- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#251
Spoiler for Part 87:
Part 87
"Ayo nat, udah kelar nih"
Viny langsung naik keatas boncenganku dengan 2 buah bungkusan yang berisi baju toga di tangannya.
"Makan dulu atau langsung balik nih?"
Butuh beberapa detik untuk viny menjawab pertanyaanku.
"Boleh nat, lalalpan deket rumah aja ya?, udah lama gak makan di sana"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan permintaan viny, setelah itu aku langsung memacu motorku menuju tempat makan yang viny maksud.
.
.
.
"Gimana mbak sama pak dosen ganteng?"
Viny memilih untuk menelan makanan yang masih memenuhi mulutnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku.
"Yaaaa......, baik-baik aja sih nat"
Sesuap nasi kembali memasuki mulutnya setelah viny menyelesaikan jawabannya.
"Kamu udah ngomong belum sama dia?"
Viny hanya menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukkan kecil sambil terus menggerakkan rahangnya untuk mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Gimana?, ada kemajuan gak?"
Kedua bola matanya bergerak kearah kanan atas setelah mendengar pertanyaanku.
"Y y yaa...., ada sih, meskipun masih agak susah, tapi udah gak separah dulu kok"
Aku langsung menganggukkan kepalaku setelah mendengar jawaban viny sambil melempar senyum jahil kearahnya.
"Cieee....., pantesan...., makin lengket aja, pulang bareng mulu tiap hari"
Puuuuuk.....
Segumpal tisu berhasil mendarat dengan mulus di atas lenganku.
"Sok tau....."
Respon yang baru saja diberikan viny berhasil membuatku terkekeh.
"Dih..., iya kan?, udah berapa hari coba kamu gak minta jemput?"
Viny langsung menghentikan aktivitas makan siangnya setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
Kedua sudut bibirnya mulai tertarik keatas, perlahan-lahan kedua matanya juga mulai menyepit.
"Kenapa?, kamu kangen ya sama aku?, kangen jemput aku ya?, iya kan?......"
Sontak peetanyaan yang baru saja dilontarkan viny seketika membuatku langsung terkesiap.
"Dih...., enggak kok, enak lagi, bensin gak boros, waktu sama tenaga gak kebuang, ngapain harus kangen?"
Viny sama sekali tidak menanggapi pembelaan yang baru saja kulontarkan.
Dia malah menaik turunkan alisnya seraya melebarkan senyumannya.
"E e e ehhh....., kenapa sih mbak?"
Aku langsung membuang pandanganku kearah lain setelah menyelesaikan pertanyaanku.
Sesekali bola mataku bergerak untuk melirik viny yang masih melemparkan tatapan dan senyuman itu kearahku.
"Mbak...., apaan sih?"
Tawa viny langsung pecah setelah beberapa kali aku melayangkan protes kearahnya.
"Iya kan?...., gak usah malu-malu kali nat...., aku emang ngangenin kok....."
Viny kembali memasukkan sesuap nasi setelah puas menyerangku dengan godaan-godaannya.
"Dih..., gak!!!, gak usah ngarep!!!, aku ini udah ada yang punya ya!!!"
Aku kembali melanjutkan aktivitas makan siangku setelah melontarkan pembalaan untuk yang kesekian kalinya kearah viny.
"Iya iya...., lagian ya nat...., siapa sih yang mau gangguin pacar orang"
"Yang kamu harus tau ya...., nih...., buka kuping kamu lebar-lebar...."
"Meskipun kamu suka sama aku, aku gak bakalan suka sama kamu!!!"
Viny melontarkan kalimatnya sambil menunjuk wajahku dengan sedotan yang ada ditangannya.
"Gak usah sok kecakepan ya mbak!!!, sebelum mbak gak suka sama aku, aku udah gak suka sama kamu duluan!!!"
Karena tidak mau kalah, aku juga mengambil sedotan dari gelas es teh yang ada di hadapanku, lalu aku membalasnya dengan melontarkan argumenku sambil menunjuk wajahnya dengan sedotan yang saat ini ada di tanganku.
"Emang aku cakep kok!!!, buktinya pak rio lebih mlih deketin, banyak tau mahasiswi yang deketin dia, eh...., dia malah milih aku yang sama sekali gak pernah deketin dia, jangan sembarangan kamu!!!"
