- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#249
Spoiler for Part 86:
Part 86
"Pak rio gak ngajak pulang bareng emang mbak?"
Meskipun kemaren aku berkata tidak ketika viny memintaku untuk menjemputnya hari ini, kenyataannya siang ini aku sedang duduk bersamanya di salah satu restoran cepat saji yang tidak terlalu jauh dari kampus viny.
"Kemaren malem dia udah nawarin sih, tapi aku masih males aja"
Viny kembali meminum soda yang ada di tangannya setelah menjawab pertanyaanku.
"Lah..., kenapa lagi mbak?, bukannya kemaren udah nemu solusinya?"
Cukup lama aku menunggu viny menjawab pertanyaanku.
"Dih....., dikacangin"
Viny yang sedari tadi fokus dengan layar handphonennya langsung mengangkat kembali kepalanya.
"Sorry sorry nat...., ini lagi bahas tugas sama temen"
"Yaaa...., emang lagi males aja nat...."
Viny kembali mengalihkan pandangannya kelayar handphone setelah menjawab pertanyaanku.
"Dih..., aneh!!!"
Aku langsung mengambil handphoneku untuk mencari hiburan setelah menyadari viny yang saat ini tidak bisa di ajak berbicara.
"Mbak, lagi apa?"
Aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada beby sambil menunggu viny yang sampai saat ini masih sangat sibuk dengan handphoneya.
Tinggg....
"Lagi masak buat makan siang nih...."
"Tumben kamu chat aku duluan?, jadi tambah sayang, hehe ❤❤❤❤"
"Viny udah kamu jemput?"
Aku berhasil dibuat senyum-senyum sendiri setelah membaca pesan balasan ya g baru saja dikirimkan beby.
"Dih..., ada lope lopenya, hehe"
"Udah kok mbak, ni lagi makan sama mbak viny"
Cekreeeek.....
*send a photo*
Aku juga mengambil foto viny yang sedang sibuk dengan handphonenya, lalu mengirimkannya kepada beby.
Tinggg.....
"Iiihh..., romantis banget makan siang berdua, jadi ngiri deh
".
Lagi lagi pesan balasan yang dikirimkan beby berhasil membuatku tersenyum.
"Dih, jangan cemburu dong, kan kamu yang nyuruh aku jemput dia
"
"Makanya, cepetan kesini, nanti kita jalan-jalan lagi, mbak mau kemana aja aku turutin kok"
Tinggg....
"Hehehe, enggak kok nat, aku lebih seneng kamu nganter jemput viny daripada kamu nganter jemput cewek lain, jadi ada yang bisa ngawasin kamu kalo kamu nakal"
"Awas ya, jangan nakal!!! 👿👿👿"
"Nanti aku cium!!!"
Kali ini aku berhasil dibuat terkekeh setelah membaca pesan yang baru saja dikirimkan beby.
"Pengen dong dicium kamu 😋😋😋"
Tingggg.....
"Dih, mesum!!!"
Aku mengambil gelas yang ada di depanku sambil mengetik pesan balasan untuk kukirimkan kepada beby.
"Vin....."
Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku kearah sumber suara setelah mendengar ada seseorang yang memanggil nama viny dengan suara beratnya.
"E e ehh..., pak"
Viny langsung berdiri dan tersenyum manis kearah laki-laki yang tadi memanggil namanya.
"Kamu sama siapa vin?"
Sesekali viny melirik kearahku setelah laki-laki itu bertanya kepadanya.
"S s sama temen saya pak"
Suara viny terdengar agak sedikit panik saat menjawab pertanyaan laki-laki yang ada di hadapannya.
"Pak..., saya natha, temennya viny"
Akupun langsung beranjak dari tempat dudukku, lalu aku menjulurkan tanganku kearah laki-laki itu untuk membantu viny yang saat ini terlihat sangat gugup.
"Ooohhh..., iya mas, saya rio, dosennya viny"
Aku langsung membulatkan mulutku setelah mendengar jawaban laki-laki itu.
Aku berhasil dibuat terkejut setelah laki-laki itu menyebutkan namanya, untuk pertama kalinya aku melihat pak rio yang akhir-akhir ini sering diceritakan oleh viny secara langsung.
Saat pertama kali aku melihatnya, aku sempat tidak menyangka bahwa laki-laki itu adalah pak rio.
Bagaimana tidak, kemeja flanel kotak-kotak berwarna gelap, celana chino berwarna khaki dengan model slimfit, dan sepatu sneakers keluaran terbaru yang saat ini dikenakannya, sama sekali tidak mencerminkan penampilan seorang dosen pada umumnya.
Wajahnya yang memang masih terlihat sangat muda juga ikut mendukung opiniku bahwa dia bukan seseorang yang berprofesi sebagai dosen.
Sekarang aku percaya dengan cerita viny, pantas saja dia menjadi salah satu dosen terfavorit di kampusnya, khusus kalangan mahasiswi tentunya, eh, mungkin juga mahasiswa yang agak sedikit membelok juga menyukai pak dosen yang satu ini.
