- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#248
Spoiler for Part 85:
Part 85
Baaaaaaaaaaaaaa................
Uhuuuuk..... Uhuuuuuk......
"Yeeee....., kaget......"
Tawa viny langsung menggema setelah dia merasa sukses membuatku terkejut.
"Seneng?!, tau gitu gak aku jemput"
Aku langsung membuang rokokku yang masih tersisa setengah batang ketanah, lalu mematikannya dengan kakiku.
"Yeee...., ngambekan ih"
Viny masih memasang wajah senangnya yang saati ini terlihat sangat menyebalkan di mataku.
"Lagian kamu ngelamun sih nat...."
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan bersiap-siap untuk menghampiri motorku yang letaknya tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang.
"Ayo mbak"
Akupun mulai melangkahkan kakiku setelah memberi instruksi kepada viny untuk mengikutiku.
"Dih..., ngambek beneran dia"
Aku terus melangkah kearah motorku tanpa mempedulikan ucapannya.
"Iiissshh...., tungguin dong nat...."
Aku langsung menyodorkan helm yang ada di tanganku kepada viny yang baru saja sampai di parkiran.
"Nat...., masa gitu doang ngambek sih...."
Protes yang baru saja dilontrkan oleh viny berhasil membuatku terkekeh.
"Gak kok mbak..., becanda ah, ayo, naik"
Sekarang aku sudah duduk di atas jok motor sambil menunggu viny yang masih memasang helmnya.
"Hadeh....., masang gitu doang lama banget sih mbak....."
Aku memutuskan untuk membantu viny yang terlihat sedang kesulitan memasangkan pengait hemnya.
"Iiiissshh...., dari tadi kek"
"Lagian susah banget ini masangnya, helm siapa sih ini?, bau lagi, biasanya bukan yang ini deh"
Viny naik keatas boncenganku sambil terus mengomel.
"Minjem"
Aku menjawab pertanyaannya sambil mestarter motorku.
"Sama siapa?"
Motorku mulai melaju saat aku mulai menarik gasnya.
Aku: "satpam kampus"
Viny: "ini helm yang ada di pos satpam itu?!, yang sering di pinjem2in keorang-orang?!"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan viny.
Buuuuuuuk........
"Aduuuuuhhh...."
Aku langsung menghentikan laju motorku setelah menerima pukulan yang cukup keras di punggungku.
"Iiiiiisssshhh....., nathaaaa....., joroooook!!!, tuker gak?!"
Pukulan yang tadi dilancarkannya berhasil membuatku meringis, aku juga berusaha menggapai punggungku yang menjadi sasaran amukan viny dengan tanganku untuk mengurangi rasa sakit yang kurasakan.
"Sakit tau mbak, untung gak jatoh"
Aku dapat melihat wajah kesal viny saat aku menoleh kearahnya.
"Tuker gak?!"
Aku hanya bisa mendengus kasar seraya melepas kembali helm yang sudah kukenakan setelah mendengar permintaan yang diucapkan viny dengan nada ketus.
"Nih, cepetan, mana helm mbak?"
Aku menyodorkan helm yang baru saja kulepas kearah viny.
"Iiiissshhh...., susah banget bukanya...."
Aku langsung meletakkan helm yang sedang kusodorkan kearahnya di atas sepion, menurunkan standar, lalu turun dari motorku untuk membantu viny melepaskan pengait helmnya.
Ceklek......
Aku langsung melepas helm yang sedang dikenakan viny setelah berhasil membuka pengaitnya.
"Iiiissshhh....., awas kamu nat!"
Viny langsung mengusap-usap rambutnya setelah aku melepaskan helmnya.
"Nih...."
Aku kembali menyodorkan helm yang tadi kukenakan kearah viny setelah memasang helm yang sebelumnua dikenakan viny.
"Sini!"
Viny langsung menarik paksa helm yang ada di tanganku, sedangkan aku memilih untuk kembali naik keatas motorku.
"Udah mbak?"
Kali ini aku tidak mendapatkan jawaban apapun dari viny, lagi-lagi aku dapat melihat wajah kesal viny yang saat ini sudah tertutup kaca helm saat aku menoleh kearahnya yang saat ini sedang duduk di boncenganku.
"Yeee...., dia yang ngambek sekarang"
Lagi-lagi aku tidak menerima respon apapun dari viny, sebuah kekehan kecil berhasil lolos dari mulutku setelah menyadari bahwa saat ini viny benar-benar ngambek.
Tanpa memusingkannya sama sekali, aku kembali menstarter motorku, lalu menjalankannya untuk melanjutkan perjalanan kami yang sempat terhenti.
.
.
.
"Ngapain kesini?!"
Viny bertanya dengan nada ketus setelah aku membelokkan motorku kearah warung makan yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus viny.
