- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#242
Spoiler for Part 82:
Part 82
Siang ini aku ikut memadati pintu masuk ruang Keberangkatan bersama Pengunjung-pengunjung lainnya untuk mengantarkan 2 orang perempuan yang saat ini sedang berdiri di sampingku.
"Nat, ini kunci pager ya, ada kunci rumah juga, buat kamu masukkin mobil"
Viny menyodorkan kunci yang ada di tangannya kearahku.
"Eh, ini kuncinya aku taroh mana nanti mbak?"
Seraya melontarkan pertanyaan, aku menyambut kunci yang baru saja disodorkan oleh viny.
"Simpen aja nat, nanti pas kita udah sama-sama balik, baru kamu kasih keaku lagi kuncinya"
Aku hanya mengangguk kecil sembari memasukkan kuci yang baru saja kuterima kedalam kantong jaket yang sedang kukenakan.
"Eh mbak, serius nih?, kalo nanti aku nyolong gimana?"
Mungkin dengan sedikit candaan, aku dapat menghibur beby yang saat ini hanya diam dengan tatapan mata yang terlihat kosong.
Viny: "mau nyolong apaan kamu emang di sana nat?"
Aku: "mmmmm...., apa ya mbak?, ada saran nggak?"
Pertanyaan balik yang baru saja kulontarkan berhasil membuat viny terkekeh kecil, sementara beby masih saja betah dengan diamnya.
"Maling masa nanya di depan korbannya sih, ada-ada aja kamu nat"
Ekor mata viny melirik kearah beby setelah dia menyelesaikan kalimatnya, mungkin saat ini aku dan viny memiliki tujuan yang sama, ya..., kami sama-sama ingin menghibur beby yang sedari tadi terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat.
Bisa dilihat dari viny yang menanggapi candaan garing yang baru saja kulontarkan.
"Eh, kalo yang ini udah jadi korban aku kok mbak...."
Aku berkata seperti itu sambil menyentuh sekilas dagu seorang perempuan yang saat ini sedang berdiri di sampingnya.
"Kenapa tuh nat?...."
Sambil bertanya seperti itu, viny juga menaikkan kedua alisnya keatas sambil menatapku dengan tatapan yang terkesan meremehkan.
Aku yakin dia pasti sudah tau kemana aku akan membawa arah pembicaraan saat ini.
"Iya mbak, kalo yang ini mah udah aku curi hatinya"
Aku kembali menyentuh dagunya sekilas untuk mendapatkan respon dari beby.
"Eleeeeuuuhhh....."
"Basi!!!"
Bukan beby yang saat ini merespon kalimat yang baru saja kulontarkan, melainkan viny yang behasil kubuat mengumpat kesal setelah mendengar gombalan receh yang baru saja kutujukan kepada beby.
"Ngiri aja tuh mbak temennya..., suruh cari cowok gih mbak temennya..."
Tanpa menghiraukan umpatan yang baru saja dilontarkan viny, aku kembali mencoba untuk mengajak beby berbicara.
"Mbaaaak...."
Aku mengambil tangannya yang sedari tadi dia gunakan untuk memegang penarik koper seraya memanggilnya setelah melihat wajahnya yang makin kesini semakin terlihat murung.
"Eh, beb, nat, titip koperku dulu ya, aku mau ketoilet"
Mungkin, karena kecerdasannya dalam membaca situasi, viny mencoba memberi kami waktu untuk berbicara dengan alasan ingin pergi ketoilet terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar berangkat.
"Iya mbak"
Tanpa merespon jawabanku, viny langsung berlalu dari hadapan kami dan berjalan menuju toilet yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri saat ini.
"Mbaaak...., jangan sedih dong...., kan masih bisa ketemu nanti, kapan-kapan aku main ketempat mbak deh...."
Sambil berkata seperti itu, aku mulai menggerakkan tanganku untuk merangkul beby yang saat ini berada di sampingku.
"Kamu gak sedih apa nat?"
