliau mengetahui status kami, aku juga sama sekali belum melihat respon negatif yang ditunjukkan oleh beliau.
Obrolan kami terus berlanjut, percakapan kami kali ini mungkin lebih tepat jika disebut dengan interogasi kecil-kecilan.
Ya, beliau terus melontarkan berbagai pertanyaan seputar kehidupan pribadi dan latar belakang keluargaku, selain itu, beliau juga sering menyelipkan cerita-cerita tentang beby di sela-sela pertanyaannya, mulai dari sifat beby, cerita masa kecil beby, termasuk kejadian-kejadian konyol yang sempat dialami beby, tidak jarang beby dibuat merengek dengan cerita-cerita yang beliau sampaikan.
Sementara itu, aku hanya menjawab pertanyaan beliau sesopan mungkin, jika beliau sedang bercerita, aku memilih untuk lebih banyak diam dan menyimak cerita-cerita yang beliau sampaikan, kadang-kadang aku mencoba untuk menjustifikasi cerita beliau tentang sifat-sifat yang dimiliki beby, selebihnya, aku hanya menimpali cerita beliau dengan sebuah anggukkan atau kekehan kecil.
Huuuuuuh......
Sepertinya hari ini berjalan dengan lancar, tidak ada penolakan ataupun protes dari beliau tentang hubungan kami.
Dengan perkenalan ini, aku tidak perlu memusingkan masalah restu-restuan yang kadang menjadi salah satu penyebab gagalnya kisah cinta 2 orang manusia, seperti yang sering aku lihat di cerita-cerita ataupun film-film bergenre romance.
Ya semoga saja.
.
.
.
"Kesana sekarang apa gimana nih?"
Hari ini aku, devan, mario, dyo, dan nabil sedang berkumpul di gazebo lab untuk menghadiri acara wisuda beby dan viny.
"Sabar napa, belum ada kabar nih"
Aku menjawab pertanyaan nabil sambil membuka kolom chatku dengan beby untuk menunggu instruksi dari beby.
"Biasanya kalo acara wisuda jam segini udah kelar nat, coba lu tanya lagi dah"
Akupun memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada beby setelah mendengar protes yang baru saja mario lontarkan.
"Mbak, udah selesai belum?"
Kira-kira begitu isi pesan yang baru saja kukirimkan kepada beby.
"Udah gua chat lagi nih, tunggu aja dulu"
Kami memutuskan untuk berbincang-bincang sambil menunggu kabar selanjutnya dari beby.
Ting....
"Baru keluar nat, sini aja"
Tanpa menghiraukan pesan yang baru saja masuk, aku langsung mengajak teman-temanku untuk berangkat menuju gedung serba guna yang menjadi tempat berlangsungnya acara wisuda hari ini.
.
.
.
Cekreeeeeeek........
"Makasih ya udah dateng"
Kami langsung menyalami beby dan viny yang sudah benar-benar resmi meraih gelar sarjananya setelah berfoto bersama.
"Sama-sama beb, vin"
"Oh iya, selamat juga beb, udah jadian sama natha, dari kita ber 4 nih"
Celotehan yang baru saja keluar dari mulut nabil berhasil membuat kami semua tertawa.
"Sorry ya beb kalo telat ngucapinnya, kita kan gak pernah ketemu lagi, soalnya kamu diumpetin terus sama si curut satu ini"
Mario ikut menanggapi celotehan nabil sambil melirik kearahku.
"Iya, makasih bil, mar, van, yo"
Suara tawa kembali menggema setelah aku ikut berpartisipasi dalam obrolan mereka.
"Kok jadi lu yang jawab sih nat?, kan selamatnya buat beby"
Sebuah protes berhasil lolos dari mulut nabil setelah mendengar tanggapanku.
"Sama aja kan bil?, kan jadiannya sama gue juga, berarti itu selamat buat gue juga dong...."
Aku menjawab pertanyaan nabil sambil memasang wajah sengak.
"Iye dah nat...., sombong banget lu, mentang-mentang udah gak jomblo lagi"
Devan juga ikut melontarkan sebuah protes setelah mendengar jawabanku atas pertanyaan nabil.
"Van, bil, maklumin aja sih, udah nunggu 3 tahun lebih dia"
Tawa kami kembali pecah setelah viny menegur nabil dan devan sambil mengungkit status jomblo yang sudah kusandang selama hampir 4 tahun lamanya.
"Yaelah, syirik aja nih sama gue, yang penting sekarang udah dapet, iya gak mbak?"