"Aku belom makan dari pagi mbak, laper"
Viny hanya memutar malas bola matanya setelah mendengar jawabanku.
"Gak mau ikut mbak?"
Hanya sebuah gelengan yang kuterima atas pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Aku traktir deh...."
Sebuah tawaran yang kuberikan berhasil membuat viny turun dari atas motorku.
"Buseet dah...., langsung turun dia"
Kali ini kalimatku diakhiri dengan sebuah kekehan kecil karena melihat viny yang berhasil kubujuk dengan sebuah traktiran.
"Udah, cepet, aku juga laper!!!"
.
.
.
"traktiran udah, ngambeknya udahan juga nggak nih?"
Viny langsung tersenyum kearahku.
"Mentang-mentang ditraktir langsung mesen yang enak-enak ya..."
Dia hanya terkekeh kecil setelah mendengar keluhan yang baru saja kuucapkan dengan nada malas.
Viny: "lagian, itu helm kan yang make udah ratusan orang nat, dipinjemin sana sini, gak pernah dicuci lagi"
Aku: "yaelah, kotor dikit mbak...."
Viny: "aku baru keramas tau!!!"
Aku: "yaelah...., tinggal keramas lagi mbak, apa susahnya sih?"
Viny: "males!!!"
Aku: "dih...., males keramas, jorok ih...."
Viny: "kamu kira keramasnya cewek sama kayak keramasnya cowok?!, ngeringin rambut panjang itu makan waktu tau!!!"
Viny menjawab pertanyaanku dengan nda ketus seraya membuka matanya lebar-lebar.
"Iya iya..., maaf deh....."
Kami memilih untuk kembali menikmati minuman kami yang belum habis setelah aku mengucapkan kata maaf.
"Tumben minta jemput mbak, bapak dosen ganteng yang kemaren mana?"
Kedua alisku ikut terangkat kearah atas seraya melontarkan sebuah pertanyaan untuk menggoda viny.
"Gak kemana-mana, lagi males aja pulang sama dia"
Viny kembali menyedot minumannya setelah menjawab pertanyaanku.
"Lah, kenapa mbak?, mbak lagi marahan ya sama dia?, masa baru pulang bareng beberapa hari udah marahan aja sih?"
Aku kembali memberondong viny dengan berbagai macam pertanyaan setelah mendengar jawaban dilontarkan viny sebelumnya.
"Tau ah..., gak usah dibahas nat, lagi males aku!!!"
Aku hanya mengangguk kecil setelah melihat respon viny atas pertanyaanku, akupun memilih untuk tidak lagi bertanya mengenai hal itu kepada viny setelah menyadari kadar kepoku yang mungkin agak keterlaluan.
.
.
.
"Nih..."
Viny melatakkan sebotol es teh berukuran besar dan 2 buah gelas di hadapanku.
"Udah mbak..., gak usah, aku mau langsung balik aja"
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan bersiap untuk pulang.
Viny: "kamu habis ini ada kegiatan nat?"
Aku: "enggak ada sih mbak, mau main-main aja di lab"
Viny: "entar dulu lah..."
Aku: "mau ngapain lagi emang?, emang masih ada lampu yang mau di pasang?"
Setelah sampai di rumahnya, viny memang memintaku untuk membantunya mengganti lampu di beberapa bagian rumahnya.
Viny: "yaa... enggak ada sih"
Aku: "lah...., udah kan?, aku balik ya mbak?"
Aku mulai melangkahkan kakiku untuk menghampiri pintu keluar.
"E e eeehh..., bentar nat, aku mau cerita"
Aku langsung menghentikan langkahku saat viny kembali menahanku dengan kalimatnya, akupun kembali menghampiri viny yang saat ini sedang duduk di atas sofa yang tadi kududuki.
"Mau cerita apaan sih mbak?"
Aku bertanya sambil kembali mengambil tempat untuk duduk tepat di seberang viny.
"Jadi gini nat...."
"Kan kamu udah tau, kalo beberapa hari ini aku udah nyoba nerima tawaran pak rio buat pulang bareng"
"Aku juga sempet nerima tawaran dia buat jalan bareng beberapa kali"
Sontak tawaku langsung pecah setelah mendengar penggalan kalimat yang baru saja diucapkan viny.
"Iiiihhh....., bentar nat, belum selesai....."
Aku berusaha menahan tawaku agar viny dapat melanjutkan ceritanya.
"Nah...., emang sih nat, orangnya baik, baik banget malah, ngomongnya alus, sopan, perhatian lagi, aku lumayan tertarik sama sikap dia"
Tawaku kembali pecah setelah viny menyelesaikan kalimatnya.
"Akhirnya ya, dosen muda itu berhasil menaklukkan hati seroang viny"
Buuuuk......