Beby bertanya dengan pandangan yang masih menatap kosong kearah bawah.
"Biasa aja sih...."
Ckiiit.....
Sebuah cubitan berhasil mendarat di lenganku setelah aku menyelesaikan kalimatku.
"Masih sempet ya kamu bercanda kayak gini!!!"
Aku hanya terkekeh setelah menerima cubitan dan mendengar protes yang dilontarkan oleh beby.
"Kan aku gak becanda, emang beneran biasa aja kok, gak usah GR ya...."
Duuuk....
Dia menoleh kearahku dengan wajah kesalnya setelah melayangkan sebuah pukulan kecil di atas lenganku.
"Iiissshhhh...., tau ah...."
Dia kembali membuang pandangannya dari wajahku, tatapannya beralih kearah depan, tapi aku masih bisa melihat raut wajah kesal yang belum dilang dari wajahnya.
"Eleeuuh...., Mbak pudungan euuyy...."
Kalimat yang baru saja kuucapkan dengan logat sunda yang mungkin terdengar lucu berhasil membuat beby kembali menoleh dan menatap kearahku.
Namun kali ini dia menatapku dengan tatapan aneh seraya mengulum senyum yang mulai mengembang di wajahnya.
"Coba ulangin nat"
Kali ini dia memintaku untuk mengulang kalimat yang baru saja kuucapkan dengan wajah sumringah.
"Gak bisa diulang"
Kekehan langsung keluar dari mulutnya setelah aku menolak permintaannya.
"Gak cocok nat kamu ngomong sunda kayak tadi"
Beby kembali terkekeh setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
"Aneh banget..., sumpah"
Aku ikut terkekeh setelah melihat beby yang tidak berhenti terkekeh sedari tadi.
"Nah gitu dong...., kalo gini kan cakep...."
Kalimat yang baru saja kuucapkan berhasil membuatnya kembali membuang pandangan kearah lain dengan wajah yang tersipu malu.
"Tumben banget muji"
Lagi-lagi aku dibuat terkekeh setelah melihat wajahnya yang saat ini tersipu malu akibat gombalan receh yang baru saja kulontarkan.
"Sekali-sekali gakpapa lah..."
Duuuk....
Lagi-lagi sebuah pukulan berhasil mendarat dengan mulus di atas lenganku.
"Iiishh...., ngeseilin...."
Meskipun ada kata kesal yang terselip di antara kalimat yang baru saja diucapkan beby, tapi lesung pipi itu masih belum bisa hilang dari wajahnya.
"Jangan sedih-sedih lagi ya mbak...."
Aku mulai mengeratkan rangkulanku.
"Aku janji kok, aku bakal jaga kepercayaan mbak, dan aku juga bakal percaya sama mbak"
"Meskipun kita habis ini jauh-jauhan, kita kan masih bisa telponan, malah sekarang udah bisa video call, aku udah install skype kok mbak"
"Masa mau pisah malah sedih-sedihan...., aku juga pengen liat kamu senyum, habis ini kan aku bakal jarang banget liat senyum kamu"
Aku menggoyangkan pundaknya dengan lembut seraya mengucapkan kalimat demi kalimat yang mungkin kedengaran manis, apalagi kalau bukan untuk menghiburnya.
"Naat...."
Beby memilih untuk menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Maksih ya..., kamu udah berusaha buat bikin saat-saat terakhir kita menyenangkan"
"Ya...., meskipun kadang-kadang ngeselin sih, eh, gak kadang-kadang deh, kalau kamu mah ngeselin terus nat"
Beby tersenyum kecut sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
"Habis ini kita cuma bisa berantem lewat telpon nat, aku gak bisa nyubit kamu kalo aku kesel, aku juga gak bisa mukul kamu, bisa-bisa nanti HP sama laptop aku yang jadi korban"
Kalimat beby kali ini diakhiri dengan sebuah kekehan kecil.
"Aku pasti kangen banget nat sama momen-momen kayak gitu"
Keheningan mulai tercipta setelah beby kembali memberi jeda pada kalimatnya.
