Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#2188
Penerangan_Part 2
“Selalu kamu bilang ‘Aku coba’… Tapi selalu hasilnya nggak bisa. Dimana bukti kamu mau berubah, Zy?”

“Maafin aku. Kali ini aku benar-benar mau coba.”

“Semoga, Zy…”

“Kok semoga terus sih?” Emi kayak nggak yakin kalau dia terus menerus bilang begitu.

“Semoga aku masih punya stok kesabaran dan rasa sayang buat nungguin kamu nyoba buat berubah…”

“………”

“Zy, semua orang bisa berubah kok. Kalau ada niatnya… Pasti bisa berubah.”

“Iya, Mi…”

“Kalau kamu yakin dan mau beneran buat berubah, kamu pasti bisa.”

“Iya…”

“Kalau berat, mendingan nggak usah.”

“Kok gitu?”

Kebiasaan Emi. Dia suka underestimate gue.

“Nggak apa-apa, nggak usah berubah aja. Biar begini aja. Daripada kamu berubah, terus berusaha bikin aku senang, taunya ujung-ujungnya kamu cuman bikin aku lebih sakit dari sekarang. Kamu selalu begitu.”

“Lah kok jadi asumsi begitu dulu sih? Kan aku bilang aku mau coba?”

“Bukti kamu mau coba duluan apaan?”

“………”

“Nggak bisa buktiin kan?”

“Bisa.”

“Apaan?”

“Masalah foto aku sama Mila. Kamu waktu itu minta penjelasan kan? Tapi aku belum sempet jelasin apapun. Pasti kamu tau pertama kali bukan karena kamu nemuin sendiri kan? Tapi pasti ada temen kamu yang ngasih tau kan?”

“Bentar. Bukti kamu nyoba berubahnya darimana?”

“Kamu pingin aku lebih jujur kan? Ini aku jujur duluan sama kamu.”

“Tapi kamu ngomong tuh bukan kayak orang nyesel, tapi lebih kayak orang nuduh! Nanti ujung-ujungnya palingan aku yang kamu tuduh salah!”

“Dengerin dulu makanya.”

“Iya. Palingan nanti kamu jujur, terus ujung-ujungnya mau nuduh aku salah.”

“Lo selalu ngebahas Mila terus kan dan gue yakin, di dalem pikiran lo pasti nyangkut-pautin gue sama Mila terus selama gue jauh dari lo. Kenapa? Karena lo masih belum dapet penjelasan apapun dari gue tentang kasus foto yang-kata-orang-keliatan-kayak-foto-prewedding itu. Lo pasti mikir udah sejauh mana hubungan gue dengan dia? Gue sayang sama dia atau ga, dan asumsi-asumsi lain seolah gue masih juga selingkuh di belakang lo? Iya kan?”

“………”

“Gue nggak mempermasalahkan itu. Gue udah nebak lo bakalan mikir begitu karena berdasarkan pengalaman lo pas gue terus-terusan nyakitin lo, makanya lo akhirnya mikir gue akan terus bermodus begitu. Iya kan? Tapi maaf lo salah. Gue nggak ada apa-apa sama Mila.”

“Terus lo ada hubungan sama siapa lagi selain Mila?”

“Ya nggak ada siapapun lagi.”

“Nggak ada siapapun lagi. Tanya aja Mando atau siapapun di Kampus gue. Tanya, gue lagi deket sama siapa? Paling banter mereka gosipin gue sama Mila, tapi ga akan ada yang ngomong gue sama siapapun lagi.”

“Bohong.”

“Terserah!”

“………”

“Asumsinya jadi panjang, cuman karena ngeliat foto di media sosial doangan. Lagian nih ya, kalau emang gue mau posting foto itu ke sosial media gue, kenapa emangnya? Ada yang salah? Terus kalau di-posting lagi sama temen gue yang emang kerjaannya fotografer dan dia emang yang fotoin kita saat itu karena buat portfolio dia, emang salah juga?”

“Ya nggak kalau diliat dari sudut pandang gitu. Tapi kan seenggaknya bisa ngasih tau gue dulu, Zy. Bilang apa kek. Jelasin dulu kek. Nggak apa-apa nggak izn sama gue dulu, tapi kan bisa bilang dulu sebelum di-posting. Emang gue pernah ngelarang lo bersosial media? Kan nggak. Gue cuman males aja bikin salah paham. Udah tau gue baperan orangnya.”

“Lah? Kan kemaren gue juga kirimin kalau ada beberapa foto gue di Bromo. Bahkan ada foto ramean yang difotoin sama Mando juga, walaupun nggak diupload semuanya sama dia. Lo juga tau. Kenapa itu semua nggak diperkarain? Lo aja nggak nanya-nanya lagi kan ada foto lain lagi ga atau gimana? Ya gue kan pingin bikin surprise aja, sekalian gue tau, pasti jadi drama. Tapi kan logikanya, selama gue nggak ada apa-apa sama Mila, harusnya nggak salah dong? Dan nggak akan jadi masalah juga kan?”