Sebuah bantal berhasil mendarat dengan mulus di wajahku.
"Belum selesai!!!"
Aku kembali berusaha menahan tawaku agar aku dapat mendengarkan kelanjutan dari cerita yang sedang di sampaikan oleh viny.
"Tapi....., kalo kita lagi bareng, dia lebih banyak ngomongin tentang materi-materi kuliah, ngomongin masalah sistem-sistem yang ada di kampus, intinya dia selalu ngajak aku buat diskusi-diskusi gitu lah nat"
"Awalnya aku gak ada masalah sama sekali kalau dia ngajak aku buat diskusi masalah materi kuliah atau sistem-sistem yang ada di kampus pas kita lagi bareng, malah aku cenderung seneng"
"Tapi lama-lama aku jadi bosen kalo ngobrol sama dia!!!, topiknya itu-itu terus!!!, malah aku jadi sering bete sendiri dengerin dia ngoceh!!!, berasa kuliah setiap saat tau nggak?!"
Aku berhasil dibuat terkekeh oleh viny yang saat ini sedang bercerita dengan nada kesal.
"Menurut kamu gimana nat?"
Aku memilih untuk terlebih dahulu mencerna permasalahan yang sekarang sedang dihadapi viny.
"Gimana ya mbak?, mbak udah pernah nyoba buat ngalihin pembicaraan gitu?, ketopik yang lain"
Bola matanya bergerak kekanan atas, mungkin dia sedang mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"J j jarang sih nat"
Aku langsung mengangguk paham setelah mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan viny.
"Nah...."
"Itu mbak..., mana dia tau kalo mbak gak nyaman sama obrolan kalian kalo mbak gak ngomong"
Dia mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat sambil melirik kearah atas.
Viny: "tapi kan gak segampang itu nat, soalnya...."
Aku: "apa susahnya sih, tinggal ngomong doang"
Aku langsung memotong kalimatnya yang sebenarnya belum tuntas.
"Dengerin dulu!!!, kebiasaan banget sih...."
Aku langsung bergidik ngeri setelah viny membentakku.
"I i iya mbak, gimana gimana?"
Viny kembali menghela nafasnya sembari mengerling malas kearahku sebelum meneruskan ceritanya.
"Tapi aku gak enak nat, biar gimanapun dia itu tetep dosen aku, aku juga gak bisa nemu celah dan waktu yang pas buat ngalihin topik kalo lagi ngobrol sama dia"
"Kalo misalnya aku tiba-tiba ngomong kalo aku gak suka sama topik yang lagi dia omongin, takutnya nanti dia malah tersinggung nat"
Aku kembali menarik nafas panjang setelah mendengar alasan viny yang menurutku kurang masuk akal.
"Menurutku ya mbak, kamu sama sekali gak salah kalo ngomong kayak gitu"
"Yang pertama, posisi kalian kalo udah di luar bukan mahasiswa sama dosen lagi mbak, kalian itu 2 orang yang lagi mencoba buat menjalin hubungan"
"Kalo kalian masih bawa-bawa posisi kalian di kampus sebagai mahasiswa dan dosen, entar malah jadi sama-sama gak enakan, udah pasti canggung banget mbak"
"Dan, mbak gak usah takut kalo ternyata nanti dia tersinggung dan bawa-bawa masalah ini di kampus, berarti dia orang yang gak profesional, sampah!!!, tinggalin aja mah kalo suatu saat dia kayak gitu"
Aku menjeda kalimatku untuk kembali mengumpulkan nafas sebelum melanjutkannya.
"Yang kedua, namanya orang mau menjalin hubungan ya harus coba saling terbuka dan menerima mbak"
"Mbak bisa terbuka dan ngomong kalo mbak gak nyaman dengan topik yang selalu dia bawa, dia bisa nerima kalo mbak bukan orang yang bisa diajak buat ngobrolin topik itu setiap saat"
"Gitu sih mbak......"
Viny mengangguk kecil setelah mendengar jawabanku, tapi raut wajahnya masih menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.
"Bener sih, harusnya kita sama-sama profesional, gak nyaman banget kalo aku atau dia masih bawa-bawa posisi kita di kampus waktu kita lagi di luar, gak etis juga kalau misalnya nanti dia bawa-bawa masalah pribadinya sama aku kedalem kampus"
Viny kembali menghela nafasnya sebelum dia melanjutkan kalimatnya.
"Tapi....., masa sih nat, dia gak bisa peka sama sekali?, masa dia gak bisa tau sih kalo aku lagi nggak nyaman sama topik pembicaraanya?"
Hadeeeeeh.....
Dasar cewek!!!
Aku kembali menarik nafas panjang setelah mendengar pertanyaan viny barusan.
"Yeee....., emang dia dukun yang bisa baca pikiran orang, kalo gak suka ya ngomong lah mbak, masa harus telepati dulu sih?"