"Tapi...., apa aku gak boleh sedih sama sekali nat?"
Keheningan kembali berlanjut setelah beby melontarkan pertanyaan kearahku.
Entahlah, aku benar-benar bingung, apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan yng baru saja dilontarkan beby, kebingunganku semakin bertambah saat dia menatap wajahku dengan tatapan yang mulai kembali terlihat sendu.
Tuuuuut..... Tuuuuut..... Tuuuuut.....
Suara berisik dari kalkson kereta api yang sudah mulai mendekat memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami.
"Beb..., ayo...., kereta kita udah dateng tuh..."
Viny berjalan kearah kami dengan langkah cepat seraya memanggil beby untuk memberitahukan bahwa kereta yang akan mereka tumpangi sudah datang.
Suara panggilan untuk penumpang dengan tujuan bandung yang baru saja muncul seolah-olah menjustifikasi informasi yang baru saja diberikan viny.
"Yaudah mbak...., siap-siap gih, yang lain udah pada masuk tuh..."
Seraya berkata seperti itu, aku juga melepaskan ranggkulanku dari pundaknya.
"Yuk beb...."
Viny mulai menarik kopernya yang sedari tadi dia titipkan kepada kami, sementara beby mulai membalikkan tubuhnya kearah pintu masuk keberangkatan seraya memegang penarik koper yang saat ini berada di belakangnya.
"Kita berangkat dulu ya nat...., daahh...."
Viny mulai berjalan untuk memasuki pintu keberangkatan seraya melambaikan tangannya kearahku, sementara beby juga mulai berjalan mengikuti viny yang sudah ada di depannya.
Huuuuuh........
Perasaan sesak dan sedih mulai menyeruak saat melihat punggungnya yang terus menjauh dari hadapanku, akhirnya hari ini datang juga, hari dimana salah satu ketakutan yang akhir-akhir ini selalu kubayangkan terjadi.
Ingin sekali rasanya aku memutar waktu, menikmati kembali momen-momen indah itu bersamamu, seperti beberapa detik yang lalu, beberapa menit yang lalu, beberapa hari yang lalu, beberapa bulan yang lalu.
Tapi semua itu tidak mungkin terjadi bukan?, mau bagaimanapun, waktu akan tetap terus berjalan, tinggal bagaimana kita membuat pilihan dan menerima keadaan.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya kearahku, sekarang aku dapat melihat air mata yang membahasi wajahnya, dan......
Bruuuukkk.....
Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk berlari dan menghambur masuk kedalam pelukanku, tanpa pikir panjang, akupun mulai menggerakkan tanganku untuk membalas pelukannya, membenamkan wajahku di atas kepalanya, menghirup nafas dalam-dalam, menikmati wangi tubuhnya yang setelah ini akan sangat sulit untuk kutemui, mengeratkan pelukanku pada tubuhnya, menikmati sentuhannya yang setelah ini akan sangat sulit untuk kunikmati.
"Mbaaak...., udah ya....., nanti ketinggalan kereta lho....."
Beby sama sekali tidak merespon kalimat yang baru saja kuucapkan, dia masih betah membenamkan kepalanya sambil sesekali terisak di dalam pelukanku.
"Beb...."
Viny yang saat ini sudah berdiri di dekat kami juga mencoba untuk ikut menenagkan beby sambil sesekali mengelus lengan dan punggungnya.
"Mbak...., udah yuk...., nanti keretanya berangkat lho..."
Lagi-lagi beby tidak merespon kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Mbak...., kita masih ketemu lagi kok, udah ya..."
Bruuukkk....
Beby langsung melepas pelukanku dengan sedikit kasar, dengan gerakkan cepat dia langsung berbalik badan, lalu kembali berjalan kearah pintu keberangkatan sambil menyeret koper yang ada di tangannya dengan sedikit tergesa-gesa.
"Nat..., aku nyusul beby dulu ya..., hati-hati pulangnya"
Viny mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman, aku hanya membalas senyumanya dengan sebuah anggukkan kecil sembari berusaha untuk menarik kedua sudut bibirku kearah atas.