Suasana sempat menjadi hening selama beberapa detik setelah viny mengucapkan kalimatnya sambil mengangkat dagunya keatas.
"Ekheeem!!!"
Suara deheman dari mas-mas lalapan yang saat ini sedang mencuci piring kotor berhasil mengejutkan kami yang masih saling menodong satu sama lain.
Sontak aku dan viny langsung menoleh kearah sumber suara, tatapan kami langsung bertemu dengan mas-mas lalapan yang mulai tersenyum kearah kami.
Aku dan viny langsung membalas senyuman mas-mas lalapan seraya menganggukkan kepala kami kearahnya.
Aku langsung kembali mengalihkan pandangan dari mas-mas lalapan, lalu aku mulai kembali menyantap makananku yang masih tersisa setengah porsi.
"Kamu sih!"
Viny juga mulai kembali memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya dengan sedikit kasar sembari melempar tatapan kesal kearahku setelah melontarkan protes singkat dengan suara yang tidak terlalu keras.
Huuuuuuh.......
Hari ini aku kembali bertemu dengan viny setelah hampir seminggu kami tidak berjumpa, itu juga karena dia memintaku menemaninya mengambil baju toga yang akan dikenakannya dalam acara wisuda hari sabtu nanti.
Moodku memang sedang berada dalam posisi yang sangat baik hari ini, beberapa hari lagi aku akan kembali bertemu dengan beby. Yap, sama dengan viny, hari sabtu nanti beby juga akan melaksanakan acara wisuda sarjananya, akhirnya kami bisa segera melepas rindu setelah 1 bulan lebih tidak bertemu.
Selain itu, aku juga sangat senang saat bisa kembali menghabiskan waktu bersama viny setelah beberapa hari ini dia selalu sibuk dengan dosen muda bernama rio itu.
Kalau ditanya apa aku kangen viny?, mungkin iya, tapi bukan dalam konteks "kangen" yang mungkin ada di dalam pikiran kalian, mungkin contoh gampangnya, rasa kangen ini seperti rasa kangen seperti seorang teman lama yang sekarang lebih sering menghabiskan waktu dengan teman barunya.
"Nat, besok lusa jemput aku lagi ya"
Aku memilih untuk meminum es teh yang ada di hadapanku terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan viny.
"Mau ngapain lagi emang mbak?"
Viny kembali menyunggingkan senyumannya setelah mendengar pertanyaanku.
"Udah, gak usah banyak tanya, pokoknya besok lusa jemput!"
Aku langsung melempar tatapan heran setelah mendengar ultimatum yang baru saja keluar dari mulut viny.
Aku: "yaelah..., ada apaan sih mbak?"
Viny: "kenapa sih nanya-nanya?, tinggal jemput aja susah banget!"
Aku: "bukan gitu, sekarang kan mbak minta jemput kalo ada butuhnya doang"
Kalimat terakhir yang keluar dari mulutku berhasil membuat viny terkekeh.
"Emang sekarang aku gitu ya?"
Senyuman itu masih belum hilang dari wajahnya.
"Y y y yaa..., iya, kayak hari ini kan, kamu minta jemput soalnya mau ngambil toga"
"K k k emaren-kemaren juga, k k kamu minta jemput pas lagi bete sama pak rio"
Suaraku mungkin terdengar agak sedikit terbata-bata saat menjawab pertanyaan viny barusan, entahlah, aku takut pernyataan yang sebelumnya kuucapkan menyinggung perasaannya.
"Oooohhh...., gitu ya...."
Aku semakin gelisah setelah melihat viny mulai menurunkan kedua sudut bibirnya.
Aku: "e e e ehh...., g g gak gitu mbak, tapi...."
Viny: "maaf ya nat kalo aku ngerepotin...., pas ada maunya doang lagi, janji deh, habis ini aku gak nyuruh-nyuruh kamu lagi"
Viny langsung memotong kalimatku yang sebenarnya belum tuntas.
"E e e ehhh...., mbak, gak gitu, aku becanda doang tadi"
Aku mulai merutuki diriku sendiri setelah melihat kepala viny yang mulai menunduk kebawah.
