Kesalahan dalam membuat thread pertama tentang kepulauan Riau membuat saya mencari referensi baru untuk menulis kembali, itulah enaknya mengikuti coc ini, menambah wawasan baru, terimakasih untuk kaskuser yang telah mengingatkan saya.


Ternyata provinsi Riau dan Kepulauan Riau adalah berbeda, Indonesia yang memiliki banyak provinsi membuat saya keder, 27 provinsi saja saya lupa-lupa ingat, ditambah sekarang menjadi 34 provinsi.


Setiap provinsi di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, bahasa, bahkan memiliki rumah adat yang berbeda-beda.


Rumah Joglo, Jawa, Rumah Krong Bade, Aceh, Rumah Gadang, Sumatera Barat, Rumah Gapura Candi Bentar, Bali, dan masih banyak lagi rumah adat di setiap provinsi dengan keunikan masing-masing.


Begitu pun dengan rumah adat di kepulauan Riau (Kepri), di Kepri rumah adatnya dinamakan rumah belah bubung atau rumah rabung atau rumah bumbung melayu.



Kenapa dinamakan rumah belah bubung? karena rangka atap rumah adat Kepri terbuat dari bubung (bambu) dan desainnya seperti terbelah dua, nama rumah belah bubung itu sendiri pemberian dari orang Melayu.


Dinamakan rumah Rabung karena atapnya terbuat dari perabung, sedangkan nama rumah Bumbung Melayu, pemberian dari pendatang asing, khususnya China dan Belanda yang rumahnya berupa kelenting dan limas.


Gansis bisa lihat pada gambar berikut:



Proses pembuatan rumah belah bubung ini tidak boleh sembarangan, konon katanya akan membuat kesialan bagi penghuninya, bacanya ngeri ngeri sedap gan!


Berikut tahapan pembuatan rumah rakit:



Keserasian pembuatan rumah dengan pemiliknya pun ditentukan dengan hitungan hasta, sang pemilik rumah harus menghitung hasta dari satu sampai lima.


Urutan ke lima hasta tersebut adalah ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh, itulah ukuran yang paling baik.Sungguh proses yang panjang.



Rumah yang memiliki atap seperti bentuk pelana kuda. Memiliki 4 (empat) bagian yang menjadi rumah induk, selasar, ruang induk, ruang penghubung dapur, dan dapur, terbuat dari bahan dasar kayu ini memiliki ketinggian 2 meter, semacam rumah panggung, cocok sekali kalau di bangun di daerah saya yang sering kebanjiran.


Sama seperti rumah pada umumnya, besar kecil rumah tergantung kemampuan ekonomi sang pemilik, begitu pula dengan rumah adat belah bubung ini, semakin banyak uang, semakin besar rumah yang akan dibangun.


Rumah belah bubung memiliki atap yang berbeda-beda, di bawah ini beberapa jenis rumah belah bubung yang dibagi berdasarkan bentuk atapnya:




Selain memiliki atap yang berbeda, yang menjadi ciri khas rumah adat Melayu, pun memiliki ragam motif ukiran.





Membicarakan rumah, saya jadi ingat tentang peribahasa "Rumahku istanaku", bagi saya rumah adalah tempat kita berlindung, tempat yang paling dirindukan ketika bepergian jauh, dan rumahku istanaku juga kebebasan kita membuat peraturan di dalamnya.


Tidak perlu megah, yang penting nyaman, begitu pun dengan rumah adat yang akan dibangun, kekayaan bukan penentu mutlak, tetapi keserasian rumah terhadap pemiliknya.


Karena jika tidak serasi, setelah melalui proses yang telah saya cantumkan di atas, masih tetap membangun rumah di atas tanah tersebut, akan membuat sial bagi penghuninya.


Bagi kaskuser kepulauan Riau, benarkah demikian?

Jakarta, 23:41
Rabu, 24 Juni 2020