Wkwkwkwkwkwk.
Apalagi dia sudah mendapatkan gelar doktor di umurnya yang belum genap menginjak angka 30, itu kata viny sih.
"Ooohhh..., iya pak, pak rio ya?, viny pernah cerita kok sama saya"
Pak rio langsung melempar tatapan penuh tanya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
Gleeeekk.....
Aku langsung meneguk ludahku saat menyadari kesalahan pada kalimat yang baru saja kuucapkan.
Sekarang viny melempar tatapan tajamnya kearahku, sepertinya dia juga menyadari kesalahan yang baru saja kuperbuat.
"E e e eh..., iya pak, viny sering cerita tentang bapak sama saya, katanya bapak baik banget, cara ngajarnya enak, jadi dia suka diajar sama bapak"
Tapi aku tetap mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak terjadi kesalah pahaman di antara mereka.
Pak rio: "oalah...., gitu ya mas, yaudah, monggo dilanjut, saya mau makan siang dulu"
Aku: "silahkan pak, oh iya, kalo bapak mau gabung sama kita buat duduk di sini gakpapa kok"
Pak rio: "gak ganggu kalian mas?"
Aku: "enggak pak, santai aja"
Pak ro: "yaudah, kalo gitu saya mesen dulu ya, nanti saya kesini lagi"
Aku: "iya pak, silahkan"
Pak rio langsung berjalan menjauhi kami untuk memesan makan siangnya.
"Iiisshh...., apa-apaan sih nat?!, kita kan udah mau pulang?!"
"Ngapain kamu nyuruh dia duduk sama kita?!"
Aku hanya menjawab omelan demi omelan yang keluar dari mulut viny dengan sebuah kekehan kecil, sekarang wajahnya terlihat sangat kesal.
"Iiisshhh....., cari gara-gara aja kamu nat!!!, awas ya!!!"
Viny berkata seperti itu sambil melotot kearahku, sepertinya dia benar-benar kesal.
Aku: yaudah sih mbak, ngobrol-ngobrol bentar"
Viny: "ngeselin banget sih!!!, tau ah!!!"
Viny langsung menghempaskan tubuhnya keatas kursi sambil terus melancarkan berbagai macam protes kearahku.
"Yaelah..., ngambekan banget sih"
Puuuuk.....
Viny langsung melemparkan gunpalan tisu kearahku dengan wajah kesal setelah aku menyelesaikan kalimatku.
"Diem!!!"
Viny langsung menyilangkan tangan di atas perutnya setelah membentakku, Kedaan senpat menjadi hening setelah aku tidak lagi berani mengajak viny berbicara.
"Misi ya mas, vin, saya makan di sini ya"
Suara pak rio yang saat ini sudah berdiri di hadapan kami berhasil memecah suasana hening yang sempat tercipta sebelumnya.
Viny langsung menurunkan tangannya sembari membuang wajah kesalnya setelah menyadari keberadaan pak rio di antara kami.
"Iya, silahkan pak"
Pak rio langsung meletakkan nampan yang ada di tangannya keatas meja, sesaat setelah pak rio meletakkan makanannya, dia langsung mengambil tempat untuk duduk tepat di samping viny yang saat ini berada di seberangku.
Pak rio: "mas, vin, saya makan ya?"
Aku: "silahkan pak"
Viny: "e e ehhh..., iya pak"
Suasana sempat terasa canggung setelah pak rio mulai menyantap burger yang ada di tangannya karena tidak ada salah satu dari kami yang berinisiatif untuk memulai percakpan.
"Oh iya vin, kamu ada acara apa emang hari ini?, kok dari kemaren gak bisa terus waktu saya ajak pulang bareng?"
Pak rio melontarkan pertanyaan kepada viny setelah menelan burger yang sebelumnya masih memenuhi mulutnya.
"I i i ini pak, j j jadi...."
Karena aku merasa kasihan dengan viny yang saat ini terlihat tidak mampu untuk mengendalikan diri, akupun memutuskan untuk membantu viny menjawab pertanyaan dari pak rio.
"Maaf pak sebelumnya, jadi, hari ini sama kemaren saya minta temenin viny nyari kado buat pacar saya yang bentar lagi wisuda bareng viny, saya minta tolong sama viny soalnya viny ini temen baik pacar saya pak"
Pak rio langsung mengangguk paham seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar penjelasanku.
"Kemaren belum dapet pak, makanya hari ini lanjut nyari, maklum pak, budget pas-pasan tapi mau nyari kado yang bagus"
Aku mencoba untuk melemparkan sedikit candaan agar suasana tidak begitu canggung.
Sontak pak rio langsung terkekeh setelah mendengar lanjutan dari kalimatku.
"Bisa aja kamu mas..."
"Berarti kamu kenal viny dari pacarmu ya mas?".
Pak rio kembali bertanya sembari melanjutkan makan siangnya.
