Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

auto.debus666Avatar border
TS
auto.debus666
Milenial Tampan Ikrar Syahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya
Milenial Tampan Ikrar Syahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya
KH. Nasikh Hidayatullah membimbing Khaneka Putra Yudistira mengikrarkan dua kalimat syahadat yang sebelumnya beragama Kristen. foto: MMA/ bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Para muallaf terus berdatangan ke Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Mereka satu per satu mengikrarkan dua kalimat syahadat. Yang menarik, dari mereka ternyata banyak yang milenial. Mereka mencari kebenaran, ketenangan, dan kedamaian batin.

Itulah yang diungkapkan Khaneka Putra Yudistira, anak muda kelahiran Kediri Jawa Timur pada 11 Nopember 1997.

Milenial berwajah tampan itu mengaku damai dalam Islam. Ia mengikrarkan kalimat syahadat di depan Imam Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, KH Nasikh Hidayatullah, Jumat (19/6/2020) usai salat Jumat.

Sebelum mengikrarkan dua kalimat syahadat, Kiai Nasikh bertanya, apa motivasinya masuk Islam. Ia mengaku melihat banyak orang Islam di lingkungannya yang tampak tenang dan damai. Akhirnya ia tertarik masuk Islam.

Ternyata setelah masuk Islam, ia benar-benar merasakan ketenangan.

“Saya merasa damai,” kata Khaneka Putra Yudistira kepada Kiai Nasikh. Kiai muda ini pun bertanya lagi. Apakah orang tuanya tahu kalau Khaneka mau masuk Islam. “Tahu,” jawab Khaneka.

“Apa agama sebelumnya,” tanya Kiai Nasikh lagi.

“Kristen,” jawab Khaneka. Milenial yang diantar beberapa kerabatnya itu kemudian mengungkapkan bahwa kedua orang tuanya beragama Kristen.

Milenial Tampan Ikrar Syahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

Kiai Nasikh bertanya lagi. “Sudah bisa baca syahadat? “Insyaallah,” jawab Khaneka. Kiai Nasikh langsung membimbing Khaneka membaca dua kalimat syahadat: Asyhadualla ilaha illallah, waasyhaduanna muhammadarrasulullah. “Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah,” kata Kiai Nasikh yang diikuti Khaneka.

Milenial Tampan Ikrar Syahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

Usai mengucapkan ikrar kalimat syahadat, Khaneka langsung menandatangani surat keterangan bahwa dia sudah beragama Islam. Surat keterangan itu diperkuat dua saksi yang masih kerabat Khaneka.

Kepada BANGSAONLINE.COM, Kiai Nasikh Hidayatullah mengatakan bahwa Khaneka menemukan Islam sebagai gama yang benar. “Dia kan banyak belajar dari saudaranya, temannya yang merasakan tenang. Dia menemukan kebenaran bahwa yang benar itu agama Islam,” kata Kiai Nasikh.

Karena itu, tegas Kiai Nasikh, pengelola Masjid Al-Akbar akan terus membimbing Khaneka agar imannya semakin kuat. (MMA)

source: https://m.bangsaonline.com/berita/75...akbar-surabaya

Alhamdulillah
nomorelies
trimusketeers
trimusketeers dan nomorelies memberi reputasi
0
2.5K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
istri.pedopilAvatar border
istri.pedopil
#1
Ternyata setelah masuk Islam, ia benar-benar merasakan ketenangan.

“Saya merasa damai,”


iyain ajalah


emoticon-Leh Uga

Quote:


Quote:



bu ely titip salam emoticon-Ngakak selamat datang katanya emoticon-Leh Uga



https://tirto.id/efSK     

Ely sesenggukan mengisahkan ibunya yang sakit, “Kasihan Nenek. Umurnya mungkin enggak lama lagi tapi dia harus ngalamin ini.”

Ibunya, yang ia panggil Nenek, berusia 80 tahun. Dua tahun terakhir Nenek sakit-sakitan. Kepayahan berjalan. Kakinya ngilu. Pinggangnya nyeri. Beberapa kali masuk rumah sakit, dokter cuma bilang penyakitnya adalah penyakit orang tua.