Tanpa menunggu lama, viny langsung menyeret kopernya dan berjalan menyusul beby yang sudah berada tepat di depan pintu masuk keberangkatan.
Huuuuuh.....
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar untuk membuang semua perasaan tidak enak yang saat ini sedang menyeruak di dalam hatiku.
Tidak terasa setetes air mata mulai jatuh dan membasahi pipiku, ya....., pada akhirnya aku tidak mampu lagi membendung perasaan sesak dan sedih yang sudah coba kutahan sedari tadi.
Mbak...., kamu boleh sedih kok...., siapa bilang kamu gak boleh sedih?, siapa bilang kita gak boleh sedih?!, perasaan yang saat ini sama-sama kita punya sudah pasti akan memaksa kita untuk sedih.
Mbak..... kalau aku juga meluapkan semua perasaan yang saat ini kurasakan di saat-saat terakhir kita tadi, siapa lagi yang kamu jadikan tempat untuk melampiaskan semua kesedihanmu?, siapa lagi yang akan menguatkanmu?.
Tapi tenang mbak...., aku janji, suatu saat nanti kita akan kembali seperti beberapa detik yang lalu, beberapa menit yang lalu, beberapa hari yang lalu, beberapa bulan yang lalu, dimana kita bisa dengan mudahnya menghabiskan waktu bersama-sama.
Jakarta, bandung, tunggu aku ya..., setelah ini, salah satu dari kalian akan selalu menjadi kota impianku, setelah ini salah satu dari kalian pasti selalu memaksaku untuk terus berkunjung, bahkan suatu saat nanti salah satu dari kalian pasti akan memaksaku untuk tinggal, menaruh dan merangkai semua mimpi-mimpi kecilku di tempatmu.
Karena, setelah ini, salah satu dari kalian akan menjadi tempat dimana salah satu mimpi terbesarku akan tinggal.
Siang ini aku ikut memadati pintu masuk ruang Keberangkatan bersama Pengunjung-pengunjung lainnya untuk mengantarkan 2 orang perempuan yang saat ini sedang berdiri di sampingku.
"Nat, ini kunci pager ya, ada kunci rumah juga, buat kamu masukkin mobil"
Viny menyodorkan kunci yang ada di tangannya kearahku.
"Eh, ini kuncinya aku taroh mana nanti mbak?"
Seraya melontarkan pertanyaan, aku menyambut kunci yang baru saja disodorkan oleh viny.
"Simpen aja nat, nanti pas kita udah sama-sama balik, baru kamu kasih keaku lagi kuncinya"
Aku hanya mengangguk kecil sembari memasukkan kuci yang baru saja kuterima kedalam kantong jaket yang sedang kukenakan.
"Eh mbak, serius nih?, kalo nanti aku nyolong gimana?"
Mungkin dengan sedikit candaan, aku dapat menghibur beby yang saat ini hanya diam dengan tatapan mata yang terlihat kosong.
Viny: "mau nyolong apaan kamu emang di sana nat?"
Aku: "mmmmm...., apa ya mbak?, ada saran nggak?"
Pertanyaan balik yang baru saja kulontarkan berhasil membuat viny terkekeh kecil, sementara beby masih saja betah dengan diamnya.
"Maling masa nanya di depan korbannya sih, ada-ada aja kamu nat"
Ekor mata viny melirik kearah beby setelah dia menyelesaikan kalimatnya, mungkin saat ini aku dan viny memiliki tujuan yang sama, ya..., kami sama-sama ingin menghibur beby yang sedari tadi terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat.
Bisa dilihat dari viny yang menanggapi candaan garing yang baru saja kulontarkan.
"Eh, kalo yang ini udah jadi korban aku kok mbak...."
Aku berkata seperti itu sambil menyentuh sekilas dagu seorang perempuan yang saat ini sedang berdiri di sampingnya.
"Kenapa tuh nat?...."