"Enggak sih pak, sebenarnya saya kenal sama viny barengan sama daya kenal sama pacar saya"
"Waktu itu mereka berdua penelitian skripsinya di lab saya"
Pak rio kembali menganggukkan kepalanya seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar jawabanku.
"Berarti pacar kamu itu temennya viny yang dulu tinggal satu rumah sama viny ya?"
"Berarti kamu anak perminyakan U*N ya?"
Pak rio kembali melontarkan pertanyaan kearahku dengan wajah antusias.
"Nah...., bener banget pak"
Akupun tidak kalah antusias saat menjawab pertanyaannya, mungkin dia merasa lega setelah mengetahui posisiku saat ini, begitu juga denganku.
Setidaknya, dia tidak akan salah paham dan curiga kepada viny setelah mengetahui posisiku yang saat ini sudah memiliki seorang kekasih.
"Oh iya iya iya...., viny pernah cerita kok sama saya"
"Berarti kalian sekarang lagi LDR ya?"
Aku menganggukkan kepalaku terlebih dahulu sebeluma menjawab pertanyaan pak rio.
"Iya pak, lagi di bandung dia sekarang"
Pak rio kembali menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawabanku.
"Dulu saya sempet neliti masalah LDR waktu saya nyusun tesis"
Aku mencoba memasang wajah antusias setelah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan pak rio.
"Wah, gimana tuh pak?"
Dia langsung menjelaskan dengan panjang lebar tentang tesisnya yang membahas hubungan jarak jauh itu dengan wajah yang terlihat sangat antusias.
Akupun mencoba untuk menyimak semua penjelasan yang keluar dari mulut pak rio, ya...., meskipun ada beberapa hal yang sebenarnya kurang bisa kupahami karena pak rio menggunakan kata-kata yang terlalu baku, aku tetap menganggukkan kepalaku setiap kali pak rio melontarkan kalimatnya.
"Soalnya konflik sendiri bisa didefinisikan sebagai
hubungan antara dua pihak atau
lebih yang memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran yang tidak sejalan"
"Kalau buat anak-anak SMP atau SMA memang susah mas, mereka masih belum terlalu bisa ngerti keadaan"
"Tapi kalau udah seumuran kamu, kemungkinan untuk terjadinya konflik memang lebih minim mas"
"Tapi itu bisa terjadi kalau masing-masing dari kalian kurang bisa menjabarkan dan menangkap keadaan kalian masing-masing satu sama lain"
Aku masih menyedot minumanku sambil terus mendengarkan penjelasan dari pak rio.
"Intinya gitu sih mas, gampangnya kalian harus bisa ngerti satu sama lain"
Sesekali aku mengalihkan pandanganku kearah viny yang sedang menopang dagunya sambil menatap pak rio yang ada di sampingnya.
Meskipun viny terlihat serius selama menyimak penjelasan yang diberikan pak rio, namun aku dapat melihat sorot bosan di matanya.
Hmmmmm......
Sepertinya sekarang aku benar-benar memahami tentang keluhan yang kemaren sempat viny ceritakan.
Bagaimana tidak, aku yang merasa tidak terlalu canggung saja cukup merasa kesulitan untuk menemukan waktu dan celah yang tepat agar bisa mengalihkan topik pembicaraan kali ini, apalagi viny yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswanya.
"Wah, keren ya pak, tesis bapak bisa bahas masalah-masalah kekinian kayak gini"
Aku kembali buka suara setelah pak rio menyelesaikan penjelasannya.
"Iya mas, karena saya ini konsentrasinya psikologi konseling, jadi harus sering-sering ngangkat masalah-masalah sosial yang bersifat umum kayak gini mas, terutama masalah anak muda yang kekinian"
Pak rio kembali menimpali kalimatku dengan antusias sambil sesekali memakan kentang goreng yang ada di tangannya.
"Oooohhh...., iya sih pak, bener juga"
Aku juga mengangguk kecil sembari membulatkan mulutku setelah mendengar jawaban yang disampaikan pak rio.
"Oh iya pak, saya sama viny izin buat pamit dulu, soalnya mau langsung nyari kado lagi abis ini, takut kesorean"
Aku memilih untuk izin berpamitan kepada pak rio setelah melihat raut bosan yang tercetak jelas pada wajah viny.
"Oh iya mas, gakpapa kok, duluan aja"
Aku langsung bangkit dari dudukku setelah pak rio mempersilahkan kami untuk pulang terlebih dahulu, begitu juga dengan viny, dia langsung bangkit dari duduknya setelah melihatku yang sudah berdiri terlebih dahulu.
"Maaf ya pak, saya pinjem dulu vinynya besok saya kembaliin kok...."
Sontak pak rio langsung terkejut setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan, tapi dia coba menutupinya dengan sebuah kekehan kecil.
"Ah.., bisa aja kamu mas"
Akupun mulai mengambil handphone dan dompetku yang masih tergeletak di atas meja.
"Yaudah pak, saya duluan ya pak"
Akupun mulai berjalan memutari meja untuk menghampiri viny yang ada di seberangku.