Aku menanggapi sindiran viny sambil menoleh kearah beby, tanganku juga mulai bergerak merangkul pundaknya untuk menyombongkan diri di depan teman-temanku.
"Dih...., gaya banget"
"Yeee...., setan!!!, malah makin songong nih anak"
"Heleeeeh...."
Berbagai macam cibiran langsung keluar dari mulut mereka setelah melihat tanganku yang saat ini sudah melingkar di pundak beby.
"Dek, udah selesai belum?"
Suara seorang perempuan dari arah belakang berhasil membuat kami semua terdiam.
Deeeeeg.....
Aku langsung menarik tanganku dari pundak beby setelah melihat ibunya yang baru saja menghampiri kami.
"E e e eeeehhh...., iya mah, udah kok, kakak udah dateng belum?"
Sontak kejadian tadi berhasil membuat teman-temanku menahan tawanya sambil melemparkan tatapan yang bisa kudengar suaranya.
Mampus lu nat!!!.
Begitulah kira-kira bunyi dari tatapan yang mereka lemparkan kearahku.
"Udah dek, kakak lagi nungguin di depan gedung rektorat, adek langsung kesana aja ya"
Beby hanya mengagguk kecil setelah mendengar instruksi dari ibunya, aku juga mengangguk seraya melemparkan senyuman kaku kearah ibunya beby yang sedang melirik sekilas kearahku saat ini.
"Yaudah, ibu tunggu di sana ya, oh iya, papah sama mamamu juga udah nungguin di sana vin"
Viny juga langsung mengangguk setelah mendengar informai yang baru saja disampaikan oleh ibunya beby.
"Iya bu, habis ini saya langsung kesana sama beby"
Ibunya beby langsung kembali pergi meninggalkan kami setelah mendengar jawaban dari viny.
"Mampus lu nat!!!, sok sokan sih"
Sontak tawa mereka kembali pecah setelah kepergian ibunya beby.
"Giliran emaknya dateng langsung kicep lu"
"Rasain lu!!!, gaya-gayaan sih"
Aku hanya bisa terkekeh sembari menggaruk puncak kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal setelah mendengar berbagai macam cibiran yang kembali dilontarkan kearahku.
.
.
.
"Aku gakusah ikut ya mbak..., gakenak sama mamah kamu, kan kalian mau foto-foto keluarga"
Saat ini aku, beby, dan viny sedang berjalan menuju gedung rektorat yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung fakultas psikologi yang menjadi tempat kami berfoto tadi untuk menghampiri keluarga mereka yang sedari tadi sudah menunggu di sana.
"Santai aja kali nat...., sekalian kamu ngakrabin diri sama mamahnya beby, sama kakaknya juga sekalian"
Viny menanggapi keluhan yang baru saja keluar dari mulutku sambil terus melangkahkan kakinya.
"Tau nih...., justru aku harus ngajak kamu nat kalo mau foto-foto keluarga"
Kalimat yang baru saja keluar dari mulut beby behasil membuat kedua sudut bibirku tertarik keatas, mungkin setelah ini beby akan berkata seperti ini.
Kamu kan juga keluarga aku nat.
"Gakusah gombal-gombalan dulu deh mbak, serius nih, aku gak enak sama mamah kamu"
Beby langsung menyerengit setelah mendengar tanggapanku atas kalimat yang sebelumnya dia ucapkan.
"Iiiiissshhh....., apaan sih nat?, siapa yang mau gombal?"
"Gakusah GR ya...., aku bawa kamu supaya bisa jadi tukang foto"
Sontak tawa viny langsung pecah setelah mendengar perbincanganku dengan beby.
"Tuh nat...., dengerin...., makanya, jadi cowok jangan suka keGran"
Viny menimpali obrolan kami sambil menghabiskan sisa-sisa tawanya.
"Iya deh...."
Beby berhasil dibuat terkekeh oleh jawaban singkat yang kuucapkan dengan nada lesu.
"Enggak kok nat, becanda, jangan ngambek ih...."
"Lagian kita juga belum sempet foto berdua kan?"
Beby langsung melemparkan senyumannya seraya menggandeng tanganku setelah menyelesaikan kalimatnya, sementara viny hanya bisa tersenyum kecut setelah melihat adegan mesra yang tersaja di depan matanya.
"Dih..., malah mesra-mesraan, duluan ah..., takut jadi nyamuk"
Viny melontarkan sebuah cibiran sembari mempercepat langkahnya untuk mendahului kami.
.
.
.
Indjay dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