Viny langsung mendengus kasar setelah mendengarkan jawabanku.
"Iiiiissssssh......, salah aku nanya sama kamu nat, mana pernah sih kamu peka sama cewek"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja diucapkan viny.
"Y y ya... gimana ya mbak, sebenarnya kalo mbak udah tau dia gak peka, harusnya mbak udah bisa nerima kenyataan itu dari sekarang"
"Kalo emang mbak bisa nerima ya lanjut aja, kalo mbak gak bisa terima yaudah, cari yang lain"
"Lagian si rio itu belum tentu gak peka kok, kalian aja baru jalan sama pulang bareng beberapa hari, mungkin dia masih coba adaptasi mbak"
Viny kembali menganggukkan kepalanya setelah mendengar pendapatku.
"I i i iya sih nat, kamu bener"
"Emang masalah ini sebenarnya simpel banget sih"
Suasana sempat menjadi hening setelah viny mengucapkan kalimat terakhirnya, dia mengalihkan tatapan kosongnya kearah bawah, sedangkan aku memilih untuk tidak memberikan tanggapan apaapapun untuk kalimat terakhir yang diucapkannya.
"Tumben kamu bener nat?, biasanya gak pernah bener?"
Ejekkan yang baru saja dilontarkan viny kepadaku berhasil memecah keheningan yang sempat menyelimuti kami sebelumnya.
"Dih...., udah dikasih saran juga, malah ngeledekin"
Viny hanya menanggapi cibiranku dengan sebuah kekehan kecil.
"Giliran ngasih saran keaku kamu bener, giliran punya masalah sendiri malah bingung, gimana sih nat?"
Aku langsung memicingkan mataku setelah mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan viny.
"Mbak mau aku beliin kaca nggak?, kayaknya kaca di kamar mbak kurang gede deh"
Pertanyaan yang baru saja kulontarkan berhasil membuat kami sama-sama terkekeh.
"Yaudah, aku udah selesai ceritanya, balik sana, hussshh..., hussshh..."
Viny mengibas-ngibaskan tangannya sembari mengusirku layaknya seekor kucing.
"Dih..., gitu ya kamu mbak, yaudah deh, aku balik aja mbak"
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku setelah berpamitan kepada viny.
"E e e eeehh...., nat...."
Viny menghentikanku yang sudah mulai melangkah untuk menghampiri pintu keluar.
"Besok jemput lagi ya, jamnya sama kayak tadi"
Dengan wajah tidak berdosanya, viny kembali memintaku untuk menjemputnya setelah tadi dia mengusirku dengan semena-mena.
"Dih..., dikirain tadi mau bujukkin aku supaya gak ngambek"
Aku memilih untuk kembali melanjutkan langkahku yang sebelumnya sempat terhenti, sementara viny memilih untuk mengikutiku dari belakang.
"Dih..., bodo amat aku nat kalo kamu ngambek, yang penting kamu jemput aku besok, titik!"
Aku langsung mengambil sepatuku setibanya aku di teras, lalu mulai memasangnya satu persatu.
"Enggak ah, nanti pacar aku cemburu"
Sontak viny langsung tertawa setelah mendengar pernyataan yang baru saja kuucapkan.
"Heleh heleh...., nat nat...., beby lebih seneng kalo kamu jemput aku daripada kamu jemput cewek lain"
"Lagian ya...., beby udah ngizinin aku buat minta anter jemput kekamu"
"Udah!, gak ada alesan lagi, pokoknya besok kamu jemput aku!"
Aku hanya bisa mendengus kesal setelah mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut viny.
"Gak ah, males!"
Aku menjawab pertanyaan viny sembari memasang helm.
"Gak boleh males!, pokoknya, jemput!"
Aku langsung naik keatas jok motorku tanpa berniat sama sekali untuk menghiraukan ocehan demi ocehan yang terus dilontarkan viny.
"Nathaa...., issshh...., ngeselin!!!"
Akupun mulai memundurkan motorku secara perlahan kearah pagar yang sudah terbuka sedari tadi.
"Jemput!"
Sekarang viny sudah berdiri dibalik pagar sembari terus memaksaku untuk menjemputnya besok.
"Gak!"
Aku langsung menyalakan mesin motorku dan bersiap-siap untuk pulang.
"Jemput!"
Aku kembali menoleh kearah viny yang masih berusaha untuk memaksaku.
"Gak!, bye!"
Tanpa menunggu lama, aku langsung melajukan motorku sesaat setelah aku kembali menolak permintaannya.
"Nathaaaaa......"
Sekarang aku dapat melihat wajah kesal viny yang saat ini sudah berdiri di depan pagar rumahnya dari kaca sepion, dan tentu saja pemandangan itu berhasil membuatku tertawa puas.