"Mbak gak ngerepotin kok...., aku seneng bisa bantu-bantu kamu, aku juga seneng punya temen cerita kalo ada kamu"
"Maaf ya....., serius mbak, yang tadi itu cuma becanda"
Kebiasaan banget lu nat, kadang-kdang gak pernah mikir kalo mau ngomong, gini ka jadinya!.
"Mbaaak....."
Tanganku mulai bergerak untuk menyentuh pundak viny, lalu aku mulai sedikit mengguncangkannya agar dia mau merespon kalimat yang baru saja kuucapkan.
Sudah hampir setengah menit aku mengguncang tubuh viny dan memanggilnya, tapi sampai sekarang aku masih belum mendapatkan respon apapun.
"Mbaaaak....., maaf ya....., jangan nangis dong....."
Sekarang aku benar-benar panik, apalagi setelah viny mulai mengeluarkan suara yang masih terdengar samar-samar.
"Aduuuhh...., mbaaak...., jangan nangis dong...."
Lama-lama suara itu terdengar semakin keras, entahlah, sepertinya saat ini viny benar-benar sedang menangis.
"Mbaaaak...."
"Serius...., kamu sama sekali gak ngerepotin kok"
"Aku minta maaf deh, kamu cuma salah paham mbak...."
Tapi...., semakin kesini aku merasa ada sesuatu yang aneh, apalagi setelah aku mulai bisa mendengar suaranya dengan jelas.
"Mbak?"
Perlahan-lahan viny mulai kembali mengangkat kepalanya, dan....., hal yang saat ini kusaksikan benar-benar berhasil membuatku merasa sangat terkejut sekaligus malu.
Bagaimana tidak, bukan raut wajah sedih yang aku lihat saat ini, melainkan viny yang sedang tertawa dengan sangat lepas
"Dih...., apaan sih mbak!!!, gak jelas!!!"
Aku langsung menarik tanganku dari bahunya seraya berdecak kesal.
"Cieeee....., ngaku juga kan kamu akhirnya...."
Sesekali aku melirik malas kearah viny yang saat ini masih belum berhenti menertawaiku yang berhasil dia tipu.
"Udah ah, gak lucu!!!, ayo balik!!!"
Aku langsung beranjak dari dudukku setelah memberi intruksi kepada viny dengan nada yang agak sedikit ketus.
"Eleuuuuhhh...., ngambek dia...."
"E e e ehh...., tungguin nat...."
Aku langsung menghampiri mas-mas lalapan untuk membayar makan siang kami hari ini tanpa sama sekali mempedulikan ocehan yang terus menerus dilontarkan viny.
"Nat...."
"Cieee..., kangen aku ya?"
Viny terus menerus menggangguku dengan panggilan dan senyuman jahilnya selama aku melakukan transaksi pembayaran dengan mas-mas lalapan.
"Gak!!!"
Aku langsung menaggapi ocehan viny dengan nada ketus sesaat setelah transaksi pembayaran selesai.
"Dih...., judes banget sih"
Aku kembali mendahului viny untuk menghampiri motorku yang terparkir di depan warung.
"Nih..."
Aku langsung menyodorkan helm kearah viny yang baru saja tiba di parkiran.
"Pasangin dong....."
Aku langsung memakai helmku tanpa sama sekali menghiraukan godaan yang kembali dilancarkan viny, tanpa menunggu lama, aku memilih untuk naik keatas motorku sekaligus menekan tombol starter.
"Dih..., cuek banget"
Sebuah kekehan kembali keluar dari mulut viny setelah melancarkan godaannya kearahku untuk yang kesekian kalinya.
"Udah, cepet naik!!!"
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah depan setelah memberi instruksi kepada viny untuk naik keatas boncenganku.
"Kok malah diem?"
Aku kembali menoleh kearah viny yang ternyata sudah duduk di atas boncenganku setelah mendengar sebuah pertanyaan yang baru saja dilontarkannya.
"Ooohhh....., k k kirain belum naik"
Karena tidak ingin semakin terjebak dengan perasaan canggung yang saat ini benar-benar merasuki pikiranku, aku memilih untuk langsung menjalankan motorku setelah menjawab pertanyaan viny.