"Saya juga duluan ya pak kalau gitu"
Akhirnya viny kembali buka suara setelah aku menyenggol tangannya dengan lenganku.
"Oh, iya vin, hati-hati ya...."
.
.
.
Meskipun sampai saat ini viny masih belum mau berbicara denganku, tapi dia tetap mempersilahkanku untuk masuk kedalam rumahnya, dia juga menyuguhiku beberapa cemilan dan sebotol teh kemasan.
"Mbak...., udahan napa ngambeknya, masa ngambek terus sih?"
Viny berlalu begitu saja tanpa sama sekali menghiraukan kalimatku.
Triiiing..... Triiiing..... Triiiiing.....
Aku langsung mengambil handphoneku di dalam saku celana jeans yang sedang kukenakan.
Aku langsung mengangkat panggilan telpon yang baru saja masuk setelah melihat nama beby muncul di layar handphoneku.
"Iiiisshhh....., kok chat aku gak dibales sih nat?, kamu habis dari mana?"
Sekarang aku dapat mendengar suara beby yang sepertinya sedang kesal.
"Ini baru sampai di rumah mbak, ya habis makan siang sama viny"
Aku menjawab pertanyaan beby dengan nada yang kubuat selembut mungkin.
"Kok lama banget sih?!, kemana lagi kamu habis nganterin viny?!"
Aku langsung menarik nafas panjang setelah mendengar beby yang melontarkan pertanyaannya dengan nada ketus.
Huuuuh......
Selalu saja seperti ini, setiap kali aku tidak ada kabar, beby pasti akan langsung mengomel dan melontarkan berbagai macam pertanyaan kepadaku
Jujur, hal ini terkadang membuatku menjadi kesal sendiri, bagaimana tidak, masa aku harus standby 24 jam untuk membalas pesan dan mengangkat telponnya, seperti aku tidak ada kegiatan lagi saja.
Apalagi, setelah aku terlambat membalas pesan ataupun mengangkat telponnya, dia selalu melontarkan berbagai macam pertanyaan yang terdengar seolah-olah menuduhku sudah melakukan hal yang tidak-tidak di belakangnya.
"Mbaaak....., panjang ceritanya tadi....."
Aku masih mencoba sabar dengan sikap beby saat ini.
"Nah....., ini udah ada mbak vinynya, coba mbak tanya sendiri deh"
Viny langsung menoleh kearahku setelah mendengarku menyebutkan namanya.
"Mbak...., ini mbak beby mau ngomong"
Aku langsung menyodorkan handphoneku kearah viny sambil memohon kepadanya agar mau membantuku.
"Mbaaak...., please...., iya deh...., aku minta maaf yang tadi, bantuin aku mbak....."
Viny langsung mendengus kasar sembari memasang wajah malasnya setelah mendengar permohonanku.
"Yaudah, sini"
Vinypun mengambil handphone yang kusodorkan kepadanya, lalu dia mulai berbicara dan menjelaskan apa saja yang membuat kami pulang terlambat siang ini kepada beby.
"Iya beb..., emang ngeselin banget pacar kamu ini!!!"
"Padahal kita udah mau balik, eh, dia malah nyuruh dosen aku buat duduk sama kita, habis itu dia mancing dosen aku buat ngomong masalah tesisnya lagi, udah tau dosen aku kayak gitu, kan jadi panjang omongonnya"
"Udah nungguin lama, posisi aku juga jadi akward banget kan"
"Makanya, ini lagi aku diemin dia sekarang"
"Marahin aja beb, emang nyebelin pacar kamu ini"
Untungnya viny bisa menjelaskan semuanya kepada beby dengan sangat baik, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi menjelaskannya setelah ini.
"Nih...."
Viny kembali menyodorkan handphone yang ada di tangannya kearahku.
"Halo...., mbak...., tuh...., udah paham kan?"
Aku kembali berbicara kepada beby yang ada di seberang sana untuk memastikan bahwa dia sudah memahami kondisiku saat ini.
"Iya nat, lagian, kamu sih gak bales chat aku, aku jadi curiga kan!!!"
Aku kembali menghela nafas panjang setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut beby.
"Iya mbak...."
Aku hanya meng iya kan kalimat yang baru saja diucapkan beby.
Beby: "iya iya doang, besok diulangin lagi, kebiasaan banget kamu nat!!!"
Aku: "iya mbak...."
Beby: "iiissshh...., nyebelin...., udah ah!!!, nanti malem aku telpon!!!, awas gak ngangkat!!!"
Aku: "iya mbak...."
Beby langsung memutuskan panggilan kami setelah menerima jawaban "iya mbak" dariku untuk yang kesekian kalinya.
"Hadeeeh...., ribet banget sih jadi orang!!!"
Aku hanya bisa menarik nafas panjang sembari menghempaskan punggungku keatas dinding sofa yang berada di belakangku.
.
.
.