Baaaaaaaaaaaaaa................
Uhuuuuk..... Uhuuuuuk......
"Yeeee....., kaget......"
Tawa viny langsung menggema setelah dia merasa sukses membuatku terkejut.
"Seneng?!, tau gitu gak aku jemput"
Aku langsung membuang rokokku yang masih tersisa setengah batang ketanah, lalu mematikannya dengan kakiku.
"Yeee...., ngambekan ih"
Viny masih memasang wajah senangnya yang saati ini terlihat sangat menyebalkan di mataku.
"Lagian kamu ngelamun sih nat...."
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan bersiap-siap untuk menghampiri motorku yang letaknya tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang.
"Ayo mbak"
Akupun mulai melangkahkan kakiku setelah memberi instruksi kepada viny untuk mengikutiku.
"Dih..., ngambek beneran dia"
Aku terus melangkah kearah motorku tanpa mempedulikan ucapannya.
"Iiissshh...., tungguin dong nat...."
Aku langsung menyodorkan helm yang ada di tanganku kepada viny yang baru saja sampai di parkiran.
"Nat...., masa gitu doang ngambek sih...."
Protes yang baru saja dilontrkan oleh viny berhasil membuatku terkekeh.
"Gak kok mbak..., becanda ah, ayo, naik"
Sekarang aku sudah duduk di atas jok motor sambil menunggu viny yang masih memasang helmnya.
"Hadeh....., masang gitu doang lama banget sih mbak....."
Aku memutuskan untuk membantu viny yang terlihat sedang kesulitan memasangkan pengait hemnya.
"Iiiissshh...., dari tadi kek"
"Lagian susah banget ini masangnya, helm siapa sih ini?, bau lagi, biasanya bukan yang ini deh"
Viny naik keatas boncenganku sambil terus mengomel.
"Minjem"
Aku menjawab pertanyaannya sambil mestarter motorku.
"Sama siapa?"
Motorku mulai melaju saat aku mulai menarik gasnya.
Aku: "satpam kampus"
Viny: "ini helm yang ada di pos satpam itu?!, yang sering di pinjem2in keorang-orang?!"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan viny.
Buuuuuuuk........
"Aduuuuuhhh...."
Aku langsung menghentikan laju motorku setelah menerima pukulan yang cukup keras di punggungku.
"Iiiiiisssshhh....., nathaaaa....., joroooook!!!, tuker gak?!"
Pukulan yang tadi dilancarkannya berhasil membuatku meringis, aku juga berusaha menggapai punggungku yang menjadi sasaran amukan viny dengan tanganku untuk mengurangi rasa sakit yang kurasakan.
"Sakit tau mbak, untung gak jatoh"
Aku dapat melihat wajah kesal viny saat aku menoleh kearahnya.
"Tuker gak?!"
Aku hanya bisa mendengus kasar seraya melepas kembali helm yang sudah kukenakan setelah mendengar permintaan yang diucapkan viny dengan nada ketus.
"Nih, cepetan, mana helm mbak?"
Aku menyodorkan helm yang baru saja kulepas kearah viny.
"Iiiissshhh...., susah banget bukanya...."
Aku langsung meletakkan helm yang sedang kusodorkan kearahnya di atas sepion, menurunkan standar, lalu turun dari motorku untuk membantu viny melepaskan pengait helmnya.
Ceklek......
Aku langsung melepas helm yang sedang dikenakan viny setelah berhasil membuka pengaitnya.
"Iiiissshhh....., awas kamu nat!"
Viny langsung mengusap-usap rambutnya setelah aku melepaskan helmnya.
"Nih...."
Aku kembali menyodorkan helm yang tadi kukenakan kearah viny setelah memasang helm yang sebelumnua dikenakan viny.
"Sini!"
Viny langsung menarik paksa helm yang ada di tanganku, sedangkan aku memilih untuk kembali naik keatas motorku.
"Udah mbak?"
Kali ini aku tidak mendapatkan jawaban apapun dari viny, lagi-lagi aku dapat melihat wajah kesal viny yang saat ini sudah tertutup kaca helm saat aku menoleh kearahnya yang saat ini sedang duduk di boncenganku.
"Yeee...., dia yang ngambek sekarang"
Lagi-lagi aku tidak menerima respon apapun dari viny, sebuah kekehan kecil berhasil lolos dari mulutku setelah menyadari bahwa saat ini viny benar-benar ngambek.
Tanpa memusingkannya sama sekali, aku kembali menstarter motorku, lalu menjalankannya untuk melanjutkan perjalanan kami yang sempat terhenti.
.
.
.
"Ngapain kesini?!"
Viny bertanya dengan nada ketus setelah aku membelokkan motorku kearah warung makan yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus viny.
