Anepun mendekatkan kepala ane ke Mba Diah sehinggal dahi kami saling beradu, menggenggam erat tangan dia dengan lembut dan kemudian ……..
Ane melepaskannya, dan langsung mengambil gempolan cucian ane
Quote:
Ane : yuk , Mba, cus
Diah : eeehh.. ayoo dek
Kamipun menuju mobil dan jalan ke arah Jakarta. Sambil bersenda gurau berusaha menghilangkan kecanggungan yang barusan sempat terjadi.
Saat itu, ane memang sengaja menunjukan sifat ketertarikan ke Mba diah, Tapi hanya sebatas itu saja.ane tidak mau dianggap kurang ajar, Karena selain beliau atasan ane, Ane sudah menikah dan dia masih single. Yang terakhir, jika memang terjadi sesuatu seperti affair antara ane dan atasan ane ini. Akan sulit menghindari kecanggungan di kantor mengingat kami akan setiap hari ketemu. setelah ane anterin Mba Diah pulang, kami pun tidak sekedar salaman, Tapi berpisahnya dengan cupika cupiki yang cukup intens. Dia pun turun ke rumahnya, dan ane lanjutkan perjalanan ane ke kampung ane.
Dan benar saja, hari senin nya kami bertemu di kantor, kami sama sama sedang di tempat fotokopi, saling terdiam canggung, anepun membuka pembicaraan
Quote:
Ane : Mba, Maaf yah kalo aku kemaren ga sengaja lancang, maklum, udah ga pernah lagi deket ato bersentuhan sama cewe cantic hehehe
Diah : lancang apaan, ga kenapa napa koq Dek
Ane : masa sih, sori banget yah. Di maafin kan kemaren ga sengaja nyosor ke dirimu
Diah : iyah gpp koq .. karena ….
Diah : aku juga sebenernya mau koq (dengan suara pelan, berbisik lirih sambil pergi)
Ane hanya terdiam memandang tubuhnya yang seksi, sambil membayangkan yang tidak tidak. Tidak mengerti maksudnya mau itu apa? Tapi kalau di lihat dari Bahasa tubuhnya kelihatannya dia juga tertarik, tapi ane yang harus menahan diri. Inget dia manager, kalo kenapa napa bisa bisa ane di pecat, ga lucu 1 tahun pindah sampe 3 perusahaan.
Kejadian Mba Diah itu membuat ane berpikir, masih ada yah daya Tarik ane. meskipun ane sudah jadi cupu lagi. Tapi ane tidak mau berpikir macem macem, ane pun bekerja seperti biasa di perusahaan ini, dan berusaha tidak mencari masalah sama orang laen lagi. Mengingat karir ane di perusahaan ane terakhir cukup buruk, karena entah atasan ane yang baper, atau ane yang baper. Tergantung dari sudut pandang nya sih. Kalo dari sudut pandang ane sih atasan ane yang baper.
Kejadian dengan mba Diah sedikit membuka mata ane, ane yang awalnya sudah berusaha untuk menjadi suami yang setia mulai berpikir untuk mengevaluasi lagi pemikiran ane. meskipun ane sudah tidak seperti dulu, masih ada koq wanita menarik seperti mba Diah yang tertarik sama ane.
Hubungan ane dengan Selvi, boleh di bilang tidak membaik. Dari awal kami bertemu sampai sekarang, entah kenapa baik ane maupun Selvi sama sama tidak berusaha membuat saling mencintai. Persamaan kita memang cuman satu sih, sama sama anak sulung, sama sama keras dengan pemikiran kami masing masing. Sehingga mungkin itu penyebabnya, ane merasa tidak bisa mencintai selvi dengan tulus karena ane berpikir “kami harus menikah, bukan kami ingin menikah”, demikian juga dengan pemikiran Selvi. Mungkin dia juga berpikir hal yang sama. Keterpaksaan yang membuat hubungan kami tidak seperti kebanyakan orang lain yang menikah atas dasar Cinta.
Demikian juga dengan Hubungan Sex, memasuki tahun ke 3 pernikahan kami, kami berhubugan intim sangat jarang sekali. Bisa dihitung dengan jari malahan. Ane sendiri tidak tahu, apakah ada Riset nya atau tidak? Apakah ini efek samping dari menjadi pleiboi secara umum dan terjadi ke semua pleiboi atau hanya ane saja.
Setelah hubungan ini menjadi sah, dan sudah legal di mata agama atau hukum, ane malah merasa tidak ada tantangannya lagi. Tidak ada greget atau getaran apapun yang terjadi antara ane dan selvi sehingga hubungan kami selama hampir 3 tahun terakhir ini terasa hambar.
Termasuk komunikasi, komunikasi kami sebagai rumah tangga tidak intens, dia bisa berjam jam teleponan sama keluarganya di manado, tapi klo telepon sama ane 10 menit saja sudah bosan. Awalnya ane berpikir, yah di jalanin saja. Namanya hidup itu kan pilihan, dan ane sudah memilih, ditambah lagi kondisi fisi ane juga sudah tidak memadai untuk kembali menjadi F*C*boi, jadi lebih baik jalanin kehidupan seperti ini saja apa adanya.
Ane menjalanin kehidupan seperti ini. Sisa peninggalan harga dari bokap ane di gunakan untuk usaha. Setelah bokap meninggal tanpa di duga tabungan dan asetnya banyak, sampai akhirnya kami cairkan sebagian untuk biaya kuliah ade ane si ririn, sebagian di bagi rata ke keluarga untuk biaya hidup. Dan yang paling besar di gunakan untuk usaha bikin rumah makan di kampung ane.
Ane bekerja dengan normal, adik ane yang tadinya tidak ada pekerjaan akhirnya menjadi mengurus restoran dari aset peninggalan bokap. Semua berjalan dengan normal, meskipun kami sering LDR tapi praktis hubungan ane dengan Selvi tidak ada masalah yang signifikan. Hanya beberapa perdebatan sepele, yang tidak sampai ke pertengkaran rumah tangga. Sekalipun hambar, tapi ane menjalankan kehidupan dengan normal. Awalnya ane sudah merasa cukup dan jalani saja hidup seperti ini, ane pikir tidak ada masalah, sampai akhirnya ane bertemu dengan “Via”