"Pak rio gak ngajak pulang bareng emang mbak?"
Meskipun kemaren aku berkata tidak ketika viny memintaku untuk menjemputnya hari ini, kenyataannya siang ini aku sedang duduk bersamanya di salah satu restoran cepat saji yang tidak terlalu jauh dari kampus viny.
"Kemaren malem dia udah nawarin sih, tapi aku masih males aja"
Viny kembali meminum soda yang ada di tangannya setelah menjawab pertanyaanku.
"Lah..., kenapa lagi mbak?, bukannya kemaren udah nemu solusinya?"
Cukup lama aku menunggu viny menjawab pertanyaanku.
"Dih....., dikacangin"
Viny yang sedari tadi fokus dengan layar handphonennya langsung mengangkat kembali kepalanya.
"Sorry sorry nat...., ini lagi bahas tugas sama temen"
"Yaaa...., emang lagi males aja nat...."
Viny kembali mengalihkan pandangannya kelayar handphone setelah menjawab pertanyaanku.
"Dih..., aneh!!!"
Aku langsung mengambil handphoneku untuk mencari hiburan setelah menyadari viny yang saat ini tidak bisa di ajak berbicara.
"Mbak, lagi apa?"
Aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada beby sambil menunggu viny yang sampai saat ini masih sangat sibuk dengan handphoneya.
Tinggg....
"Lagi masak buat makan siang nih...."
"Tumben kamu chat aku duluan?, jadi tambah sayang, hehe ❤❤❤❤"
"Viny udah kamu jemput?"
Aku berhasil dibuat senyum-senyum sendiri setelah membaca pesan balasan ya g baru saja dikirimkan beby.
"Dih..., ada lope lopenya, hehe"
"Udah kok mbak, ni lagi makan sama mbak viny"
Cekreeeek.....
*send a photo*
Aku juga mengambil foto viny yang sedang sibuk dengan handphonenya, lalu mengirimkannya kepada beby.
Tinggg.....
"Iiihh..., romantis banget makan siang berdua, jadi ngiri deh
".Lagi lagi pesan balasan yang dikirimkan beby berhasil membuatku tersenyum.
"Dih, jangan cemburu dong, kan kamu yang nyuruh aku jemput dia
""Makanya, cepetan kesini, nanti kita jalan-jalan lagi, mbak mau kemana aja aku turutin kok"
Tinggg....
"Hehehe, enggak kok nat, aku lebih seneng kamu nganter jemput viny daripada kamu nganter jemput cewek lain, jadi ada yang bisa ngawasin kamu kalo kamu nakal"
"Awas ya, jangan nakal!!! 👿👿👿"
"Nanti aku cium!!!"
Kali ini aku berhasil dibuat terkekeh setelah membaca pesan yang baru saja dikirimkan beby.
"Pengen dong dicium kamu 😋😋😋"
Tingggg.....
"Dih, mesum!!!"
Aku mengambil gelas yang ada di depanku sambil mengetik pesan balasan untuk kukirimkan kepada beby.
"Vin....."
Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku kearah sumber suara setelah mendengar ada seseorang yang memanggil nama viny dengan suara beratnya.
"E e ehh..., pak"
Viny langsung berdiri dan tersenyum manis kearah laki-laki yang tadi memanggil namanya.
"Kamu sama siapa vin?"
Sesekali viny melirik kearahku setelah laki-laki itu bertanya kepadanya.
"S s sama temen saya pak"
Suara viny terdengar agak sedikit panik saat menjawab pertanyaan laki-laki yang ada di hadapannya.
"Pak..., saya natha, temennya viny"
Akupun langsung beranjak dari tempat dudukku, lalu aku menjulurkan tanganku kearah laki-laki itu untuk membantu viny yang saat ini terlihat sangat gugup.
"Ooohhh..., iya mas, saya rio, dosennya viny"
Aku langsung membulatkan mulutku setelah mendengar jawaban laki-laki itu.
Aku berhasil dibuat terkejut setelah laki-laki itu menyebutkan namanya, untuk pertama kalinya aku melihat pak rio yang akhir-akhir ini sering diceritakan oleh viny secara langsung.
Saat pertama kali aku melihatnya, aku sempat tidak menyangka bahwa laki-laki itu adalah pak rio.
Bagaimana tidak, kemeja flanel kotak-kotak berwarna gelap, celana chino berwarna khaki dengan model slimfit, dan sepatu sneakers keluaran terbaru yang saat ini dikenakannya, sama sekali tidak mencerminkan penampilan seorang dosen pada umumnya.
Wajahnya yang memang masih terlihat sangat muda juga ikut mendukung opiniku bahwa dia bukan seseorang yang berprofesi sebagai dosen.
Sekarang aku percaya dengan cerita viny, pantas saja dia menjadi salah satu dosen terfavorit di kampusnya, khusus kalangan mahasiswi tentunya, eh, mungkin juga mahasiswa yang agak sedikit membelok juga menyukai pak dosen yang satu ini.
Wkwkwkwkwkwk.