"Aku belom makan dari pagi mbak, laper"
Viny hanya memutar malas bola matanya setelah mendengar jawabanku.
"Gak mau ikut mbak?"
Hanya sebuah gelengan yang kuterima atas pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Aku traktir deh...."
Sebuah tawaran yang kuberikan berhasil membuat viny turun dari atas motorku.
"Buseet dah...., langsung turun dia"
Kali ini kalimatku diakhiri dengan sebuah kekehan kecil karena melihat viny yang berhasil kubujuk dengan sebuah traktiran.
"Udah, cepet, aku juga laper!!!"
.
.
.
"traktiran udah, ngambeknya udahan juga nggak nih?"
Viny langsung tersenyum kearahku.
"Mentang-mentang ditraktir langsung mesen yang enak-enak ya..."
Dia hanya terkekeh kecil setelah mendengar keluhan yang baru saja kuucapkan dengan nada malas.
Viny: "lagian, itu helm kan yang make udah ratusan orang nat, dipinjemin sana sini, gak pernah dicuci lagi"
Aku: "yaelah, kotor dikit mbak...."
Viny: "aku baru keramas tau!!!"
Aku: "yaelah...., tinggal keramas lagi mbak, apa susahnya sih?"
Viny: "males!!!"
Aku: "dih...., males keramas, jorok ih...."
Viny: "kamu kira keramasnya cewek sama kayak keramasnya cowok?!, ngeringin rambut panjang itu makan waktu tau!!!"
Viny menjawab pertanyaanku dengan nda ketus seraya membuka matanya lebar-lebar.
"Iya iya..., maaf deh....."
Kami memilih untuk kembali menikmati minuman kami yang belum habis setelah aku mengucapkan kata maaf.
"Tumben minta jemput mbak, bapak dosen ganteng yang kemaren mana?"
Kedua alisku ikut terangkat kearah atas seraya melontarkan sebuah pertanyaan untuk menggoda viny.
"Gak kemana-mana, lagi males aja pulang sama dia"
Viny kembali menyedot minumannya setelah menjawab pertanyaanku.
"Lah, kenapa mbak?, mbak lagi marahan ya sama dia?, masa baru pulang bareng beberapa hari udah marahan aja sih?"
Aku kembali memberondong viny dengan berbagai macam pertanyaan setelah mendengar jawaban dilontarkan viny sebelumnya.
"Tau ah..., gak usah dibahas nat, lagi males aku!!!"
Aku hanya mengangguk kecil setelah melihat respon viny atas pertanyaanku, akupun memilih untuk tidak lagi bertanya mengenai hal itu kepada viny setelah menyadari kadar kepoku yang mungkin agak keterlaluan.
.
.
.
"Nih..."
Viny melatakkan sebotol es teh berukuran besar dan 2 buah gelas di hadapanku.
"Udah mbak..., gak usah, aku mau langsung balik aja"
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan bersiap untuk pulang.
Viny: "kamu habis ini ada kegiatan nat?"
Aku: "enggak ada sih mbak, mau main-main aja di lab"
Viny: "entar dulu lah..."
Aku: "mau ngapain lagi emang?, emang masih ada lampu yang mau di pasang?"
Setelah sampai di rumahnya, viny memang memintaku untuk membantunya mengganti lampu di beberapa bagian rumahnya.
Viny: "yaa... enggak ada sih"
Aku: "lah...., udah kan?, aku balik ya mbak?"
Aku mulai melangkahkan kakiku untuk menghampiri pintu keluar.
"E e eeehh..., bentar nat, aku mau cerita"
Aku langsung menghentikan langkahku saat viny kembali menahanku dengan kalimatnya, akupun kembali menghampiri viny yang saat ini sedang duduk di atas sofa yang tadi kududuki.
"Mau cerita apaan sih mbak?"
Aku bertanya sambil kembali mengambil tempat untuk duduk tepat di seberang viny.
"Jadi gini nat...."
"Kan kamu udah tau, kalo beberapa hari ini aku udah nyoba nerima tawaran pak rio buat pulang bareng"
"Aku juga sempet nerima tawaran dia buat jalan bareng beberapa kali"
Sontak tawaku langsung pecah setelah mendengar penggalan kalimat yang baru saja diucapkan viny.
"Iiiihhh....., bentar nat, belum selesai....."
Aku berusaha menahan tawaku agar viny dapat melanjutkan ceritanya.
"Nah...., emang sih nat, orangnya baik, baik banget malah, ngomongnya alus, sopan, perhatian lagi, aku lumayan tertarik sama sikap dia"
Tawaku kembali pecah setelah viny menyelesaikan kalimatnya.
"Akhirnya ya, dosen muda itu berhasil menaklukkan hati seroang viny"
Buuuuk......
Sebuah bantal berhasil mendarat dengan mulus di wajahku.