.
.
.
Aku langsung mengambil helm yang saat ini disidorkan viny kearahku.
"Yaudah mbak, aku balik dulu ya"
Aku memilih untuk langsung menstarter motorku setelah berpamitan kepada viny.
Tanpa menunggu persetujuan dari viny, aku mulai melajukan motorku untuk meninggakkan viny yang masih sibuk membuka kunci pagar.
"Eh......, bentar nat!!!......"
Laju motorku kembali terhenti setelah mendengar suara teriakannya, aku langsung memundurkan motorku untuk menghampiri viny yang masih berdiri di depan pagar rumahnya.
Aku: "kenapa lagi mbak?"
Viny: "besok jemput aku lagi ya..."
Aku hanya bisa menarik nafas panjang setelah mendengar permintaan yang kembali diucapkan viny.
"Emang besok kamu gak pulang bareng pak rio?"
Viny hanya merespon pertanyaanku dengan sebuah gelengan kecil.
"Emang besok mau kemana?"
Bibirnya kembali menyunggingkan seutas senyuman setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Udah...., gak usah banyak nanya, jemput aja dulu...., aku ada sesuatu buat kamu....."
Gleeeek....
Aku hanya bisa meneguk ludahku setelah mendengar jawaban viny atas pertanyaanku, apalagi sekarang dia menatapku dengan matanya yang hampir tidak terlihat akibat tertutup oleh kedua pipinya yang juga terangkat keatas mengikuti kedua sudut bibirnya.
Yaa...., viny memang selalu terlihat cantik saat dia sedang tersenyum, seperti sekarang.
"Y y y yaudah mbak, besok aku jemput"
Aku lansung membuang pandangnku kearah lain setelah mengabulkan permintaannya.
"Yaudah mbak, aku balik ya...."
Setelah berpamitan untuk yang kedua kalinya, aku langsung melajukan motorku dan meninggalkan viny yang mungkin masih berdiri di depan pagar rumahnya.
Huuuuuuh.....
Lama-lama bahaya juga kalau terus-terusan kayak gini.
"Ayo nat, udah kelar nih"
Viny langsung naik keatas boncenganku dengan 2 buah bungkusan yang berisi baju toga di tangannya.
"Makan dulu atau langsung balik nih?"
Butuh beberapa detik untuk viny menjawab pertanyaanku.
"Boleh nat, lalalpan deket rumah aja ya?, udah lama gak makan di sana"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan permintaan viny, setelah itu aku langsung memacu motorku menuju tempat makan yang viny maksud.
.
.
.
"Gimana mbak sama pak dosen ganteng?"
Viny memilih untuk menelan makanan yang masih memenuhi mulutnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku.
"Yaaaa......, baik-baik aja sih nat"
Sesuap nasi kembali memasuki mulutnya setelah viny menyelesaikan jawabannya.
"Kamu udah ngomong belum sama dia?"
Viny hanya menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukkan kecil sambil terus menggerakkan rahangnya untuk mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Gimana?, ada kemajuan gak?"
Kedua bola matanya bergerak kearah kanan atas setelah mendengar pertanyaanku.
"Y y yaa...., ada sih, meskipun masih agak susah, tapi udah gak separah dulu kok"
Aku langsung menganggukkan kepalaku setelah mendengar jawaban viny sambil melempar senyum jahil kearahnya.
"Cieee....., pantesan...., makin lengket aja, pulang bareng mulu tiap hari"
Puuuuuk.....
Segumpal tisu berhasil mendarat dengan mulus di atas lenganku.
"Sok tau....."
Respon yang baru saja diberikan viny berhasil membuatku terkekeh.
"Dih..., iya kan?, udah berapa hari coba kamu gak minta jemput?"
Viny langsung menghentikan aktivitas makan siangnya setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
Kedua sudut bibirnya mulai tertarik keatas, perlahan-lahan kedua matanya juga mulai menyepit.
"Kenapa?, kamu kangen ya sama aku?, kangen jemput aku ya?, iya kan?......"
Sontak peetanyaan yang baru saja dilontarkan viny seketika membuatku langsung terkesiap.