Apalagi dia sudah mendapatkan gelar doktor di umurnya yang belum genap menginjak angka 30, itu kata viny sih.
"Ooohhh..., iya pak, pak rio ya?, viny pernah cerita kok sama saya"
Pak rio langsung melempar tatapan penuh tanya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
Gleeeekk.....
Aku langsung meneguk ludahku saat menyadari kesalahan pada kalimat yang baru saja kuucapkan.
Sekarang viny melempar tatapan tajamnya kearahku, sepertinya dia juga menyadari kesalahan yang baru saja kuperbuat.
"E e e eh..., iya pak, viny sering cerita tentang bapak sama saya, katanya bapak baik banget, cara ngajarnya enak, jadi dia suka diajar sama bapak"
Tapi aku tetap mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak terjadi kesalah pahaman di antara mereka.
Pak rio: "oalah...., gitu ya mas, yaudah, monggo dilanjut, saya mau makan siang dulu"
Aku: "silahkan pak, oh iya, kalo bapak mau gabung sama kita buat duduk di sini gakpapa kok"
Pak rio: "gak ganggu kalian mas?"
Aku: "enggak pak, santai aja"
Pak ro: "yaudah, kalo gitu saya mesen dulu ya, nanti saya kesini lagi"
Aku: "iya pak, silahkan"
Pak rio langsung berjalan menjauhi kami untuk memesan makan siangnya.
"Iiisshh...., apa-apaan sih nat?!, kita kan udah mau pulang?!"
"Ngapain kamu nyuruh dia duduk sama kita?!"
Aku hanya menjawab omelan demi omelan yang keluar dari mulut viny dengan sebuah kekehan kecil, sekarang wajahnya terlihat sangat kesal.
"Iiisshhh....., cari gara-gara aja kamu nat!!!, awas ya!!!"
Viny berkata seperti itu sambil melotot kearahku, sepertinya dia benar-benar kesal.
Aku: yaudah sih mbak, ngobrol-ngobrol bentar"
Viny: "ngeselin banget sih!!!, tau ah!!!"
Viny langsung menghempaskan tubuhnya keatas kursi sambil terus melancarkan berbagai macam protes kearahku.
"Yaelah..., ngambekan banget sih"
Puuuuk.....
Viny langsung melemparkan gunpalan tisu kearahku dengan wajah kesal setelah aku menyelesaikan kalimatku.
"Diem!!!"
Viny langsung menyilangkan tangan di atas perutnya setelah membentakku, Kedaan senpat menjadi hening setelah aku tidak lagi berani mengajak viny berbicara.
"Misi ya mas, vin, saya makan di sini ya"
Suara pak rio yang saat ini sudah berdiri di hadapan kami berhasil memecah suasana hening yang sempat tercipta sebelumnya.
Viny langsung menurunkan tangannya sembari membuang wajah kesalnya setelah menyadari keberadaan pak rio di antara kami.
"Iya, silahkan pak"
Pak rio langsung meletakkan nampan yang ada di tangannya keatas meja, sesaat setelah pak rio meletakkan makanannya, dia langsung mengambil tempat untuk duduk tepat di samping viny yang saat ini berada di seberangku.
Pak rio: "mas, vin, saya makan ya?"
Aku: "silahkan pak"
Viny: "e e ehhh..., iya pak"
Suasana sempat terasa canggung setelah pak rio mulai menyantap burger yang ada di tangannya karena tidak ada salah satu dari kami yang berinisiatif untuk memulai percakpan.
"Oh iya vin, kamu ada acara apa emang hari ini?, kok dari kemaren gak bisa terus waktu saya ajak pulang bareng?"
Pak rio melontarkan pertanyaan kepada viny setelah menelan burger yang sebelumnya masih memenuhi mulutnya.
"I i i ini pak, j j jadi...."
Karena aku merasa kasihan dengan viny yang saat ini terlihat tidak mampu untuk mengendalikan diri, akupun memutuskan untuk membantu viny menjawab pertanyaan dari pak rio.
"Maaf pak sebelumnya, jadi, hari ini sama kemaren saya minta temenin viny nyari kado buat pacar saya yang bentar lagi wisuda bareng viny, saya minta tolong sama viny soalnya viny ini temen baik pacar saya pak"
Pak rio langsung mengangguk paham seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar penjelasanku.
"Kemaren belum dapet pak, makanya hari ini lanjut nyari, maklum pak, budget pas-pasan tapi mau nyari kado yang bagus"
Aku mencoba untuk melemparkan sedikit candaan agar suasana tidak begitu canggung.
Sontak pak rio langsung terkekeh setelah mendengar lanjutan dari kalimatku.
"Bisa aja kamu mas..."
"Berarti kamu kenal viny dari pacarmu ya mas?".
Pak rio kembali bertanya sembari melanjutkan makan siangnya.
