Sudah terlalu lama, para milenial mendapat rapor buruk tentang uang dan kemampuan mereka menabung untuk hari tua mereka.

Berdasarkan survei hubungan dengan uang, baru menemukan bahwa tidak hanya lebih banyak orang di indonesia yang lahir antara tahun 1981 dan 1996 menganggap diri mereka lebih hemat dari pada mereka yang berada dalam kelompok dari orang tua mereka (48 persen vs 46 persen), tetapi milenial juga lebih baik dalam menyerap dana darurat (75 persen vs 66 persen).

Memang Betul, generasi milenial yang sama yang semboyannya adalah mengapa membeli mobil kalau bisa Uber? Ini menghilangkan mitos bahwa milenial tidak terfokus secara finansial seperti generasi lain. Dan survei itu bukan sembarangan, akan tetapi ini didukung oleh penelitian lain.

Berdasarkan tentang keuangan konsumen menemukan bahwa walaupun kaum milenial memiliki banyak hutang, lebih dari 42 persen memiliki rekening pensiun, bagian tertinggi untuk mereka yang berusia di bawah 35 tahun sejak 2001. Bagian dari apa yang mendorong penekanan kaum milenial pada penyelamatan bisa berasal dari kenangan lama tentang resesi hebat. Kembali pada akhir 2000-an, kelompok milenium tertua memasuki pasar pekerjaan terburuk.

Untuk generasi muda milenium, melihat orang tua mereka dan anggota keluarga lainnya melalui pengalaman itu mungkin juga membuat mereka lebih sadar akan risiko penurunan pasar atau peristiwa tak terduga lainnya, contohnya kehilangan rumah atau pekerjaan, dan karenanya mereka lebih konservatif untuk hal-hal pengeluaran dan tabungan dalam kehidupan dewasa mereka.

Kebanyakan orang dewasa secara menyeluruh berusia 18 tahun ke atas ada 92 % cukup jujur pada diri mereka sendiri untuk mengakui ada perbaikan untuk peningkatan perbaikan keuangan mereka, pemikiran untuk menabung cukup membuat lebih dari sepertiga merasa keadaan cemas atau  merasa kewalahan.

Jika itu kelihatannya sudah biasa, berikut adalah tiga langkah yang harus dipertimbangkan:

1. Melihat dan memahami emosi anda yang berkaitan dengan uang. Orang sering memiliki respons emosional terhadap uang. Mendapatkan bonus besar dari tempat kerja perusahaannya bisa membuat anda merasa senang yang berlebihan, dimana berhemat adalah merupakan sesuatu penderitaan (menginvestasikan setidaknya sebagian besar dari bonus yang di dapat) Intinya harus melihat bahwa membiarkan perasaan anda mendikte pengeluaran Anda, menabung dan berinvestasi merupakan pilihan yang dapat menyebabkan keputusan yang baik.

2. Mengembangkan strategi keuangan. Tetap tenang mulai dengan melakukan rencana pada tujuan utama anda, uang muka untuk pembelian rumah baru, kuliah untuk anak-anak anda, pensiun yang nyaman dan kemudian berpegang teguh pada jalur jangka panjang yang sehat untuk mendapatkannya.

3. Berkonsultasi dengan ahli keuangan. Artinya, seseorang yang dengannya anda merasa nyaman membagikan strategi ilmu tentang keuangan anda. Bisa jadi anggota keluarga. Atau penasihat keuangan profesional, yang memiliki perspektif, pengalaman dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu anda membuat gerakan yang sesuai dengan keadaan anda.

Apakah anda terikat dengan hutang, menabung untuk membeli rumah atau mencoba membangun dana darurat, ada pertukaran yang harus dilakukan dalam menyeimbangkan tujuan jangka pendek ini dan masa depan keuangan jangka panjang kita, seperti berinvestasi untuk hari tua. Tanpa strategi keuangan yang sehat, kebanyakan orang cenderung reaktif dari pada proaktif dan merasa bahwa uang mereka mengendalikan mereka.