Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Lockdown666Avatar border
TS
Lockdown666
Covid-19 Beijing Makin Tinggi, Ekonomi China Terganggu Lagi?
Covid-19 Beijing Makin Tinggi, Ekonomi China Terganggu Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus terjangkit virus corona (COVID-19) baru mulai bermunculan kembali di China. Setelah lebih dari 50 hari tanpa adanya kasus domestik baru, China melaporkan total 106 kasus baru yang dikonfirmasi dalam lima hari.

Sebagian besar kasus terjangkit tersebut muncul di pasar grosir utama Xinfadi, yang terletak di pinggiran kota, sekitar 14 kilometer barat daya Lapangan Tiananmen di pusat Beijing. Pihak berwenang China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum secara terbuka menunjukkan sumber kluster terbaru.

"Karena Xinfadi adalah pasar petani terbesar di Cina Utara, penutupannya akan meningkatkan inflasi makanan dan menekan bisnis restoran," kata Dan Wang, seorang analis di The Economist Intelligence Unit (EIU), dikutip dari CNBC Internasional.


Quote:


EIU mengeluarkan laporan minggu lalu yang memprediksi tingkat pengangguran di perkotaan sebesar 10% dan kontraksi 8% dalam penjualan ritel di China tahun ini. China, sebagai ekonomi terbesar kedua dunia juga mengalami kontraksi 6,8% pada kuartal pertama di tengah tingginya wabah COVID-19.

Terbukti dengan munculnya kasus baru ini dapat mengguncang perekonomian yang sedang dibangun kembali pasca gelombang pertama COVID-19.

"Data frekuensi tinggi menunjukkan bahwa kegiatan bisnis dalam negeri sedang pulih, tetapi gelombang kedua infeksi coronavirus yang potensial mungkin sekali lagi berisiko sentimen konsumen," kata Bruce Pang, kepala penelitian makro dan strategi di China Renaissance.

Kasus terjangkit COVID-19 mulai terhenti di China pada pertengahan Maret. Pada akhir Mei, pemerintah pusat menganggap kondisi cukup aman untuk melonggarkan aturan agar bisnis dapat berjalan kembali, dan mengadakan pertemuan parlemen tahunan negara itu di Beijing.

Pertemuan yang sangat simbolis dari ribuan delegasi mengisyaratkan bahwa perjalanan bisnis ke dan dari kota dapat dilanjutkan tanpa hambatan. Para siswa juga dapat kembali ke sekolah dan kegiatan sosial, termasuk olahraga, dapat dilakukan kembali.

Sayangnya, kluster terbaru menghentikan semua itu. Selama akhir pekan, para pemimpin kota Beijing mengatakan kota tersebut telah memasuki "waktu yang luar biasa" dan mulai menerapkan tes virus untuk puluhan ribu orang yang tinggal di sekitar pasar dan orang-orang yang melakukan kontak. Pihak berwenang juga menetapkan kembali beberapa pembatasan di seluruh kota.

Munculnya kasus baru meningkatkan ketergantungan pada pengeluaran konsumen, yang telah berusaha lebih mengandalkan China sebagai sumber pertumbuhan.

Dalam satu indikasi kemerosotan, perusahaan konsultan Oliver Wyman memprediksi pasar pakaian China yang terbesar di dunia dengan US$ 370 miliar, akan kehilangan US$ 60 miliar tahun ini. Studi ini menunjukkan konsumen berpenghasilan rendah memilih pembelian yang lebih murah dan lebih sedikit.

Penjualan ritel kota itu turun 21,5% dalam tiga bulan pertama tahun ini, lebih besar dari penurunan nasional 19%, dan penurunan Shanghai 20,4%.

Mengikuti jejak kota-kota lain, Beijing mengumumkan awal bulan ini bahwa voucher sebesar 12,2 miliar yuan akan dirilis melalui aplikasi JD.com selama beberapa minggu ke depan. Namun, belum jelas apa dampaknya terhadap pengeluaran.

Shanghai juga akan mengadakan acara promosi belanja pada bulan lalu dengan total kupon sebesar 24 miliar yuan. Pada periode 1-10 Mei, promosi tersebut mendorong pendapatan 48,2 miliar yuan di toko fisik, dan lebih dari 40 miliar yuan dalam penjualan online.

Sementara data tingkat nasional menunjukkan penurunan penjualan ritel untuk Mei, angka-angka tersebut menyiratkan penjualan online barang-barang konsumsi fisik naik 15,6% pada Mei dari tahun lalu.

China kini menduduki posisi ke-19 atas kasus terjangkit terbanyak secara global, dengan 83.265 kasus, dan 4.634 kasus kematian, serta 78.379 pasien berhasil sembuh per Rabu (17/6/2020), menurut data Worldometers.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...terganggu-lagi

hahaiyaa cilakaa luewaa welass waaa katenyeee kagak ada second wave waa kata buzzer pkc tifu2 waa emoticon-Imlekemoticon-Imlek
nona212
tepsuzot
tepsuzot dan nona212 memberi reputasi
2
909
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Tampilkan semua post
Akong.JiuguiAvatar border
Akong.Jiugui
#2
kenyatannya
amerika itu terparah di dunia menderita akibat corona
sampai jumlah yg terjangkit corona di amerika terbesar no 1 di dunia
sampai jumlah kematian akibat corona di amerika tertinggi no 1 di dunia

semoga pandemi corona tetap berpusat di amerika
semoga asia tetap tidak separah amerika
persetan sama anak asia pemuja bule barat
ex.pasienRSJ
Stephen.cau
Stephen.cau dan ex.pasienRSJ memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.