Sambil bertanya seperti itu, viny juga menaikkan kedua alisnya keatas sambil menatapku dengan tatapan yang terkesan meremehkan.
Aku yakin dia pasti sudah tau kemana aku akan membawa arah pembicaraan saat ini.
"Iya mbak, kalo yang ini mah udah aku curi hatinya"
Aku kembali menyentuh dagunya sekilas untuk mendapatkan respon dari beby.
"Eleeeeuuuhhh....."
"Basi!!!"
Bukan beby yang saat ini merespon kalimat yang baru saja kulontarkan, melainkan viny yang behasil kubuat mengumpat kesal setelah mendengar gombalan receh yang baru saja kutujukan kepada beby.
"Ngiri aja tuh mbak temennya..., suruh cari cowok gih mbak temennya..."
Tanpa menghiraukan umpatan yang baru saja dilontarkan viny, aku kembali mencoba untuk mengajak beby berbicara.
"Mbaaaak...."
Aku mengambil tangannya yang sedari tadi dia gunakan untuk memegang penarik koper seraya memanggilnya setelah melihat wajahnya yang makin kesini semakin terlihat murung.
"Eh, beb, nat, titip koperku dulu ya, aku mau ketoilet"
Mungkin, karena kecerdasannya dalam membaca situasi, viny mencoba memberi kami waktu untuk berbicara dengan alasan ingin pergi ketoilet terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar berangkat.
"Iya mbak"
Tanpa merespon jawabanku, viny langsung berlalu dari hadapan kami dan berjalan menuju toilet yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri saat ini.
"Mbaaak...., jangan sedih dong...., kan masih bisa ketemu nanti, kapan-kapan aku main ketempat mbak deh...."
Sambil berkata seperti itu, aku mulai menggerakkan tanganku untuk merangkul beby yang saat ini berada di sampingku.
"Kamu gak sedih apa nat?"
Beby bertanya dengan pandangan yang masih menatap kosong kearah bawah.
"Biasa aja sih...."
Ckiiit.....
Sebuah cubitan berhasil mendarat di lenganku setelah aku menyelesaikan kalimatku.
"Masih sempet ya kamu bercanda kayak gini!!!"
Aku hanya terkekeh setelah menerima cubitan dan mendengar protes yang dilontarkan oleh beby.
"Kan aku gak becanda, emang beneran biasa aja kok, gak usah GR ya...."
Duuuk....
Dia menoleh kearahku dengan wajah kesalnya setelah melayangkan sebuah pukulan kecil di atas lenganku.
"Iiissshhhh...., tau ah...."
Dia kembali membuang pandangannya dari wajahku, tatapannya beralih kearah depan, tapi aku masih bisa melihat raut wajah kesal yang belum dilang dari wajahnya.
"Eleeuuh...., Mbak pudungan euuyy...."
Kalimat yang baru saja kuucapkan dengan logat sunda yang mungkin terdengar lucu berhasil membuat beby kembali menoleh dan menatap kearahku.
Namun kali ini dia menatapku dengan tatapan aneh seraya mengulum senyum yang mulai mengembang di wajahnya.
"Coba ulangin nat"
Kali ini dia memintaku untuk mengulang kalimat yang baru saja kuucapkan dengan wajah sumringah.
"Gak bisa diulang"
Kekehan langsung keluar dari mulutnya setelah aku menolak permintaannya.
"Gak cocok nat kamu ngomong sunda kayak tadi"
Beby kembali terkekeh setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
"Aneh banget..., sumpah"
Aku ikut terkekeh setelah melihat beby yang tidak berhenti terkekeh sedari tadi.
"Nah gitu dong...., kalo gini kan cakep...."
Kalimat yang baru saja kuucapkan berhasil membuatnya kembali membuang pandangan kearah lain dengan wajah yang tersipu malu.
"Tumben banget muji"
Lagi-lagi aku dibuat terkekeh setelah melihat wajahnya yang saat ini tersipu malu akibat gombalan receh yang baru saja kulontarkan.