"Belum selesai!!!"
Aku kembali berusaha menahan tawaku agar aku dapat mendengarkan kelanjutan dari cerita yang sedang di sampaikan oleh viny.
"Tapi....., kalo kita lagi bareng, dia lebih banyak ngomongin tentang materi-materi kuliah, ngomongin masalah sistem-sistem yang ada di kampus, intinya dia selalu ngajak aku buat diskusi-diskusi gitu lah nat"
"Awalnya aku gak ada masalah sama sekali kalau dia ngajak aku buat diskusi masalah materi kuliah atau sistem-sistem yang ada di kampus pas kita lagi bareng, malah aku cenderung seneng"
"Tapi lama-lama aku jadi bosen kalo ngobrol sama dia!!!, topiknya itu-itu terus!!!, malah aku jadi sering bete sendiri dengerin dia ngoceh!!!, berasa kuliah setiap saat tau nggak?!"
Aku berhasil dibuat terkekeh oleh viny yang saat ini sedang bercerita dengan nada kesal.
"Menurut kamu gimana nat?"
Aku memilih untuk terlebih dahulu mencerna permasalahan yang sekarang sedang dihadapi viny.
"Gimana ya mbak?, mbak udah pernah nyoba buat ngalihin pembicaraan gitu?, ketopik yang lain"
Bola matanya bergerak kekanan atas, mungkin dia sedang mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"J j jarang sih nat"
Aku langsung mengangguk paham setelah mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan viny.
"Nah...."
"Itu mbak..., mana dia tau kalo mbak gak nyaman sama obrolan kalian kalo mbak gak ngomong"
Dia mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat sambil melirik kearah atas.
Viny: "tapi kan gak segampang itu nat, soalnya...."
Aku: "apa susahnya sih, tinggal ngomong doang"
Aku langsung memotong kalimatnya yang sebenarnya belum tuntas.
"Dengerin dulu!!!, kebiasaan banget sih...."
Aku langsung bergidik ngeri setelah viny membentakku.
"I i iya mbak, gimana gimana?"
Viny kembali menghela nafasnya sembari mengerling malas kearahku sebelum meneruskan ceritanya.
"Tapi aku gak enak nat, biar gimanapun dia itu tetep dosen aku, aku juga gak bisa nemu celah dan waktu yang pas buat ngalihin topik kalo lagi ngobrol sama dia"
"Kalo misalnya aku tiba-tiba ngomong kalo aku gak suka sama topik yang lagi dia omongin, takutnya nanti dia malah tersinggung nat"
Aku kembali menarik nafas panjang setelah mendengar alasan viny yang menurutku kurang masuk akal.
"Menurutku ya mbak, kamu sama sekali gak salah kalo ngomong kayak gitu"
"Yang pertama, posisi kalian kalo udah di luar bukan mahasiswa sama dosen lagi mbak, kalian itu 2 orang yang lagi mencoba buat menjalin hubungan"
"Kalo kalian masih bawa-bawa posisi kalian di kampus sebagai mahasiswa dan dosen, entar malah jadi sama-sama gak enakan, udah pasti canggung banget mbak"
"Dan, mbak gak usah takut kalo ternyata nanti dia tersinggung dan bawa-bawa masalah ini di kampus, berarti dia orang yang gak profesional, sampah!!!, tinggalin aja mah kalo suatu saat dia kayak gitu"
Aku menjeda kalimatku untuk kembali mengumpulkan nafas sebelum melanjutkannya.
"Yang kedua, namanya orang mau menjalin hubungan ya harus coba saling terbuka dan menerima mbak"
"Mbak bisa terbuka dan ngomong kalo mbak gak nyaman dengan topik yang selalu dia bawa, dia bisa nerima kalo mbak bukan orang yang bisa diajak buat ngobrolin topik itu setiap saat"
"Gitu sih mbak......"
Viny mengangguk kecil setelah mendengar jawabanku, tapi raut wajahnya masih menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.
"Bener sih, harusnya kita sama-sama profesional, gak nyaman banget kalo aku atau dia masih bawa-bawa posisi kita di kampus waktu kita lagi di luar, gak etis juga kalau misalnya nanti dia bawa-bawa masalah pribadinya sama aku kedalem kampus"
Viny kembali menghela nafasnya sebelum dia melanjutkan kalimatnya.
"Tapi....., masa sih nat, dia gak bisa peka sama sekali?, masa dia gak bisa tau sih kalo aku lagi nggak nyaman sama topik pembicaraanya?"
Hadeeeeeh.....
Dasar cewek!!!
Aku kembali menarik nafas panjang setelah mendengar pertanyaan viny barusan.
"Yeee....., emang dia dukun yang bisa baca pikiran orang, kalo gak suka ya ngomong lah mbak, masa harus telepati dulu sih?"