"Dih...., enggak kok, enak lagi, bensin gak boros, waktu sama tenaga gak kebuang, ngapain harus kangen?"
Viny sama sekali tidak menanggapi pembelaan yang baru saja kulontarkan.
Dia malah menaik turunkan alisnya seraya melebarkan senyumannya.
"E e e ehhh....., kenapa sih mbak?"
Aku langsung membuang pandanganku kearah lain setelah menyelesaikan pertanyaanku.
Sesekali bola mataku bergerak untuk melirik viny yang masih melemparkan tatapan dan senyuman itu kearahku.
"Mbak...., apaan sih?"
Tawa viny langsung pecah setelah beberapa kali aku melayangkan protes kearahnya.
"Iya kan?...., gak usah malu-malu kali nat...., aku emang ngangenin kok....."
Viny kembali memasukkan sesuap nasi setelah puas menyerangku dengan godaan-godaannya.
"Dih..., gak!!!, gak usah ngarep!!!, aku ini udah ada yang punya ya!!!"
Aku kembali melanjutkan aktivitas makan siangku setelah melontarkan pembalaan untuk yang kesekian kalinya kearah viny.
"Iya iya...., lagian ya nat...., siapa sih yang mau gangguin pacar orang"
"Yang kamu harus tau ya...., nih...., buka kuping kamu lebar-lebar...."
"Meskipun kamu suka sama aku, aku gak bakalan suka sama kamu!!!"
Viny melontarkan kalimatnya sambil menunjuk wajahku dengan sedotan yang ada ditangannya.
"Gak usah sok kecakepan ya mbak!!!, sebelum mbak gak suka sama aku, aku udah gak suka sama kamu duluan!!!"
Karena tidak mau kalah, aku juga mengambil sedotan dari gelas es teh yang ada di hadapanku, lalu aku membalasnya dengan melontarkan argumenku sambil menunjuk wajahnya dengan sedotan yang saat ini ada di tanganku.
"Emang aku cakep kok!!!, buktinya pak rio lebih mlih deketin, banyak tau mahasiswi yang deketin dia, eh...., dia malah milih aku yang sama sekali gak pernah deketin dia, jangan sembarangan kamu!!!"
Suasana sempat menjadi hening selama beberapa detik setelah viny mengucapkan kalimatnya sambil mengangkat dagunya keatas.
"Ekheeem!!!"
Suara deheman dari mas-mas lalapan yang saat ini sedang mencuci piring kotor berhasil mengejutkan kami yang masih saling menodong satu sama lain.
Sontak aku dan viny langsung menoleh kearah sumber suara, tatapan kami langsung bertemu dengan mas-mas lalapan yang mulai tersenyum kearah kami.
Aku dan viny langsung membalas senyuman mas-mas lalapan seraya menganggukkan kepala kami kearahnya.
Aku langsung kembali mengalihkan pandangan dari mas-mas lalapan, lalu aku mulai kembali menyantap makananku yang masih tersisa setengah porsi.
"Kamu sih!"
Viny juga mulai kembali memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya dengan sedikit kasar sembari melempar tatapan kesal kearahku setelah melontarkan protes singkat dengan suara yang tidak terlalu keras.
Huuuuuuh.......
Hari ini aku kembali bertemu dengan viny setelah hampir seminggu kami tidak berjumpa, itu juga karena dia memintaku menemaninya mengambil baju toga yang akan dikenakannya dalam acara wisuda hari sabtu nanti.
Moodku memang sedang berada dalam posisi yang sangat baik hari ini, beberapa hari lagi aku akan kembali bertemu dengan beby. Yap, sama dengan viny, hari sabtu nanti beby juga akan melaksanakan acara wisuda sarjananya, akhirnya kami bisa segera melepas rindu setelah 1 bulan lebih tidak bertemu.
Selain itu, aku juga sangat senang saat bisa kembali menghabiskan waktu bersama viny setelah beberapa hari ini dia selalu sibuk dengan dosen muda bernama rio itu.
Kalau ditanya apa aku kangen viny?, mungkin iya, tapi bukan dalam konteks "kangen" yang mungkin ada di dalam pikiran kalian, mungkin contoh gampangnya, rasa kangen ini seperti rasa kangen seperti seorang teman lama yang sekarang lebih sering menghabiskan waktu dengan teman barunya.