"Enggak sih pak, sebenarnya saya kenal sama viny barengan sama daya kenal sama pacar saya"
"Waktu itu mereka berdua penelitian skripsinya di lab saya"
Pak rio kembali menganggukkan kepalanya seraya membulatkan mulutnya setelah mendengar jawabanku.
"Berarti pacar kamu itu temennya viny yang dulu tinggal satu rumah sama viny ya?"
"Berarti kamu anak perminyakan U*N ya?"
Pak rio kembali melontarkan pertanyaan kearahku dengan wajah antusias.
"Nah...., bener banget pak"
Akupun tidak kalah antusias saat menjawab pertanyaannya, mungkin dia merasa lega setelah mengetahui posisiku saat ini, begitu juga denganku.
Setidaknya, dia tidak akan salah paham dan curiga kepada viny setelah mengetahui posisiku yang saat ini sudah memiliki seorang kekasih.
"Oh iya iya iya...., viny pernah cerita kok sama saya"
"Berarti kalian sekarang lagi LDR ya?"
Aku menganggukkan kepalaku terlebih dahulu sebeluma menjawab pertanyaan pak rio.
"Iya pak, lagi di bandung dia sekarang"
Pak rio kembali menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawabanku.
"Dulu saya sempet neliti masalah LDR waktu saya nyusun tesis"
Aku mencoba memasang wajah antusias setelah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan pak rio.
"Wah, gimana tuh pak?"
Dia langsung menjelaskan dengan panjang lebar tentang tesisnya yang membahas hubungan jarak jauh itu dengan wajah yang terlihat sangat antusias.
Akupun mencoba untuk menyimak semua penjelasan yang keluar dari mulut pak rio, ya...., meskipun ada beberapa hal yang sebenarnya kurang bisa kupahami karena pak rio menggunakan kata-kata yang terlalu baku, aku tetap menganggukkan kepalaku setiap kali pak rio melontarkan kalimatnya.
"Soalnya konflik sendiri bisa didefinisikan sebagai
hubungan antara dua pihak atau
lebih yang memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran yang tidak sejalan"
"Kalau buat anak-anak SMP atau SMA memang susah mas, mereka masih belum terlalu bisa ngerti keadaan"
"Tapi kalau udah seumuran kamu, kemungkinan untuk terjadinya konflik memang lebih minim mas"
"Tapi itu bisa terjadi kalau masing-masing dari kalian kurang bisa menjabarkan dan menangkap keadaan kalian masing-masing satu sama lain"
Aku masih menyedot minumanku sambil terus mendengarkan penjelasan dari pak rio.
"Intinya gitu sih mas, gampangnya kalian harus bisa ngerti satu sama lain"
Sesekali aku mengalihkan pandanganku kearah viny yang sedang menopang dagunya sambil menatap pak rio yang ada di sampingnya.
Meskipun viny terlihat serius selama menyimak penjelasan yang diberikan pak rio, namun aku dapat melihat sorot bosan di matanya.
Hmmmmm......
Sepertinya sekarang aku benar-benar memahami tentang keluhan yang kemaren sempat viny ceritakan.
Bagaimana tidak, aku yang merasa tidak terlalu canggung saja cukup merasa kesulitan untuk menemukan waktu dan celah yang tepat agar bisa mengalihkan topik pembicaraan kali ini, apalagi viny yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswanya.
"Wah, keren ya pak, tesis bapak bisa bahas masalah-masalah kekinian kayak gini"
Aku kembali buka suara setelah pak rio menyelesaikan penjelasannya.
"Iya mas, karena saya ini konsentrasinya psikologi konseling, jadi harus sering-sering ngangkat masalah-masalah sosial yang bersifat umum kayak gini mas, terutama masalah anak muda yang kekinian"
Pak rio kembali menimpali kalimatku dengan antusias sambil sesekali memakan kentang goreng yang ada di tangannya.
"Oooohhh...., iya sih pak, bener juga"
Aku juga mengangguk kecil sembari membulatkan mulutku setelah mendengar jawaban yang disampaikan pak rio.
"Oh iya pak, saya sama viny izin buat pamit dulu, soalnya mau langsung nyari kado lagi abis ini, takut kesorean"
Aku memilih untuk izin berpamitan kepada pak rio setelah melihat raut bosan yang tercetak jelas pada wajah viny.
"Oh iya mas, gakpapa kok, duluan aja"
Aku langsung bangkit dari dudukku setelah pak rio mempersilahkan kami untuk pulang terlebih dahulu, begitu juga dengan viny, dia langsung bangkit dari duduknya setelah melihatku yang sudah berdiri terlebih dahulu.
"Maaf ya pak, saya pinjem dulu vinynya besok saya kembaliin kok...."
Sontak pak rio langsung terkejut setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan, tapi dia coba menutupinya dengan sebuah kekehan kecil.
"Ah.., bisa aja kamu mas"
Akupun mulai mengambil handphone dan dompetku yang masih tergeletak di atas meja.
"Yaudah pak, saya duluan ya pak"
Akupun mulai berjalan memutari meja untuk menghampiri viny yang ada di seberangku.
