Aku tidak pernah mengetahui bagaimana hubungan yang bisa dikatakan hubungan remaja yang hanya sebatas cinta monyet yang hanya tentang "aku suka dia, dia suka aku"  dengan hubungan yang masuk ke lebih serius yang mengutamakan masalah prinsip yang jauh lebih besar dari sebatas "Sayang sayangan saja". Karena aku selalu menjalin sebuah hubungan dengan serius, bukan berarti tidak ada selera humor dan santai, bukan begitu. Yang aku maksud disini adalah berkomitmen atas apa yang aku pegang dengan caraku, ya mungkin dengan setia dan melakukan apapun yang dapat aku lakukan pada pasanganku. 


Umurku 23 tahun, mahasiswa semester akhir yang hanya tinggal menyelesaikan skripsi tapi terkendala karena corona wkwkw,,,.
Aku dan kalian pasti mempunyai seseorang yang kalian jaga dan kalian sayangi. Mungkin kita akan melakukan apapun baik itu hal yang memalukan, menegangkan ataupun menyakitkan demi untuk membuat pasangan kita paling tidak tersenyum bahagia. Pernah gak sih, kalian merasa bangga sama diri kalian sendiri saat kalian melakukan sesuatu yang membuat doi seneng. Karena Yap, aku melakukan semua itu.


Aku dan dirinya sudah berpacaran lebih dari 2 tahun, mungkin bisa dibilang sebentar. Tapi entah kenapa, aku merasa sudah menjalin hubungan sangat lama. Mungkin karena dulu kami sering menjalani hari - hari dengan melakukan sesuatu bersama atau melakukan tugas yang dikerjakan bersama - bersama. Aku bukan seorang yang risih apabila dia rewel, minta tolong yang kadang buat capek, marah - marah, ngelarang ini dan itu. Karena buatku, dengan dia seperti itu, dia menyalurkan rasa sayang dia padaku dan sebagai seorang lelaki sudah seharusnya melakukan itu (Bukan mau diporotin atau jadi kang ojek ya). Kita juga beberapa kali LDR saat liburan semester karena rumah kami berjauh - jauhan. Dan selama jarak jadi penghalangpun tidak pernah ada masalah, kalaupun ada kami selalu menyelesaikannya dalam waktu satu hari.

Tapi,,,
Hampir 2 minggu ini dia berbeda, dia seperti sibuk melakukan dunianya yang baru. Dan aku merasa seperti dipinggirkan, bukan merasa lagi malah. Tetapi memang tidak diprioritaskan lagi. Seperti komunikasi hanya seperlunya, tidak ada lagi tempat bercerita, tidak ada lagi tempat untuk berbincang dan berkeluh kesah.
Dan beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya walau sebentar. Yap, kami seperti orang asing walau berpacaran. Dia pun memintaku untuk break dengan alasan memperbaiki diri, jujur aku sakit hati. Aku sudah merendah serendah - rendahnya, dan seperti tersingkirkan begitu saja. Aku masih berpegang pada prinsipku untuk selalu berkomitmen kepada dia. Tapi ya begitulah, semua yang sudah dibicarakan seperti tidak pernah ada hasilnya. Seakan - akan mereda sebentar, kemudian masalah terulang kembali. 

Menurutmu apa yang harus aku lakukan? hingga saat inipun aku masih berjuang mengembalikan dia yang dulu