"Sekali-sekali gakpapa lah..."
Duuuk....
Lagi-lagi sebuah pukulan berhasil mendarat dengan mulus di atas lenganku.
"Iiishh...., ngeseilin...."
Meskipun ada kata kesal yang terselip di antara kalimat yang baru saja diucapkan beby, tapi lesung pipi itu masih belum bisa hilang dari wajahnya.
"Jangan sedih-sedih lagi ya mbak...."
Aku mulai mengeratkan rangkulanku.
"Aku janji kok, aku bakal jaga kepercayaan mbak, dan aku juga bakal percaya sama mbak"
"Meskipun kita habis ini jauh-jauhan, kita kan masih bisa telponan, malah sekarang udah bisa video call, aku udah install skype kok mbak"
"Masa mau pisah malah sedih-sedihan...., aku juga pengen liat kamu senyum, habis ini kan aku bakal jarang banget liat senyum kamu"
Aku menggoyangkan pundaknya dengan lembut seraya mengucapkan kalimat demi kalimat yang mungkin kedengaran manis, apalagi kalau bukan untuk menghiburnya.
"Naat...."
Beby memilih untuk menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Maksih ya..., kamu udah berusaha buat bikin saat-saat terakhir kita menyenangkan"
"Ya...., meskipun kadang-kadang ngeselin sih, eh, gak kadang-kadang deh, kalau kamu mah ngeselin terus nat"
Beby tersenyum kecut sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
"Habis ini kita cuma bisa berantem lewat telpon nat, aku gak bisa nyubit kamu kalo aku kesel, aku juga gak bisa mukul kamu, bisa-bisa nanti HP sama laptop aku yang jadi korban"
Kalimat beby kali ini diakhiri dengan sebuah kekehan kecil.
"Aku pasti kangen banget nat sama momen-momen kayak gitu"
Keheningan mulai tercipta setelah beby kembali memberi jeda pada kalimatnya.
"Tapi...., apa aku gak boleh sedih sama sekali nat?"
Keheningan kembali berlanjut setelah beby melontarkan pertanyaan kearahku.
Entahlah, aku benar-benar bingung, apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan yng baru saja dilontarkan beby, kebingunganku semakin bertambah saat dia menatap wajahku dengan tatapan yang mulai kembali terlihat sendu.
Tuuuuut..... Tuuuuut..... Tuuuuut.....
Suara berisik dari kalkson kereta api yang sudah mulai mendekat memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami.
"Beb..., ayo...., kereta kita udah dateng tuh..."
Viny berjalan kearah kami dengan langkah cepat seraya memanggil beby untuk memberitahukan bahwa kereta yang akan mereka tumpangi sudah datang.
Suara panggilan untuk penumpang dengan tujuan bandung yang baru saja muncul seolah-olah menjustifikasi informasi yang baru saja diberikan viny.
"Yaudah mbak...., siap-siap gih, yang lain udah pada masuk tuh..."
Seraya berkata seperti itu, aku juga melepaskan ranggkulanku dari pundaknya.
"Yuk beb...."
Viny mulai menarik kopernya yang sedari tadi dia titipkan kepada kami, sementara beby mulai membalikkan tubuhnya kearah pintu masuk keberangkatan seraya memegang penarik koper yang saat ini berada di belakangnya.
"Kita berangkat dulu ya nat...., daahh...."
Viny mulai berjalan untuk memasuki pintu keberangkatan seraya melambaikan tangannya kearahku, sementara beby juga mulai berjalan mengikuti viny yang sudah ada di depannya.
Spoiler for Themesong:
Huuuuuh........
Perasaan sesak dan sedih mulai menyeruak saat melihat punggungnya yang terus menjauh dari hadapanku, akhirnya hari ini datang juga, hari dimana salah satu ketakutan yang akhir-akhir ini selalu kubayangkan terjadi.
Ingin sekali rasanya aku memutar waktu, menikmati kembali momen-momen indah itu bersamamu, seperti beberapa detik yang lalu, beberapa menit yang lalu, beberapa hari yang lalu, beberapa bulan yang lalu.