Nenek memutuskan tinggal bersama Ely, anak bungsunya. Nenek menjual rumahnya karena enggan tinggal sendiri dan kesepian. Membagi hasil penjualan rumah-memuat-kenangan-lebih-dari-50-tahun kepada empat anaknya, menyisihkan sedikit untuk disimpan—jaga-jaga buat pesta pemakaman.




Ely menyambut Nenek dengan gembira, betapapun keputusan itu jauh lebih kompleks dari kelihatannya.

Pertama, ia harus minta izin suaminya—dan ini bukan perkara mudah. Nenek dan suami Ely tidak terlalu akur meski mereka terlihat bertegur sapa saat tinggal di satu atap.

Kedua, Nenek beragama Kristen, sementara Ely dan keluarganya beragama Islam. Ini perkara lebih kompleks. Selain kepada suami, Ely harus mengantongi izin tiga saudara kandungnya yang beragama Kristen. Singkat cerita, Nenek tinggal bersama Ely selama enam-tujuh bulan, sebelum konflik itu datang.

Ely cekcok dengan suaminya. Sang suami yang religius merasa risih dengan mertua beda agama. “Mungkin dia juga masih dendam karena pada awal-awal pernikahan kami sering dapat perlakuan enggak enak dari Nenek,” kata Ely.

Nenek yang tahu diri akhirnya pamit ke rumah abang Ely.

Sayangnya, hubungan Ely buruk dengan abangnya. Jadi, ia cuma beberapa kali mengunjungi Nenek terutama ketika ibunya dibawa ke rumah saudaranya yang lain.

Sejak memutuskan pindah agama pada usia 20 tahun, dan sebentar lagi merayakan usia ke-49 pada tahun ini, perjalanan spiritual Ely bukanlah bak jalan tol yang mulus melainkan seperti air laut—bergelombang; pasang dan surut.

Sebelum masuk Islam dan menikah, Ely kabur dari rumah, dua tahun tak pernah bertemu Nenek sampai anaknya pertama Ely berusia enam bulan.

Meski akhirnya berbaikan, permasalahan beda agama sering memantik konflik. Pada awal-awal pernikahan, suaminya melarang Ely berlama-lama jika bertandang ke rumah Nenek. “Enggak baik. Kita sudah beda agama. Nanti ibadahmu susah, makanmu juga mesti dijaga,” kata Ely, mengulangi nasihat suaminya bak doktrin bertahun-tahun.

Konflik itu tak cuma antara Ely dan orang terdekatnya tapi dengan batin sendiri. Satu dekade kemudian, anak sulungnya pernah menemukan Ely pingsan sehabis salat magrib. Ely selalu menangis sampai lemas, tak sadarkan diri, bingung bagaimana mendoakan mendiang ayahnya yang baru saja meninggal.

Ayah mertua Ely yang seorang muslim pernah berkata doa seorang muslim tak akan sampai kepada orang selain Islam.


Ely gelisah. Sulit membayangkan ayahnya yang Kristen akan diperlakukan sebagaimana keyakinannya yang baru memperlakukan orang selain Islam. Ely meyakini ayahnya orang baik. “Dia pendiam, enggak pernah marah. Orang paling lemah lembut,” kata Ely.

Secara spiritual, ia meyakini janji-janji Allah dalam Alquran dan, demi menenangkan diri, ia percaya Tuhan itu Mahabaik.

Kegundahan spiritual itu lama dipendamnya. Ia takut bertanya kepada ustaz atau ustazah karena cemas mendengar jawaban yang tak ingin didengarnya. Maka, diam-diam, ia meyakini “Tuhan itu Mahabaik.” Menyerahkan urusan sampai-atau-tidaknya doa yang ia panjatkan untuk mendiang ayahnya kepada Tuhan semata.

rizaradri
666fapfap
666fapfap dan rizaradri memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.