Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nasbung.idiotAvatar border
TS
nasbung.idiot
Trump Ingin Muslim Uighur Terus Dipenjara
Memoar Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton yang akan diluncurkan, menuduh bahwa Trump mengatakan kepada Xi Jinping ia “harus melanjutkan pembangunan kamp-kamp (penahanan Muslim Uighur)” dan itu “tepat untuk dilakukan”.

Donald Trump memberikan persetujuan lisan terhadap kamp-kamp pendidikan ulang Muslim Uighur China (di mana sebanyak 1 juta anggota minoritas Muslim negara itu saat ini ditahan), selama pertemuan empat mata dengan Xi Jinping pada Juni tahun lalu, menurut sebuah laporan baru-baru ini oleh mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton.

Dalam kutipan yang bocor dari memoarnya yang akan datang The Room Where It Happened, Bolton mengenang pertemuan empat mata antara Trump dan Xi pada KTT G20 2019 di Jepang, di mana Xi membela pembangunan “Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan” di China: serangkaian kamp interniran yang didirikan di wilayah barat laut China Xinjiang, di mana pemerintah setempat telah menahan dan mengindoktrinasi warga Uighur sejak setidaknya 2017, VICE mencatat.

“Menurut penerjemah kami,” Bolton menulis tentang pertemuan itu, “Trump mengatakan bahwa Xi harus melanjutkan pembangunan kamp-kamp, yang menurut Trump adalah hal yang tepat untuk dilakukan.”

Pengungkapan itu terjadi di tengah serangkaian tuduhan yang dilontarkan terhadap Trump dalam memoar Bolton mendatang, yang dijadwalkan untuk rilis minggu depan. Beberapa di antaranya: bahwa Trump memohon China untuk membeli produk pertanian Amerika sehingga Trump bisa mendapat keuntungan politik; bahwa Trump memohon kepada Xi untuk memastikan dia akan memenangkan Pilpres AS 2020; dan bahwa Trump menyarankan “batas konstitusional dua masa jabatan presiden harus dicabut untuk Xi”.

Klaim tentang dugaan persetujuan Trump terhadap kamp-kamp Uighur khususnya patut diperhatikan, mengingat adanya peristiwa baru-baru ini. Pada Rabu (17/6), beberapa jam setelah pengungkapan Bolton muncul di halaman The New York Times, The Washington Post, dan Wall Street Journal, Trump menandatangani RUU yang menyerukan sanksi atas perlakuan China terhadap Uighur.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Rabu sore, Trump mengatakan undang-undang itu (berjudul Undang-Undang Kebijakan Hak Asasi Manusia Uighur tahun 2020), “menuntut pelaku pelanggaran HAM yang bertanggung jawab dan pelanggaran seperti penggunaan sistematis kamp-kamp indoktrinasi, kerja paksa, dan pengawasan intrusif, untuk memberantas identitas etnis dan kepercayaan agama orang Uighur dan minoritas lainnya di China.”

Trump tidak mengadakan upacara untuk menandai penandatanganan RUU itu menjadi UU, Al Jazeera melaporkan.

Menurut Dr David Brophy, seorang dosen senior dalam Sejarah China Modern di Universitas Sydney dan seorang spesialis di Xinjiang, Trump mungkin tidak terlalu tertarik untuk menegakkannya.
“Dilihat dari laporan Bolton, Trump cenderung memiliki sedikit antusiasme untuk menggunakan ketentuan RUU ini untuk menekan China tentang masalah Uighur. Jika dia akhirnya menerapkan sanksi, itu bukan karena komitmen terhadap hak asasi manusia,” ucapnya kepada VICE melalui email.
“Trump tidak pernah benar-benar mengambil sikap publik terhadap kamp-kamp penahanan Muslim Uighur. Sementara orang-orang seperti Wakil Presiden Pence dan Menteri Luar Negeri AS Pompeo secara teratur mengecam perlakuan China terhadap Uighur, Trump (secara historis) menghindari hampir semua penyebutan tentang masalah itu dalam retorikanya terhadap China.”

Dr Brophy tidak akan berspekulasi tentang apakah pemilihan waktu Trump menandatangani RUU sanksi tersebut terkait dengan laporan yang dibocorkan Bolton, atau apakah itu hanya kebetulan. Dia menunjukkan, bagaimanapun, bahwa dugaan dukungan Trump terhadap kamp-kamp Uighur “seharusnya tidak mengejutkan kita”.


Trump tidak memiliki keraguan untuk memperlakukan seluruh populasi Muslim sebagai teroris potensial,” imbuhnya. “(Laporan dari Bolton) ini memberi tahu kita bahwa naluri politiknya dekat dengan Xi ketika menyangkut mengecam dan menekan populasi Muslim.”

Sepanjang masa kepresidenannya, Trump telah memperjelas perasaannya terhadap umat Islam pada lebih dari satu kesempatan, entah melalui kebijakannya sendiri, seperti larangan bepergian bagi Muslim, atau sejarahnya tentang tweet pesan Islamofobik di media sosial.

Dukungannya terhadap kamp-kamp Xinjiang, jika itu benar, akan menjadi dakwaan lain yang memberatkan tentang cara Presiden Amerika itu memandang dan memperlakukan populasi Muslim di seluruh dunia.

“(Dalam mendukung kamp-kamp Muslim Uighur), Trump mendukung kebijakan penahanan massal dan pendidikan ulang, yang dilakukan atas nama kontra-terorisme, yang merupakan serangan skala penuh pada kehidupan keagamaan dan budaya Uighur,” lanjut Dr Brophy kepada VICE.

“Perang Melawan Teror yang dipimpin oleh AS sayangnya telah memberikan alasan rezim represif di seluruh dunia untuk kebijakan semacam itu. Kadang-kadang AS berkolusi di dalamnya, terkadang mengkritik mereka.


sumber

dua negara superpower punya niat yang sama
tidak ada lagi tempat bacot bagi negara miskin ya akhi

emoticon-Matabelo

Diubah oleh nasbung.idiot 20-06-2020 05:51
scorpiolama
scorpiolama memberi reputasi
1
1.9K
34
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.2KAnggota
Tampilkan semua post
zinaitudosaAvatar border
zinaitudosa
#16
Quote:


udah diwakilin sama corona.. emoticon-Big Grin

Quote:


basmi corona aja kagak bisa.. mo basmi uighur.. emoticon-Big Grin
Diubah oleh zinaitudosa 20-06-2020 06:46
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.