“Buat gue nggak akan jadi masalah, KALAU EMANG NGGAK ADA APA-APA antara lo sama Mila. Milanya juga nggak berujung kegeeran terus demen sama lo. Tapi di luar sana banyak orang yang nggak tau apa-apa dan akhirnya salah paham, Zy. Akhirnya mikir kalau kita putus. Makanya, adanya foto ini di sosial media, ya jadinya salah.”

“Salahnya di sebelah mana?”

“Salahnya, karena lo foto sama cewek lain Zy. Padahal lo udah ada gue kan. Udah gitu fotonya profesional banget, berasa kayak prewed.”

“Hahaha. Foto sama cewek lain jadi salah? logikanya terbalik apa gimana?”

“Maksud lo gimana nih?”

“Iya. Lo bilang salah karena gue udah punya cewek. Terus apa kabar Dian Sastro sama Nico Saputra bisa ciuman di film AADC yang hampir seluruh remaja se Indonesia Raya ini tau? Itu salah juga dong? Berarti hal itu nggak bisa juga dong? Kan saat itu Dian Sastro pun punya cowok. Atau siapa lagi? Model-model ternama luar negeri yang bahkan bisa foto naked bareng cowok lain dengan alasan art atau apapun. Salah juga dong?”

“Lo ngambilnya kejauhan lah. Mereka kan artis. Lo kan bukan?”

“Sebentar… mereka artis jadi boleh, gue yang orang biasa jadi salah? berasa dapet privilege amat ya berarti? Artis mah bebas. Orang biasa mah jadi salah…gitu? Gimana sih pikiran lo Mi?”

“Lo ngerti nggak sih poinnya?”

“Ngerti. Lo ngerasa apa yang gue lakukan salah, karena menurut orang lain itu salah? atau spesifiknya, menurut temen-temen lo yang pada kayak anj*ng itu melihatnya salah, karena gue seorang Ija yang di mata mereka selalu deket sama banyak cewek dan diduga pernah menyakiti beberapa cewek yang bahkan nggak pernah gue temui secara langsung, gitu? Coba buka pikiran lo. Lo selalu bilang lihat dari dua sisi sudut pandang. Tapi lo bisa berasumsi karena denger dari temen-temen lo, dan nggak dengerin sudut pandang gue berpikir. Lo mau objektif tapi denial, malah jadi sangat subjektif kalau gini caranya Mi.”

“Lo malah jadi cari pembenaran sih Zy dengan jualan logika-logika lo itu?”

“Siapa yang cari pembenaran. Gue mencari analogi yang pas. Ketika orang lain dengan status artis bisa kayak gitu, kenapa gue nggak? Apa bedanya? Mereka sama-sama tampil didepan publik, gue pun sama. tapi apa itu merubah hati dan perasaan mereka ke pasangan mereka masing-masing? Kan nggak… begitu pula gue…. dan kalau begini ceritanya, lo nggak bener-bener percaya gue kan seratus persen Mi?”

“…. Iya, gue nggak percaya seratus persen. Siapa pula yang bisa pulih kepercayaannya setelah di boongin melulu?”

“Oke, itu gue tau gue salah. Kertas nggak akan bisa halus lagi kalo udah diremuk. Tapi poinnya bukan itu Mi. sekarang gue nurutin omongan lo, masalah poin yang dibahas. Ini masalah kepercayaan. Lo emang udah gue bikin kecewa berulang kali. Tapi bukan berarti gue terus-terusan akan begitu. Bukan berarti juga jadi terkena batasan sana sini, jadi nggak boleh ini itu. Kalau seandainya ini pekerjaan gue, lo mau apa? mau baper terus tiap saat ngeliat gue deket sama cewek-cewek cantik, peluk sana sini, pegangan tangan, bahkan sampai ciuman? Nggak capek lo?”

“Tapi masalahnya lo bukan artis atau model Zy.”

“Lo yang ngomong soal poin, tapi lo sendiri yang nggak ngerti poin obrolan ini. Gimana sih Mi?”

“Kok jadi gue yang nggak ngerti?”

“Iya, obrolan ini membahas tentang gue dan Mila yang berpose seperti itu, yang menurut orang mesra. Tapi pada dasarnya, ini hanya untuk keperluan portofolio si Mando. Mando juga izin sama gue untuk upload itu di IG dia. Ternyata ada sedikit viral mungkin karena bagus jadi diapresiasi banyak orang diluar sana. Terus lo berasumsi gue tetep ada rasa dengan Mila? Hei. Gue itu cintanya cuma sama lo. dan nggak ada gue suka sama Mila. Itu hanya urusan keperluan mempercantik foto. Titik.”

“Ya tetep aja Zy……”

“Tetep salah gitu? Haha. Buset. Udah gue jelasin pake analogi dian sastro di AADC masih nggak ngerti juga gue. Susah emang. Emang gue yang salah sih, gue udah banyak nyakitin lo, jadinya ya terus aja lo bakalan berpikir negatif tentang seluruh kegiatan dan gerak gerik gue. apalagi kalau lo terus di gosok sama temen-temen toxic lo yang selalu suudzon terus tanpa pernah mengenal gue secara personal. Cuma jadi t*i doang hidupnya. Sampah. Lo kalau pola pikirnya masih sama kayak mereka, nggak beda juga lo sama mereka.”