"Saya juga duluan ya pak kalau gitu"
Akhirnya viny kembali buka suara setelah aku menyenggol tangannya dengan lenganku.
"Oh, iya vin, hati-hati ya...."
.
.
.
Meskipun sampai saat ini viny masih belum mau berbicara denganku, tapi dia tetap mempersilahkanku untuk masuk kedalam rumahnya, dia juga menyuguhiku beberapa cemilan dan sebotol teh kemasan.
"Mbak...., udahan napa ngambeknya, masa ngambek terus sih?"
Viny berlalu begitu saja tanpa sama sekali menghiraukan kalimatku.
Triiiing..... Triiiing..... Triiiiing.....
Aku langsung mengambil handphoneku di dalam saku celana jeans yang sedang kukenakan.
Aku langsung mengangkat panggilan telpon yang baru saja masuk setelah melihat nama beby muncul di layar handphoneku.
"Iiiisshhh....., kok chat aku gak dibales sih nat?, kamu habis dari mana?"
Sekarang aku dapat mendengar suara beby yang sepertinya sedang kesal.
"Ini baru sampai di rumah mbak, ya habis makan siang sama viny"
Aku menjawab pertanyaan beby dengan nada yang kubuat selembut mungkin.
"Kok lama banget sih?!, kemana lagi kamu habis nganterin viny?!"
Aku langsung menarik nafas panjang setelah mendengar beby yang melontarkan pertanyaannya dengan nada ketus.
Huuuuh......
Selalu saja seperti ini, setiap kali aku tidak ada kabar, beby pasti akan langsung mengomel dan melontarkan berbagai macam pertanyaan kepadaku
Jujur, hal ini terkadang membuatku menjadi kesal sendiri, bagaimana tidak, masa aku harus standby 24 jam untuk membalas pesan dan mengangkat telponnya, seperti aku tidak ada kegiatan lagi saja.
Apalagi, setelah aku terlambat membalas pesan ataupun mengangkat telponnya, dia selalu melontarkan berbagai macam pertanyaan yang terdengar seolah-olah menuduhku sudah melakukan hal yang tidak-tidak di belakangnya.
"Mbaaak....., panjang ceritanya tadi....."
Aku masih mencoba sabar dengan sikap beby saat ini.
"Nah....., ini udah ada mbak vinynya, coba mbak tanya sendiri deh"
Viny langsung menoleh kearahku setelah mendengarku menyebutkan namanya.
"Mbak...., ini mbak beby mau ngomong"
Aku langsung menyodorkan handphoneku kearah viny sambil memohon kepadanya agar mau membantuku.
"Mbaaak...., please...., iya deh...., aku minta maaf yang tadi, bantuin aku mbak....."
Viny langsung mendengus kasar sembari memasang wajah malasnya setelah mendengar permohonanku.
"Yaudah, sini"
Vinypun mengambil handphone yang kusodorkan kepadanya, lalu dia mulai berbicara dan menjelaskan apa saja yang membuat kami pulang terlambat siang ini kepada beby.
"Iya beb..., emang ngeselin banget pacar kamu ini!!!"
"Padahal kita udah mau balik, eh, dia malah nyuruh dosen aku buat duduk sama kita, habis itu dia mancing dosen aku buat ngomong masalah tesisnya lagi, udah tau dosen aku kayak gitu, kan jadi panjang omongonnya"
"Udah nungguin lama, posisi aku juga jadi akward banget kan"
"Makanya, ini lagi aku diemin dia sekarang"
"Marahin aja beb, emang nyebelin pacar kamu ini"
Untungnya viny bisa menjelaskan semuanya kepada beby dengan sangat baik, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi menjelaskannya setelah ini.
"Nih...."
Viny kembali menyodorkan handphone yang ada di tangannya kearahku.
"Halo...., mbak...., tuh...., udah paham kan?"
Aku kembali berbicara kepada beby yang ada di seberang sana untuk memastikan bahwa dia sudah memahami kondisiku saat ini.
"Iya nat, lagian, kamu sih gak bales chat aku, aku jadi curiga kan!!!"
Aku kembali menghela nafas panjang setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut beby.
"Iya mbak...."
Aku hanya meng iya kan kalimat yang baru saja diucapkan beby.
Beby: "iya iya doang, besok diulangin lagi, kebiasaan banget kamu nat!!!"
Aku: "iya mbak...."
Beby: "iiissshh...., nyebelin...., udah ah!!!, nanti malem aku telpon!!!, awas gak ngangkat!!!"
Aku: "iya mbak...."
Beby langsung memutuskan panggilan kami setelah menerima jawaban "iya mbak" dariku untuk yang kesekian kalinya.
"Hadeeeh...., ribet banget sih jadi orang!!!"
Aku hanya bisa menarik nafas panjang sembari menghempaskan punggungku keatas dinding sofa yang berada di belakangku.
.
.
.
Diubah oleh akmal162 18-06-2020 04:38
Daffa.O.F dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