Viny langsung mendengus kasar setelah mendengarkan jawabanku.
"Iiiiissssssh......, salah aku nanya sama kamu nat, mana pernah sih kamu peka sama cewek"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja diucapkan viny.
"Y y ya... gimana ya mbak, sebenarnya kalo mbak udah tau dia gak peka, harusnya mbak udah bisa nerima kenyataan itu dari sekarang"
"Kalo emang mbak bisa nerima ya lanjut aja, kalo mbak gak bisa terima yaudah, cari yang lain"
"Lagian si rio itu belum tentu gak peka kok, kalian aja baru jalan sama pulang bareng beberapa hari, mungkin dia masih coba adaptasi mbak"
Viny kembali menganggukkan kepalanya setelah mendengar pendapatku.
"I i i iya sih nat, kamu bener"
"Emang masalah ini sebenarnya simpel banget sih"
Suasana sempat menjadi hening setelah viny mengucapkan kalimat terakhirnya, dia mengalihkan tatapan kosongnya kearah bawah, sedangkan aku memilih untuk tidak memberikan tanggapan apaapapun untuk kalimat terakhir yang diucapkannya.
"Tumben kamu bener nat?, biasanya gak pernah bener?"
Ejekkan yang baru saja dilontarkan viny kepadaku berhasil memecah keheningan yang sempat menyelimuti kami sebelumnya.
"Dih...., udah dikasih saran juga, malah ngeledekin"
Viny hanya menanggapi cibiranku dengan sebuah kekehan kecil.
"Giliran ngasih saran keaku kamu bener, giliran punya masalah sendiri malah bingung, gimana sih nat?"
Aku langsung memicingkan mataku setelah mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan viny.
"Mbak mau aku beliin kaca nggak?, kayaknya kaca di kamar mbak kurang gede deh"
Pertanyaan yang baru saja kulontarkan berhasil membuat kami sama-sama terkekeh.
"Yaudah, aku udah selesai ceritanya, balik sana, hussshh..., hussshh..."
Viny mengibas-ngibaskan tangannya sembari mengusirku layaknya seekor kucing.
"Dih..., gitu ya kamu mbak, yaudah deh, aku balik aja mbak"
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku setelah berpamitan kepada viny.
"E e e eeehh...., nat...."
Viny menghentikanku yang sudah mulai melangkah untuk menghampiri pintu keluar.
"Besok jemput lagi ya, jamnya sama kayak tadi"
Dengan wajah tidak berdosanya, viny kembali memintaku untuk menjemputnya setelah tadi dia mengusirku dengan semena-mena.
"Dih..., dikirain tadi mau bujukkin aku supaya gak ngambek"
Aku memilih untuk kembali melanjutkan langkahku yang sebelumnya sempat terhenti, sementara viny memilih untuk mengikutiku dari belakang.
"Dih..., bodo amat aku nat kalo kamu ngambek, yang penting kamu jemput aku besok, titik!"
Aku langsung mengambil sepatuku setibanya aku di teras, lalu mulai memasangnya satu persatu.
"Enggak ah, nanti pacar aku cemburu"
Sontak viny langsung tertawa setelah mendengar pernyataan yang baru saja kuucapkan.
"Heleh heleh...., nat nat...., beby lebih seneng kalo kamu jemput aku daripada kamu jemput cewek lain"
"Lagian ya...., beby udah ngizinin aku buat minta anter jemput kekamu"
"Udah!, gak ada alesan lagi, pokoknya besok kamu jemput aku!"
Aku hanya bisa mendengus kesal setelah mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut viny.
"Gak ah, males!"
Aku menjawab pertanyaan viny sembari memasang helm.
"Gak boleh males!, pokoknya, jemput!"
Aku langsung naik keatas jok motorku tanpa berniat sama sekali untuk menghiraukan ocehan demi ocehan yang terus dilontarkan viny.
"Nathaa...., issshh...., ngeselin!!!"
Akupun mulai memundurkan motorku secara perlahan kearah pagar yang sudah terbuka sedari tadi.
"Jemput!"
Sekarang viny sudah berdiri dibalik pagar sembari terus memaksaku untuk menjemputnya besok.
"Gak!"
Aku langsung menyalakan mesin motorku dan bersiap-siap untuk pulang.
"Jemput!"
Aku kembali menoleh kearah viny yang masih berusaha untuk memaksaku.
"Gak!, bye!"
Tanpa menunggu lama, aku langsung melajukan motorku sesaat setelah aku kembali menolak permintaannya.
"Nathaaaaa......"
Sekarang aku dapat melihat wajah kesal viny yang saat ini sudah berdiri di depan pagar rumahnya dari kaca sepion, dan tentu saja pemandangan itu berhasil membuatku tertawa puas.
Daffa.O.F dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