Tapi semua itu tidak mungkin terjadi bukan?, mau bagaimanapun, waktu akan tetap terus berjalan, tinggal bagaimana kita membuat pilihan dan menerima keadaan.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya kearahku, sekarang aku dapat melihat air mata yang membahasi wajahnya, dan......
Bruuuukkk.....
Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk berlari dan menghambur masuk kedalam pelukanku, tanpa pikir panjang, akupun mulai menggerakkan tanganku untuk membalas pelukannya, membenamkan wajahku di atas kepalanya, menghirup nafas dalam-dalam, menikmati wangi tubuhnya yang setelah ini akan sangat sulit untuk kutemui, mengeratkan pelukanku pada tubuhnya, menikmati sentuhannya yang setelah ini akan sangat sulit untuk kunikmati.
"Mbaaak...., udah ya....., nanti ketinggalan kereta lho....."
Beby sama sekali tidak merespon kalimat yang baru saja kuucapkan, dia masih betah membenamkan kepalanya sambil sesekali terisak di dalam pelukanku.
"Beb...."
Viny yang saat ini sudah berdiri di dekat kami juga mencoba untuk ikut menenagkan beby sambil sesekali mengelus lengan dan punggungnya.
"Mbak...., udah yuk...., nanti keretanya berangkat lho..."
Lagi-lagi beby tidak merespon kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Mbak...., kita masih ketemu lagi kok, udah ya..."
Bruuukkk....
Beby langsung melepas pelukanku dengan sedikit kasar, dengan gerakkan cepat dia langsung berbalik badan, lalu kembali berjalan kearah pintu keberangkatan sambil menyeret koper yang ada di tangannya dengan sedikit tergesa-gesa.
"Nat..., aku nyusul beby dulu ya..., hati-hati pulangnya"
Viny mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman, aku hanya membalas senyumanya dengan sebuah anggukkan kecil sembari berusaha untuk menarik kedua sudut bibirku kearah atas.
Tanpa menunggu lama, viny langsung menyeret kopernya dan berjalan menyusul beby yang sudah berada tepat di depan pintu masuk keberangkatan.
Huuuuuh.....
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar untuk membuang semua perasaan tidak enak yang saat ini sedang menyeruak di dalam hatiku.
Tidak terasa setetes air mata mulai jatuh dan membasahi pipiku, ya....., pada akhirnya aku tidak mampu lagi membendung perasaan sesak dan sedih yang sudah coba kutahan sedari tadi.
Mbak...., kamu boleh sedih kok...., siapa bilang kamu gak boleh sedih?, siapa bilang kita gak boleh sedih?!, perasaan yang saat ini sama-sama kita punya sudah pasti akan memaksa kita untuk sedih.
Mbak..... kalau aku juga meluapkan semua perasaan yang saat ini kurasakan di saat-saat terakhir kita tadi, siapa lagi yang kamu jadikan tempat untuk melampiaskan semua kesedihanmu?, siapa lagi yang akan menguatkanmu?.
Tapi tenang mbak...., aku janji, suatu saat nanti kita akan kembali seperti beberapa detik yang lalu, beberapa menit yang lalu, beberapa hari yang lalu, beberapa bulan yang lalu, dimana kita bisa dengan mudahnya menghabiskan waktu bersama-sama.
Jakarta, bandung, tunggu aku ya..., setelah ini, salah satu dari kalian akan selalu menjadi kota impianku, setelah ini salah satu dari kalian pasti selalu memaksaku untuk terus berkunjung, bahkan suatu saat nanti salah satu dari kalian pasti akan memaksaku untuk tinggal, menaruh dan merangkai semua mimpi-mimpi kecilku di tempatmu.
Karena, setelah ini, salah satu dari kalian akan menjadi tempat dimana salah satu mimpi terbesarku akan tinggal.
Diubah oleh akmal162 15-06-2020 03:11
Daffa.O.F dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