"Nat, besok lusa jemput aku lagi ya"
Aku memilih untuk meminum es teh yang ada di hadapanku terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan viny.
"Mau ngapain lagi emang mbak?"
Viny kembali menyunggingkan senyumannya setelah mendengar pertanyaanku.
"Udah, gak usah banyak tanya, pokoknya besok lusa jemput!"
Aku langsung melempar tatapan heran setelah mendengar ultimatum yang baru saja keluar dari mulut viny.
Aku: "yaelah..., ada apaan sih mbak?"
Viny: "kenapa sih nanya-nanya?, tinggal jemput aja susah banget!"
Aku: "bukan gitu, sekarang kan mbak minta jemput kalo ada butuhnya doang"
Kalimat terakhir yang keluar dari mulutku berhasil membuat viny terkekeh.
"Emang sekarang aku gitu ya?"
Senyuman itu masih belum hilang dari wajahnya.
"Y y y yaa..., iya, kayak hari ini kan, kamu minta jemput soalnya mau ngambil toga"
"K k k emaren-kemaren juga, k k kamu minta jemput pas lagi bete sama pak rio"
Suaraku mungkin terdengar agak sedikit terbata-bata saat menjawab pertanyaan viny barusan, entahlah, aku takut pernyataan yang sebelumnya kuucapkan menyinggung perasaannya.
"Oooohhh...., gitu ya...."
Aku semakin gelisah setelah melihat viny mulai menurunkan kedua sudut bibirnya.
Aku: "e e e ehh...., g g gak gitu mbak, tapi...."
Viny: "maaf ya nat kalo aku ngerepotin...., pas ada maunya doang lagi, janji deh, habis ini aku gak nyuruh-nyuruh kamu lagi"
Viny langsung memotong kalimatku yang sebenarnya belum tuntas.
"E e e ehhh...., mbak, gak gitu, aku becanda doang tadi"
Aku mulai merutuki diriku sendiri setelah melihat kepala viny yang mulai menunduk kebawah.
"Mbak gak ngerepotin kok...., aku seneng bisa bantu-bantu kamu, aku juga seneng punya temen cerita kalo ada kamu"
"Maaf ya....., serius mbak, yang tadi itu cuma becanda"
Kebiasaan banget lu nat, kadang-kdang gak pernah mikir kalo mau ngomong, gini ka jadinya!.
"Mbaaak....."
Tanganku mulai bergerak untuk menyentuh pundak viny, lalu aku mulai sedikit mengguncangkannya agar dia mau merespon kalimat yang baru saja kuucapkan.
Sudah hampir setengah menit aku mengguncang tubuh viny dan memanggilnya, tapi sampai sekarang aku masih belum mendapatkan respon apapun.
"Mbaaaak....., maaf ya....., jangan nangis dong....."
Sekarang aku benar-benar panik, apalagi setelah viny mulai mengeluarkan suara yang masih terdengar samar-samar.
"Aduuuhh...., mbaaak...., jangan nangis dong...."
Lama-lama suara itu terdengar semakin keras, entahlah, sepertinya saat ini viny benar-benar sedang menangis.
"Mbaaaak...."
"Serius...., kamu sama sekali gak ngerepotin kok"
"Aku minta maaf deh, kamu cuma salah paham mbak...."
Tapi...., semakin kesini aku merasa ada sesuatu yang aneh, apalagi setelah aku mulai bisa mendengar suaranya dengan jelas.
"Mbak?"
Perlahan-lahan viny mulai kembali mengangkat kepalanya, dan....., hal yang saat ini kusaksikan benar-benar berhasil membuatku merasa sangat terkejut sekaligus malu.
Bagaimana tidak, bukan raut wajah sedih yang aku lihat saat ini, melainkan viny yang sedang tertawa dengan sangat lepas
"Dih...., apaan sih mbak!!!, gak jelas!!!"
Aku langsung menarik tanganku dari bahunya seraya berdecak kesal.
"Cieeee....., ngaku juga kan kamu akhirnya...."
Sesekali aku melirik malas kearah viny yang saat ini masih belum berhenti menertawaiku yang berhasil dia tipu.