“Kenapa gue jadi yang salah sih Zy disini? Gue kan cuma mau konfirmasi doang….”

“Konfirmasi apa interogasi soal hubungan gue dengan Mila? Gue udah bilang kan, Mila teman deket gue di kampus. Sampai disitu aja. Nggak ada lagi urusan lebih dari itu. Kalau dia cantik dan menarik, terus itu emang salah dia? logika lo dimana Mi? Anak cerdas yang otak kanan kirinya seimbang masa bedain kayak gini aja mesti bingung dan galau dulu? Terus kalau gue boleh temenan sama cewek, hanya yang fisiknya biasa aja gitu bolehnya? Kalau nyatanya temen-temen cewek gue di S2 pada cakep-cakep termasuk yang udah tante-tante kayak Mbak Disya, terus mau gimana? Gue nggak boleh temenan sama mereka karena mereka cakep, pinter, kaya? Gitu?”

“Ya nggak gitu juga Zy…lo nggak ngerti….”

“Ya terus aja lo bilang gue nggak ngerti. Karena gue mungkin gue nggak akan pernah ngerti pola pikir lo yang rusak sama asumsi-asumsi yang terus menerus lo asah, ditambah lagi gosokan temen-temen lo itu.”

“Terus berarti gue yang salah disini? Salah gue kalau gue bilang gue nggak suka sama sikap lo yang memberi peluang Mila, atau mungkin Fani untuk foto begitu sama lo nantinya bakal jadi suka sama lo?”

“Mi… suka atau nggak suka seseorang sama kita itu bukan kita yang nentuin. Kita bikin mereka suka mungkin bisa, tapi kita nggak bisa nentuin mereka mau suka atau nggak sama kita. Mau dibikin kayak gimanapun kalau dasarnya nggak suka ya nggak suka, dan sebaliknya, kita nggak ngapa-ngapain, kalau suka ya suka aja. Pilihan terakhirnya, kita usaha dengan trik untuk mengarahkan, supaya orang lain bisa menentukan pilihannya untuk suka sama kita. The choice is theirs…”

“…..”

“Udahlah, gue emang salah, mau kayak gimanapun logika yang gue ungkapkan. Tapi coba lo berpikir lebih logis. Perasaan lo mungkin udah gue rusak abis-abisan. Nah, lo juga harus inget, lingkungan pertemanan lo juga punya andil besar untuk ngerusak perasaan lo….. so, the choice is yours.” Gue menghela nafas panjang.

“Udah ya. Case closed. Gue ga mau bahas ini lagi. Kalau di masa depan nanti ternyata Mila bilang sama gue kalau kalian ada hubungan...”

“NGGAK AKAN MUNGKIN!” kata gue tegas.

“Ya kalau ternyata bilang gimana?”

“Ya soalnya nggak akan mungkin.”

“Aku ASUMSI sendiri nggak apa-apa kan?”

“Terserah kamu.”

“Kalau ternyata di masa depan Mila atau ada cewek mendadak dateng ke aku dan bilang kalau kalian udah jadian entah ternyata udah jalan beberapa bulan sama kamu, kamu mau ya nanggung konsekuensinya?”

“Siap. Toh nggak ada siapapun lagi.”

“Beneran?”

“Iya. Buktiin aja.”

“Oke.”

Sesuai yang gue perkirakan. Teman-teman Emi merusak mindset Emi kembali. Emi pasti jadi kayak begini karena gosokan dari mereka. Ketika gue trigger dengan meng-upload beberapa foto tanpa Emi, teman-teman toxic-nya langsung berbisik entah apapun ke Emi, yang pastinya berita negatif tentang gue. Gue yakin kayak begitu. Sungguh berbahaya lingkaran pertemanan Emi ini.

Pada sisi lainnya, gue sadar juga kalau kepercayaan yang sudah dirusak, sangat sulit untuk dipulihkan seperti sedia kala. Ada rasa paranoid pastinya di hati Emi saat ini makanya dia pun akhirnya bisa ikut terbawa omongan dari teman-temannya lagi.

Gue sangat mengerti dan gue mengaku itu murni kesalahan gue. Tetapi apa ada teman-teman Emi pernah menyatakan permintaan minta maaf ke gue setelah seluruh fakta gue beberkan beberapa waktu lalu atas kasus pemfitnahan gue? Nggak ada satupun.

Hal inilah yang sebenarnya gue mau beritahu ke Emi. Itulah poin yang mau gue tunjukkan. Gue bukan orang suci, banyak salah dan menyakiti orang lain, tapi setidaknya gue masih memiliki attitude untuk mengakui kesalahan, sedangkan teman-teman toxic Emi nggak begitu.

Berangkat dari titik ini, gue pun punya alasan kuat untuk meminta Emi benar-benar menjauhi mereka, tanpa memutus tali silaturahmi. Cukup jaga jarak dengan mereka.

Emi terlalu polos untuk membedakan mana yang baik dan buruk untuk diri dia.
Diubah oleh yanagi92055 24-06-2020 13:12
khodzimzz
caporangtua259
itkgid
itkgid dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.