"Udah ah, gak lucu!!!, ayo balik!!!"
Aku langsung beranjak dari dudukku setelah memberi intruksi kepada viny dengan nada yang agak sedikit ketus.
"Eleuuuuhhh...., ngambek dia...."
"E e e ehh...., tungguin nat...."
Aku langsung menghampiri mas-mas lalapan untuk membayar makan siang kami hari ini tanpa sama sekali mempedulikan ocehan yang terus menerus dilontarkan viny.
"Nat...."
"Cieee..., kangen aku ya?"
Viny terus menerus menggangguku dengan panggilan dan senyuman jahilnya selama aku melakukan transaksi pembayaran dengan mas-mas lalapan.
"Gak!!!"
Aku langsung menaggapi ocehan viny dengan nada ketus sesaat setelah transaksi pembayaran selesai.
"Dih...., judes banget sih"
Aku kembali mendahului viny untuk menghampiri motorku yang terparkir di depan warung.
"Nih..."
Aku langsung menyodorkan helm kearah viny yang baru saja tiba di parkiran.
"Pasangin dong....."
Aku langsung memakai helmku tanpa sama sekali menghiraukan godaan yang kembali dilancarkan viny, tanpa menunggu lama, aku memilih untuk naik keatas motorku sekaligus menekan tombol starter.
"Dih..., cuek banget"
Sebuah kekehan kembali keluar dari mulut viny setelah melancarkan godaannya kearahku untuk yang kesekian kalinya.
"Udah, cepet naik!!!"
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah depan setelah memberi instruksi kepada viny untuk naik keatas boncenganku.
"Kok malah diem?"
Aku kembali menoleh kearah viny yang ternyata sudah duduk di atas boncenganku setelah mendengar sebuah pertanyaan yang baru saja dilontarkannya.
"Ooohhh....., k k kirain belum naik"
Karena tidak ingin semakin terjebak dengan perasaan canggung yang saat ini benar-benar merasuki pikiranku, aku memilih untuk langsung menjalankan motorku setelah menjawab pertanyaan viny.
.
.
.
Aku langsung mengambil helm yang saat ini disidorkan viny kearahku.
"Yaudah mbak, aku balik dulu ya"
Aku memilih untuk langsung menstarter motorku setelah berpamitan kepada viny.
Tanpa menunggu persetujuan dari viny, aku mulai melajukan motorku untuk meninggakkan viny yang masih sibuk membuka kunci pagar.
"Eh......, bentar nat!!!......"
Laju motorku kembali terhenti setelah mendengar suara teriakannya, aku langsung memundurkan motorku untuk menghampiri viny yang masih berdiri di depan pagar rumahnya.
Aku: "kenapa lagi mbak?"
Viny: "besok jemput aku lagi ya..."
Aku hanya bisa menarik nafas panjang setelah mendengar permintaan yang kembali diucapkan viny.
"Emang besok kamu gak pulang bareng pak rio?"
Viny hanya merespon pertanyaanku dengan sebuah gelengan kecil.
"Emang besok mau kemana?"
Bibirnya kembali menyunggingkan seutas senyuman setelah mendengar pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Udah...., gak usah banyak nanya, jemput aja dulu...., aku ada sesuatu buat kamu....."
Gleeeek....
Aku hanya bisa meneguk ludahku setelah mendengar jawaban viny atas pertanyaanku, apalagi sekarang dia menatapku dengan matanya yang hampir tidak terlihat akibat tertutup oleh kedua pipinya yang juga terangkat keatas mengikuti kedua sudut bibirnya.
Yaa...., viny memang selalu terlihat cantik saat dia sedang tersenyum, seperti sekarang.
"Y y y yaudah mbak, besok aku jemput"
Aku lansung membuang pandangnku kearah lain setelah mengabulkan permintaannya.
"Yaudah mbak, aku balik ya...."
Setelah berpamitan untuk yang kedua kalinya, aku langsung melajukan motorku dan meninggalkan viny yang mungkin masih berdiri di depan pagar rumahnya.
Huuuuuuh.....
Lama-lama bahaya juga kalau terus-terusan kayak gini.
elitechild dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
